Sebagai makhluk sosial, kita butuh yang namanya nasihat, bantuan, dan juga ketenangan dari orang lain seperti tenaga medis berpengalaman dan psikolog. Dari cuplikan video yang berdurasi 3 menit itu membuka keyakinan bahwasannya islam itu tidak stereotip yang selalu menghubungkan dengan agama. Islam juga mengakui pengobatan, dokter, dan ilmu pengetahuan.Â
Jika tadi membahas platform Tiktok, sekarang beralih pada contoh yang sedang tren yakni saluran Instagram dan WA. Saya sempat melihat beberapa orang membuka saluran WA dan IG untuk sekedar membagikan kisah mereka. Namun tak jarang juga ada yang menjadikan tempat berdakwah sekedar membagi postingan atau mengingatkan kebaikan namun seperti di grup yang hanya bisa dikirimkan oleh satu orang saja.Â
Realitas islam dan media sosial menjadi hal yang sangat menarik karena keduanya memiliki hubungan dengan dua mata pisau, satunya bisa menjadi sisi yang positif dan satunya lagi negatif. Akan tetapi, jika dilihat dari kacamata positifnya yakni mengajarkan bahwa islam menjunjung tinggi perubahan kearah yang lebih baik dimanapun tempatnya apapun tantangannya. Islam tidak pernah mati sekalipun zaman berubah-ubah. Â
Dapat ditarik secara garis besar bahwasannya, peranan umat islam dari berbagai kalangan dan usia menjadi wadah yang bisa menaungi bahkan mengedukasi banyak orang. Tidak perlu bergelar kyai, haji, atau yang lainnya. Masyarakat lebih senang dengan orang yang bisa menyesuaikan dengan perubahan zaman dan tidak ada kecenderungan memaksa.Â
Sehingga media sosial menjadi jembatan yang sangat penting bagi seluruh kalangan. Bukan hanya menyebarkan berita terkini dan mempermudah alat komunikasi, Â tetapi juga tetap berdampak positif bagi umat islam secara keseluruhan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H