Di era modern ini, wajar jika banyak perubahan fasilitas yang menunjang kebutuhan hidup. Kemajuan menandakan manusia semakin berkembang. Perkembangan manusia terjadi secara dinamis dan dapat dilihat melalui perubahan yang terjadi tiap tahunnya. Mulai dari sebelum adanya transportasi hingga sekarang, terlihat bahwa semua serba digital.Â
Dari yang sebelumnya gadget masih menjadi kebutuhan tersier, hingga sekarang menjadi kebutuhan primer. Perubahan-perubahan inilah yang menjadikan dunia berkembang dengan cepat. Begitu pula kaum muda atau dijuluki gen z, mereka tumbuh besar dengan teknologi-teknologi canggih. Sehingga gen z terbiasa dengan segala kemudahan melakukan sesuatu jika dibandingkan dengan generasi sebelumya yang masih beradaptasi pada era digital.
Fenomena malas gerak (mager) sedang marak terjadi terutama pada kalangan muda jaman sekarang. Dengan segala kemudahan sarana dan prasarananya, para remaja memiliki banyak alternatif untuk melakukan sesuatu. Contohnya seperti pemesanan makanan online dimana tidak perlu lagi keluar rumah mencari makan. Akan tetapi makanan itu sendiri yang menghampiri kita.Â
Dengan fasilitas hidup seperti ini semua jadi terasa mudah. Namun justru dengan kemudahan ini berdampak pada kebiasaan hidup penggunanya, salah satu dampak buruknya adalah fenomena mager karena semua hal sudah serba mudah. Sehingga banyak orang lebih memilih cara yang efektif untuk melakukan segala urusannya.
Sikap mager mengundang gaya hidup sedentary. Kementerian Kesehatan RI (2013) mendefinisikan sedentary behavior sebagai perilaku duduk atau berbaring sepanjang hari, di luar waktu tidur.Â
Disebut juga sebagai kaum rebahan, sikap malas gerak apabila dibiarkan tentu berdampak buruk pada kesehatan. Oleh karena itu diperlukan kesadaran diri dan dorongan untuk kaum muda agar mau berubah demi kesehatannya. Menurut penelitian, penumpukan lemak dan kalori dalam tubuh dapat disebabkan oleh minimnya proses pembakaran yang memicu kegemukan.Â
Sebaliknya, kegemukan berpengaruh terhadap aktivitas fisik. Seseorang dengan massa tubuh tinggi cenderung memiliki rasa malas untuk melakukan suatu kegiatan dan lebih memilih untuk memperbanyak istirahat seperti duduk, tidur, atau bahkan makan (Hafid dkk, 2019).Â
Ditambah lagi dengan pola makan yang tidak sehat, tidak ada keseimbangan antara asupan gula dan garam, dan lebih banyak makan makanan cemilan akan memperparah kondisi tubuh yang jarang beraktivitas. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya overweight dan tanpa disadari lama kelamaan akan memicu obesitas.
Menurut data dari Kementrian Kesehatan tahun 2018, sebanyak 13% remaja usia 18 tahun ke atas mengalami overweight dan sebanyak 28% menderita obesitas. Kesadaran generasi z akan hal ini dapat membantu menurunkan prevalensi obesitas dan overweight remaja di indonesia.Â
Mulai dari memperbaiki pola makan dan diet sehat, serta rajin berolahraga untuk lebih menunjang kesehatan tubuh. Fenomena mager perlu perlahan dikurangi agar hal ini tidak menjadi kebiasaan yang lebih parah lagi kedepannya. Mengingat bahwa indonesia berada pada peringkat ke-18 dari 104 negara dengan prevalensi penderita obesitas sebanyak 6,9% dari total 277,53 juta jiwa.
Memilki berat badan ideal adalah impian bagi banyak orang. Terutama remaja yang sudah mulai sadar akan kesehatan, mereka melakukan berbagai cara untuk mencapai berat badan yang diinginkan.Â