Mohon tunggu...
Nadiah Ardiningrum
Nadiah Ardiningrum Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Gizi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Memiliki ketertarikan di bidang jurnalistik seperti menulis dan fotografi.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Diet Remaja pada Fenomena Mager

22 Januari 2024   08:30 Diperbarui: 22 Januari 2024   08:36 1380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Di era modern ini, wajar jika banyak perubahan fasilitas yang menunjang kebutuhan hidup. Kemajuan menandakan manusia semakin berkembang. Perkembangan manusia terjadi secara dinamis dan dapat dilihat melalui perubahan yang terjadi tiap tahunnya. Mulai dari sebelum adanya transportasi hingga sekarang, terlihat bahwa semua serba digital. 

Dari yang sebelumnya gadget masih menjadi kebutuhan tersier, hingga sekarang menjadi kebutuhan primer. Perubahan-perubahan inilah yang menjadikan dunia berkembang dengan cepat. Begitu pula kaum muda atau dijuluki gen z, mereka tumbuh besar dengan teknologi-teknologi canggih. Sehingga gen z terbiasa dengan segala kemudahan melakukan sesuatu jika dibandingkan dengan generasi sebelumya yang masih beradaptasi pada era digital.

Fenomena malas gerak (mager) sedang marak terjadi terutama pada kalangan muda jaman sekarang. Dengan segala kemudahan sarana dan prasarananya, para remaja memiliki banyak alternatif untuk melakukan sesuatu. Contohnya seperti pemesanan makanan online dimana tidak perlu lagi keluar rumah mencari makan. Akan tetapi makanan itu sendiri yang menghampiri kita. 

Dengan fasilitas hidup seperti ini semua jadi terasa mudah. Namun justru dengan kemudahan ini berdampak pada kebiasaan hidup penggunanya, salah satu dampak buruknya adalah fenomena mager karena semua hal sudah serba mudah. Sehingga banyak orang lebih memilih cara yang efektif untuk melakukan segala urusannya.

Sikap mager mengundang gaya hidup sedentary. Kementerian Kesehatan RI (2013) mendefinisikan sedentary behavior sebagai perilaku duduk atau berbaring sepanjang hari, di luar waktu tidur. 

Disebut juga sebagai kaum rebahan, sikap malas gerak apabila dibiarkan tentu berdampak buruk pada kesehatan. Oleh karena itu diperlukan kesadaran diri dan dorongan untuk kaum muda agar mau berubah demi kesehatannya. Menurut penelitian, penumpukan lemak dan kalori dalam tubuh dapat disebabkan oleh minimnya proses pembakaran yang memicu kegemukan. 

Sebaliknya, kegemukan berpengaruh terhadap aktivitas fisik. Seseorang dengan massa tubuh tinggi cenderung memiliki rasa malas untuk melakukan suatu kegiatan dan lebih memilih untuk memperbanyak istirahat seperti duduk, tidur, atau bahkan makan (Hafid dkk, 2019). 

Ditambah lagi dengan pola makan yang tidak sehat, tidak ada keseimbangan antara asupan gula dan garam, dan lebih banyak makan makanan cemilan akan memperparah kondisi tubuh yang jarang beraktivitas. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya overweight dan tanpa disadari lama kelamaan akan memicu obesitas.

Menurut data dari Kementrian Kesehatan tahun 2018, sebanyak 13% remaja usia 18 tahun ke atas mengalami overweight dan sebanyak 28% menderita obesitas. Kesadaran generasi z akan hal ini dapat membantu menurunkan prevalensi obesitas dan overweight remaja di indonesia. 

Mulai dari memperbaiki pola makan dan diet sehat, serta rajin berolahraga untuk lebih menunjang kesehatan tubuh. Fenomena mager perlu perlahan dikurangi agar hal ini tidak menjadi kebiasaan yang lebih parah lagi kedepannya. Mengingat bahwa indonesia berada pada peringkat ke-18 dari 104 negara dengan prevalensi penderita obesitas sebanyak 6,9% dari total 277,53 juta jiwa.

Memilki berat badan ideal adalah impian bagi banyak orang. Terutama remaja yang sudah mulai sadar akan kesehatan, mereka melakukan berbagai cara untuk mencapai berat badan yang diinginkan. 

Salah satu caranya adalah dengan diet. Diet dalam dunia kesehatan tidak hanya bertujuan untuk menurunkan berat badan. Tetapi juga dilakukan oleh orang yang menderita penyakit tertentu yang mengakibatkan ia harus lebih memperhatikan asupan makan yang masuk ke tubuh seperti lebih selektif memilih pantangan makanan. Pada dasarnya, diet adalah untuk mengatur pola makan sesuai dengan kebutuhan sehari hari. Sehingga konsep makan yang baik adalah bukan untuk kenyang tetapi untuk memenuhi kebutuhan yang cukup per harinya.

Adanya fenomena mager menjadi tantangan tersendiri bagi kaum muda merealisasikan tujuannya mencapai berat badan ideal. Tidak dapat dimungkiri bahwa diet akan lebih efektif jika disertai dengan olahraga. Karena selain mengatur pola makan, metabolisme tubuh perlu didukung dengan adanya aktivitas yang membantu proses pembakaran lemak. 

Ketika lemak lebih banyak terbakar maka progress diet menuju berat badan ideal akan semakin cepat terasa. Penelitian menyatakan bahwa, kegemukan dipengaruhi oleh kurangnya aktivitas fisik yang dilakukan. Energi yang disimpan dalam tubuh sebagai timbunan lemak akan dikeluarkan melalui aktivitas fisik. 

Sebanyak 20%-50% kelebihan energi dalam jaringan lemak dapat dikeluarkan melalui aktivitas fisik (Turege dkk, 2019). Sehingga aktivitas fisik memang penting dilakukan agar tidak terdapat timbunan lemak berlebih dalam tubuh sehingga memicu obesitas. Terutama pada penderita overweight dan obesitas, usaha menurunkan berat badan umum dikenal dengan istilah work out di kalangan muda. Yaitu dengan berolahraga, melakukan latihan fisik untuk meningkatkan serta menjaga kebugaran tubuh.

Dengan maraknya sikap mager yang dialami para remaja, hal ini menurunkan motivasi mereka untuk memulai hidup sehat. Motivasi melakukan suatu usaha menjadi sedikit menurun karena adanya alternatif lain yang dianggap lebih hemat tenaga dan waktu. Sehingga hal ini dinilai lebih efisien dibandingkan dengan bersusah payah menggerakkan anggota tubuh. Lama kelamaan, hal ini mempengaruhi pola pikir remaja dalam melakukan sesuatu yaitu cenderung suka menggunakan alternatif yang less effort namun hasil maksimal.

Konsisten merupakan kunci keberhasilan segala hal. Selain niat, konsisten merupakan bentuk usaha yang tidak dapat dilewatkan dalam proses diet. Alternatif yang dapat diterapkan apabila ingin diet adalah dengan memperbaiki dan menjaga konsistensi pola makan sehat. Mulai dari membiasakan mengurangi makan makanan berlemak, memperbanyak sayur buah dan mengurangi konsumsi gula. 

Diet dapat dilakukan dengan perlahan dan bertahap. Karena kebiasaan buruk dapat diubah dengan kebiasaan baru yang lebih baik. Contohnya adalah ketika terbiasa memakan lima buah gorengan, tepung-tepungan, dan minuman dengan dosis gula tinggi, dapat perlahan dikurangi menjadi empat, kemudian hari menjadi tiga dan begitu seterusnya. Pembiasaan diri memiliki pola makan sehat ini akan perlahan memperbaiki kualitas hidup dalam hal kesehatan.

Penanganan obesitas tidak harus menggunakan obat. Terdapat banyak cara untuk menurunkan berat badan pada penderita obesitas, yaitu seperti yang sudah disinggung adalah dengan mengatur pola makan dan olahraga. 

Untuk mengurangi lemak yang masuk ke tubuh dapat diatur dengan mengurangi porsi nasi, menghindari gorengan terutama yang bertepung, minuman manis dan membatasi konsumsi daging maupun sumber hewani lainnya. Apabila sudah parah dan terindikasi obesitas, penanganannya akan lebih sulit. Untuk itu lebih baik mencegah resiko obesitas daripada memperbaikinya di kemudian hari. Aktivitas fisik dapat mulai ditambah dengan membiasakan berjalan kaki atau naik turun tangga. 

Memulai perubahan dari hal hal kecil akan membawa ke perubahan yang lebih besar. Penyakit tidak menular kadang kali tidak terasa dan tidak disadari. Untuk itu kaum muda harus lebih waspada akan resiko penyakit agar ketika usia lanjut tidak merasakan akibat dari kebiasaan buruknya semasa muda. Terutama obesitas yang menjadi sumber dari segala penyakit yang mana dapat memicu masalah kesehatan lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun