Mohon tunggu...
Nadia Hanifa
Nadia Hanifa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Prodi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan UNNES

Selanjutnya

Tutup

Seni

Tradisi Ngijing Makam

16 Desember 2024   17:35 Diperbarui: 17 Desember 2024   05:01 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode etnografi untuk memahami secara mendalam tradisi ngijing makam, mencakup makna, proses pelaksanaan, pandangan masyarakat, serta dampaknya secara sosial dan budaya. Metode etnografi dipilih karena memberikan ruang bagi peneliti untuk menggali pandangan dan pengalaman masyarakat dalam konteks keseharian mereka. Penelitian dilakukan di [lokasi spesifik], yaitu sebuah daerah yang secara aktif masih melaksanakan tradisi ini, dan dipilih berdasarkan hasil observasi awal yang menunjukkan keterkaitan budaya yang kuat. Proses pengumpulan data berlangsung selama 1 minggu, mulai dari tanggal 16 November 2024 hingga 22 November 2024.

Subjek penelitian terdiri dari masyarakat lokal yang melaksanakan tradisi ngijing makam, tokoh agama seperti ulama dari kelompok Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah yang memberikan pandangan keagamaan, serta tokoh adat atau sesepuh yang memahami sejarah dan filosofi tradisi tersebut. Data diperoleh melalui wawancara mendalam, observasi partisipatif, dan analisis dokumen terkait. Peneliti juga terlibat langsung dalam beberapa tahap pelaksanaan tradisi untuk memperoleh pemahaman yang lebih komprehensif mengenai konteks sosial dan nilai-nilai budaya yang melekat pada tradisi ini.

Hasil dan Pembahasan

Tradisi ngijing makam memiliki makna yang sangat mendalam bagi masyarakat yang menjalankannya. Dalam masyarakat Jawa, makam bukan sekadar tempat peristirahatan terakhir, melainkan juga simbol dari hubungan spiritual dengan leluhur. Seperti yang diungkapkan oleh Nurhajarini, Purwaningsih, dan Fibiona (2015), tradisi ngijing makam berfungsi sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur yang diyakini memiliki peran penting dalam kehidupan sehari-hari. Makam-makam tersebut dianggap sebagai tempat yang menghubungkan dunia manusia dengan dunia spiritual, sehingga menjaga kebersihan dan merawatnya menjadi bentuk rasa hormat terhadap leluhur yang telah meninggal.

Di samping itu, ngijing makam juga dipandang sebagai upaya menjaga keseimbangan antara manusia dan alam. Proses pembersihan makam dan penataan ulang batu nisan, yang dilakukan dalam tradisi ini, mencerminkan keyakinan masyarakat bahwa menjaga kebersihan adalah bagian dari ibadah dan kewajiban moral. Hal ini sesuai dengan pandangan yang diungkapkan oleh Wibowo, Murniatno, dan Sukirman (1998), yang menyatakan bahwa tradisi ini menjadi sarana untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap leluhur dan menjaga keberlangsungan hubungan sosial yang harmonis.

Pelaksanaan tradisi ngijing makam di masyarakat Jawa dilakukan dengan mengikuti beberapa tahapan yang memiliki nilai-nilai spiritual dan sosial yang terkandung di dalamnya. Proses pertama adalah pembersihan makam, yang dilakukan dengan membersihkan area sekitar makam dari rumput liar, sampah, atau kotoran yang menumpuk. Pembersihan makam ini merupakan simbol dari kesucian dan penghormatan terhadap arwah yang terkandung di dalamnya. Selanjutnya, proses penataan batu nisan dilakukan dengan hati-hati, untuk memastikan bahwa makam tetap terawat dengan baik.

Tahapan selanjutnya adalah pembacaan doa atau tahlil, yang sering dilakukan bersama-sama oleh anggota keluarga dan masyarakat sekitar. Pembacaan doa ini bertujuan untuk mendoakan arwah leluhur agar mendapat tempat yang baik di sisi Tuhan. Sebagaimana yang dicatat oleh Guillot (2014), kegiatan doa bersama ini memiliki dampak positif dalam mempererat hubungan sosial antarwarga. Masyarakat merasa terhubung satu sama lain dalam upaya yang sama untuk menghormati leluhur mereka. Selain doa, tradisi ngijing makam juga sering diakhiri dengan pemberian sedekah berupa makanan kepada masyarakat sekitar sebagai bentuk berbagi berkah.

Masyarakat yang melaksanakan tradisi ngijing makam memiliki pandangan yang beragam terkait dengan makna dan tujuan dari kegiatan ini. Beberapa individu melihatnya sebagai kewajiban agama yang harus dilakukan sebagai bagian dari penghormatan kepada leluhur. Sebagai contoh, menurut Sunyoto (2016), Nahdlatul Ulama (NU) mendukung tradisi ini selama tidak mengandung praktik-praktik yang bertentangan dengan ajaran Islam, seperti pemujaan kepada leluhur. Dalam pandangan mereka, ngijing makam adalah salah satu cara untuk memperkuat hubungan spiritual dengan Tuhan dan meningkatkan kualitas ibadah.

Namun, pandangan terhadap tradisi ini tidak selalu seragam di kalangan masyarakat Muslim. Sebagian kelompok, terutama yang bergabung dengan Muhammadiyah, melihat bahwa tradisi ini bisa berkembang menjadi suatu bentuk bid’ah, atau inovasi dalam agama yang tidak memiliki dasar yang kuat dalam Al-Qur'an dan Hadis. Mereka berpendapat bahwa menghormati leluhur seharusnya tidak mengarah pada ritual yang bersifat syirik atau pemujaan. Meski demikian, sebagian besar masyarakat tetap melaksanakan tradisi ini dengan penyesuaian terhadap prinsip-prinsip Islam, agar tetap selaras dengan ajaran agama yang dianut.

Selain dampak spiritual dan kultural, tradisi ngijing makam juga memiliki dampak yang signifikan terhadap aspek sosial dan ekonomi masyarakat. Secara sosial, tradisi ini mempererat hubungan antarwarga, karena biasanya dilakukan secara gotong royong. Dalam banyak kasus, kegiatan ngijing makam melibatkan seluruh keluarga dan tetangga, yang bersama-sama membersihkan makam dan melaksanakan doa bersama. Ini memperkuat rasa kebersamaan dan solidaritas sosial, seperti yang diungkapkan oleh Guillot (2014) bahwa kegiatan ini tidak hanya memiliki nilai spiritual, tetapi juga berfungsi sebagai sarana untuk memperkokoh hubungan sosial di masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun