Mohon tunggu...
Nadia Istikomatuzzulfa
Nadia Istikomatuzzulfa Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Hai, aku Copywriter & SEO Content Writer yang ingin membagikan cuitan lepas.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Opini Lepas, Peranan Manusia dalam Islam dan Media Sosial sebagai Tempat Berdakwah

23 Oktober 2024   18:04 Diperbarui: 23 Oktober 2024   18:05 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Bagi saya sendiri islam adalah agama yang memiliki tingkat fleksibilitas tinggi. Contohnya cara berdakwah yang selalu berubah-ubah seiring berjalannya waktu. Dahulu Nabi Muhammad memperkenalkan agama islam secara sembunyi-sembunyi hingga akhirnya bisa menyiarkan islam di majlis ta’lim. Para wali 9 pun memiliki berbagai cara untuk membuat khalayak mengenal islam, seperti dari wayang, kebudayaan, tradisi masyarakat, dan kesenian lain. 

Sekalipun jenis modelnya berbeda namun nyatanya agama islam dapat diterima oleh banyak orang hingga saat ini. Hal ini tak terlepas dari para kyai, ustad, dan pemuka agama yang tak pernah berhenti berusaha dalam menyebarkan agama islam. Nah, pada era serba digital ada sebuah perubahan alur komunikasi yakni menggunakan media sosial.

Media sosial merupakan platform daring atau online yang memungkinkan pengguna berinteraksi  dari berbagi kehidupan sehari-hari, membuat konten pribadi, blog pribadi, dan join  forum. Komunikasi juga berubah bukan hanya karena adanya media sosial, melainkan perubahan sosial masyarakat seperti perilaku dalam menyampaikan, mendapatkan, dan membagi suatu pesan untuk dirinya maupun orang lain.

Dimana saya melihat orang-orang di lingkungan saya mulai mengenal gadget dan internet secara bersamaan. Dulu waktu kecil, saya wajib ngaji di masjid/mushola setiap sore. Tetapi sekarang saya melihat tetangga saya yang masih SD mengaji sendiri dengan orang tuanya yang dibantu dengan video youtube. 

Ini membuat sudut pandang dan pola pikir saya berubah. Sudah tidak ada alasan lagi untuk seseorang tidak bisa baca tulis Al-quran hanya karena jauh dari tempat-tempat pendidikan agama. Tidak ada lagi yang namanya libur karena hujan atau rapat ustad. Kapanpun dan dimanapun, siapapun dari anak-anak hingga dewasa bisa mengaji sendiri dengan bantuan media sosial seperti Youtube, Instagram, Channel WA, hingga Facebook. 

Peran digitalisasi yang semakin maju, memudahkan pada da’i memberikan pendapat, pemikiran, dan informasi seputar islam melalui internet. Saya juga melihat para influencer seperti Ustadzah Halimah Alaydrus tokoh perempuan inspiratif yang mengedukasi keagamaan kepada wanita secara offline maupun online. 

Beliau menggunakan platform sosial media Instagram untuk berkomunikasi, entah itu dalam dm, komentar, postingan, hingga membuat highlights atau sorotan khusus yang menayangkan seputar QnA yang sering ditanyakan oleh para pengikutnya. 

Ada juga Husein Basyaiban, yang sering muncul memberikan pendapatnya dengan bahasa yang ringan, santai, gaul, dan menarik bagi kalangan muda melalui akun Tiktoknya. Beliau juga termasuk tokoh inspiratif yang masih mengenyam pendidikan di bangku kuliah sehingga pembahasannya sangat relate dengan anak muda zaman sekarang. 

Pembahasan yang menurut saya bagus yakni ketika Husein Basyaiban diwawancarai ‘apakah percaya mengenai mental health issue?’ dan Beliau dengan santai menjawab ‘ya’. Husein Basyaiban membungkus masalah kesehatan mental dengan contoh kasus yang terjadi dalam kisah-kisah di islam seperti Nabi Ya’kub yang diambil pandangannya gara-gara sedih berlarut-larut dan bola matanya menjadi putih.

Rasulullah SAW juga pernah membahas tentang doa dalam sebuah hadits untuk mengurangi rasa sedih. Yang dimana artinya ‘Ya Allah aku berlindung kepada Mu dari kesedihan, rasa sedih, kecemasan, dan sebagainya yang berhubungan dengan segala sesuatu yang membuat hati bergetar takut’

Padahal sekarang banyak orang terutama kalangan muda yang mengalami masalah pada mentalnya. Namun jika menginginkan suatu jawaban yang menenangkan dari orang terdekat hanya dijawab ‘doanya kurang’ ‘coba solat aja’. Padahal semuanya tidak bisa menyelesaikannya dengan cepat. 

Sebagai makhluk sosial, kita butuh yang namanya nasihat, bantuan, dan juga ketenangan dari orang lain seperti tenaga medis berpengalaman dan psikolog. Dari cuplikan video yang berdurasi 3 menit itu membuka keyakinan bahwasannya islam itu tidak stereotip yang selalu menghubungkan dengan agama. Islam juga mengakui pengobatan, dokter, dan ilmu pengetahuan. 

Jika tadi membahas platform Tiktok, sekarang beralih pada contoh yang sedang tren yakni saluran Instagram dan WA. Saya sempat melihat beberapa orang membuka saluran WA dan IG untuk sekedar membagikan kisah mereka. Namun tak jarang juga ada yang menjadikan tempat berdakwah sekedar membagi postingan atau mengingatkan kebaikan namun seperti di grup yang hanya bisa dikirimkan oleh satu orang saja. 

Realitas islam dan media sosial menjadi hal yang sangat menarik karena keduanya memiliki hubungan dengan dua mata pisau, satunya bisa menjadi sisi yang positif dan satunya lagi negatif. Akan tetapi, jika dilihat dari kacamata positifnya yakni mengajarkan bahwa islam menjunjung tinggi perubahan kearah yang lebih baik dimanapun tempatnya apapun tantangannya. Islam tidak pernah mati sekalipun zaman berubah-ubah.  

Dapat ditarik secara garis besar bahwasannya, peranan umat islam dari berbagai kalangan dan usia menjadi wadah yang bisa menaungi bahkan mengedukasi banyak orang. Tidak perlu bergelar kyai, haji, atau yang lainnya. Masyarakat lebih senang dengan orang yang bisa menyesuaikan dengan perubahan zaman dan tidak ada kecenderungan memaksa. 

Sehingga media sosial menjadi jembatan yang sangat penting bagi seluruh kalangan. Bukan hanya menyebarkan berita terkini dan mempermudah alat komunikasi,  tetapi juga tetap berdampak positif bagi umat islam secara keseluruhan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun