Mohon tunggu...
Nadia Hanifa
Nadia Hanifa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Prodi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan UNNES

Selanjutnya

Tutup

Seni

Tradisi Ngijing Makam

16 Desember 2024   17:35 Diperbarui: 17 Desember 2024   05:01 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sisi ekonomi, kegiatan ini juga membuka peluang bagi usaha kecil di sekitar pemakaman, seperti penjualan bunga, kain, dan makanan untuk keperluan ritual. Selain itu, bagi beberapa individu, tradisi ngijing makam menjadi salah satu cara untuk memperoleh penghasilan tambahan. Ekajati (1999) menyebutkan bahwa modernisasi dapat mempengaruhi cara pelaksanaan tradisi ini, namun tidak dapat menghilangkan kontribusinya terhadap perekonomian lokal. Meski ada perubahan dalam bentuk dan intensitas pelaksanaannya, tradisi ngijing makam tetap memiliki dampak yang nyata terhadap perekonomian masyarakat.

Seiring dengan perkembangan zaman, tradisi ngijing makam juga mengalami perubahan, baik dalam hal pelaksanaan maupun cara pandang terhadapnya. Modernisasi dan globalisasi telah mempengaruhi cara masyarakat menjalankan tradisi ini, dengan banyak keluarga yang memilih untuk melaksanakan ritual secara lebih sederhana. Ekajati (1999) mencatat bahwa faktor waktu, biaya, dan pengaruh budaya luar menyebabkan beberapa keluarga lebih memilih cara yang praktis dan efisien dalam melaksanakan ngijing makam, seperti hanya membersihkan makam tanpa melibatkan banyak orang atau tidak melaksanakan doa bersama.

Selain itu, perubahan sosial juga mempengaruhi intensitas pelaksanaan tradisi ngijing makam. Beberapa generasi muda merasa bahwa tradisi ini tidak lagi relevan atau terlalu memakan waktu, sehingga mereka cenderung mengabaikan atau memodifikasi cara pelaksanaannya. Namun, meskipun terjadi perubahan, nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi ngijing makam tetap dipertahankan oleh sebagian besar masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa tradisi ini tetap relevan sebagai bagian dari identitas budaya masyarakat Jawa, meskipun mengalami penyesuaian dengan perkembangan zaman.

 

Kesimpulan dan Saran

Tradisi ngijing makam adalah bentuk penghormatan terhadap leluhur yang memiliki makna mendalam baik secara spiritual maupun sosial. Tradisi ini melibatkan proses pembersihan makam, penataan batu nisan, dan pembacaan doa bersama sebagai wujud dari penghormatan terhadap arwah leluhur. Meskipun pandangan terhadap tradisi ini berbeda-beda, baik dalam perspektif agama maupun sosial, ngijing makam tetap menjadi tradisi yang penting bagi masyarakat Jawa, yang memberikan dampak positif terhadap hubungan sosial dan ekonomi. Modernisasi dan perubahan sosial yang terjadi tidak mengurangi esensi dari tradisi ini, namun memberikan tantangan bagi pelaksanaannya di masa depan.

Dengan demikian, tradisi ngijing makam tetap relevan dalam konteks masyarakat Jawa sebagai bentuk pelestarian budaya dan penghormatan terhadap leluhur, yang harus dipertahankan agar tidak hilang tergerus oleh zaman.

Dalam penelitian ini disarankan, terdapat aspek sosial dan budaya yang berkontribusi terhadap tradisi ini , seperti perannya dalam memperkuat ikatan antar anggota masyarakat umum dan identitas budaya .Juga secara efektif menghimpun perspektif dari berbagai kelompok , seperti anggota dari umum , akademisi , dan generasi muda , guna memperoleh pemahaman masyarakat umum agar memperoleh pemahaman yang lebih komprehensif. Selain itu , penting untuk meneliti bagaimana modernisasi telah memengaruhi praktik ngijing dan bagaimana tradisi ini dapat disesuaikan dengan perubahan zaman tanpa mengorbankan nilai - nilai inherennya . Diharapkan hasil kajian holistik ini dapat memberikan sumbangan yang signifikan terhadap pemahaman dan pelestarian tradisi ngijing makam di masyarakat ..

Daftar Pustaka

Nurhajarini, D. R., Purwaningsih, E., & Fibiona, I. (2015). Akulturasi lintas zaman di Lasem: Perspektif sejarah dan budaya (Kurun Niaga-Sekarang).

Wibowo, H. J., Murniatno, G., & Sukirman. (1998). Arsitektur tradisional daerah Istimewa Yogyakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun