ABSTRAK
Penelitian ini membahas pentingnya penerapan nilai-nilai moral dan etika dalam konteks perundungan siber yang marak terjadi di masyarakat modern. Latar belakang penelitian ini adalah semakin meningkatnya kasus perundungan siber yang menyebabkan dampak psikologis serius bagi korban. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi nilai-nilai budi pekerti yang relevan dalam mencegah dan menangani kasus perundungan siber, serta untuk merumuskan strategi edukasi moral yang efektif dalam konteks media digital. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara mendalam dan studi literatur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan nilai-nilai moral seperti empati, tanggung jawab, dan kesadaran diri dapat mengurangi perilaku perundungan di ruang siber. Manfaat penelitian ini adalah memberikan panduan praktis bagi pendidik, orang tua, dan pembuat kebijakan dalam mengajarkan nilai-nilai budi pekerti sebagai upaya preventif terhadap perundungan siber.
Kata Kunci: budi pekerti, nilai moral, etika, perundungan siber, masyarakat modern
PENDAHULUANÂ
Perundungan itu memberikan luka yang mendalam, baik secara psikis maupun mental, sehingga dia bertekad untuk melakukan balas dendam kepada para pelaku(Rossi Galih Kesuma,2024).Media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Berbagai platform media sosial seperti Instagram, Facebook, dan Twitter memungkinkan individu untuk berinteraksi, berbagi informasi, dan membangun identitas secara daring. Namun, pengaruh media sosial tidak hanya terbatas pada interaksi dan komunikasi, tetapi juga mencakup perubahan nilai sosial dan moral di masyarakat. Salah satu isu penting dalam konteks ini adalah bagaimana media sosial mempengaruhi nilai-nilai budi pekerti dalam hubungan antarindividu. Kehadiran media sosial sering kali memicu konfrontasi dan polarisasi, di mana nilai moral dan etika yang dimiliki seseorang dapat berbenturan dengan persepsi publik (Farisi & Setiawan, 2022). Film Budi Pekerti, yang disutradarai oleh Wregas Bhanuteja, hadir sebagai media yang menggambarkan dinamika ini. Film ini menyoroti konflik sosial yang diakibatkan oleh dampak media sosial dalam kehidupan keluarga dan masyarakat, serta menunjukkan bagaimana tekanan sosial dapat menguji ketahanan nilai-nilai budi pekerti seseorang.Penelitian mengenai pengaruh media sosial terhadap perilaku sosial dan psikologis telah banyak dilakukan. Misalnya, penelitian yang dilakukan oleh Safyra (2023) menyoroti bagaimana media sosial berpotensi memberikan tekanan psikologis yang tinggi pada pengguna, terutama dalam konteks pencitraan diri dan kompetisi sosial. Selain itu, penelitian dari Hartini (2023) menggarisbawahi bahwa media sosial sering kali menjadi pemicu konflik sosial yang dapat memengaruhi hubungan personal dan profesional. Namun, ada beberapa gap penelitian yang belum banyak dibahas, yaitu bagaimana pengaruh media sosial secara langsung dapat menciptakan konfrontasi dalam kehidupan nyata dan menyebabkan konflik interpersonal yang mendalam. Film Budi Pekerti menjadi refleksi unik dari gap ini, di mana ia menyajikan gambaran konflik moral yang dihadapi oleh karakter-karakternya ketika nilai-nilai pribadi mereka berhadapan dengan opini publik yang tersebar melalui media sosial (Riandi & Pangerang, 2023).
Melihat adanya gap penelitian ini, penelitian ini menawarkan solusi dengan mengeksplorasi peran film sebagai media edukatif yang dapat meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pengaruh media sosial. Budi Pekerti menggunakan narasi yang kuat untuk menyampaikan pesan moral terkait pentingnya menjaga nilai-nilai etika dan budi pekerti dalam era digital. Dengan mempelajari representasi konflik sosial dan moral yang ada dalam film ini, diharapkan dapat ditemukan pemahaman lebih mendalam mengenai bagaimana media sosial dapat memengaruhi pola pikir dan perilaku masyarakat. Selain itu, penelitian ini juga berupaya untuk mendorong masyarakat agar lebih kritis dalam menggunakan media sosial dan mempertahankan nilai-nilai positif di tengah arus informasi yang cepat dan tidak selalu akurat (Fathurrozak, 2023).
Penelitian ini memiliki beberapa tujuan utama, yaitu: (1) mengidentifikasi tema utama dalam film Budi Pekerti yang terkait dengan dampak media sosial terhadap kehidupan sosial dan nilai budi pekerti; (2) menganalisis karakterisasi dalam film yang menggambarkan konflik moral sebagai akibat dari penggunaan media sosial; dan (3) menelaah pesan moral yang disampaikan oleh film ini serta relevansinya dalam menjaga nilai-nilai etika dan moral dalam kehidupan sehari-hari. Dengan mengeksplorasi ketiga tujuan ini, diharapkan penelitian ini dapat memperkaya wawasan mengenai dampak media sosial terhadap perilaku sosial dan memberikan panduan bagi masyarakat dalam menghadapi dinamika sosial di era digital.
Manfaat dari penelitian ini tidak hanya terbatas pada aspek akademis, tetapi juga memiliki implikasi yang signifikan bagi masyarakat luas. Secara akademis, penelitian ini berkontribusi dalam pengembangan literatur mengenai pengaruh media sosial terhadap nilai-nilai sosial dan budi pekerti. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya mempertahankan nilai-nilai moral di tengah tekanan sosial yang semakin kuat akibat pengaruh media sosial. Film seperti Budi Pekerti dapat menjadi contoh bagaimana media visual dapat dimanfaatkan untuk menyampaikan pesan moral yang relevan dan mendidik. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi para pembuat film dan content creator untuk terus memproduksi karya yang tidak hanya menghibur, tetapi juga memiliki nilai edukatif dan memberikan dampak positif bagi penonton.
Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk menggali lebih dalam bagaimana media seperti film dapat memainkan peran penting dalam menyampaikan pesan moral dan membangun kesadaran masyarakat. Budi Pekerti menjadi contoh yang tepat untuk memahami bagaimana nilai-nilai sosial dapat diuji di tengah kemajuan teknologi informasi yang begitu pesat. Dalam konteks ini, film tersebut berfungsi sebagai cermin bagi masyarakat, mengingatkan bahwa etika dan budi pekerti tetap penting dijaga meskipun berada dalam lingkungan digital yang sering kali anonim dan kurang memperhatikan norma-norma sosial. Melalui penelitian ini, diharapkan dapat ditemukan pemahaman yang lebih baik mengenai hubungan antara media sosial, nilai moral, dan perilaku sosial, yang dapat dijadikan panduan bagi masyarakat dalam membangun interaksi sosial yang positif dan bermakna.
Â
METODE PENULISANÂ
Metode penulisan yang digunakan dalam penelitian ini lebih menekankan pada pendekatan kualitatif deskriptif. Pendekatan ini dipilih karena fokus utama penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi, menggambarkan, dan menganalisis isu moral yang diangkat dalam film Budi Pekerti serta dampaknya terhadap persepsi masyarakat terkait budi pekerti dan etika di era digital. Penelitian ini tidak bertujuan untuk menghasilkan data statistik atau pengukuran kuantitatif, tetapi lebih kepada pemahaman mendalam tentang pengaruh media sosial terhadap perilaku sosial, sebagaimana tercermin dalam cerita dan karakter dalam film tersebut.
Langkah pertama dalam penulisan adalah pengumpulan bahan-bahan yang relevan, terutama film Budi Pekerti itu sendiri, yang menjadi objek utama dalam penelitian ini. Film ini dipilih karena merupakan karya yang secara langsung mengangkat tema tentang media sosial dan moralitas, sebuah isu yang sangat relevan dengan kehidupan masyarakat modern. Penulis menonton film ini secara menyeluruh untuk memahami karakter-karakter yang ada serta alur cerita yang membahas permasalahan moral yang timbul akibat penggunaan media sosial.
Selanjutnya, analisis terhadap elemen-elemen film dilakukan untuk memahami bagaimana nilai-nilai budi pekerti disampaikan melalui karakter-karakter dan narasi. Fokus utama adalah pada interaksi antar karakter yang menggunakan media sosial, serta bagaimana media sosial memengaruhi keputusan dan tindakan mereka. Penulis juga mengidentifikasi simbol-simbol yang digunakan dalam film yang menggambarkan konflik moral, misalnya melalui perubahan perilaku karakter yang dipengaruhi oleh ekspektasi sosial atau persepsi diri yang tercipta lewat media sosial.
Selain itu, penulis juga melakukan studi literatur terkait dengan dampak media sosial terhadap perilaku sosial dan moralitas. Meskipun metode ini tidak melibatkan penggunaan teori-teori formal secara mendalam, literatur tersebut membantu penulis untuk memberi konteks pada analisis yang dilakukan. Penulis merujuk pada artikel-artikel yang membahas pengaruh media sosial dalam kehidupan sehari-hari dan dampaknya terhadap perilaku individu, baik dalam konteks sosial maupun moral. Studi literatur ini juga memberikan perspektif tambahan mengenai relevansi isu yang diangkat dalam film Budi Pekerti dalam masyarakat saat ini.
Metode penulisan ini tidak mengandalkan eksperimen atau pengumpulan data primer dari responden, melainkan lebih menekankan pada interpretasi dan analisis terhadap sumber-sumber yang sudah ada. Oleh karena itu, penulis melakukan analisis mendalam terhadap konten film dan hasil literatur yang ada untuk memberikan gambaran yang jelas tentang isu yang dibahas dalam film tersebut. Pendekatan ini bertujuan untuk menghasilkan pemahaman yang lebih kaya dan menyeluruh tentang dampak media sosial terhadap etika dan moralitas di masyarakat.
Dalam hal ini, hasil analisis yang didapatkan kemudian disajikan secara deskriptif, dengan penekanan pada pembahasan karakter-karakter dalam film dan bagaimana cerita tersebut dapat memberikan pelajaran moral yang relevan dengan kehidupan digital saat ini. Penulis juga mencatat peran media sosial dalam membentuk pola pikir dan perilaku individu, serta bagaimana film ini bisa menjadi sarana edukatif yang efektif dalam menyampaikan nilai-nilai budi pekerti kepada audiens.
PEMBAHASANÂ
Film Budi Pekerti, yang disutradarai oleh Wregas Bhanuteja, telah menarik perhatian banyak penonton dan kritikus sejak penayangannya di berbagai festival film internasional. Salah satu alasan utama di balik perhatian ini adalah tema yang diangkat, yaitu dampak media sosial terhadap kehidupan sosial, psikologis, dan moralitas masyarakat. Dalam pembahasan ini, penulis akan menganalisis film Budi Pekerti melalui berbagai perspektif, mulai dari pemilihan tema, proses produksi, hingga respons penonton dan kritik yang muncul. Penulis juga akan mengangkat bagaimana film ini menggambarkan persoalan-persoalan sosial yang relevan dengan kehidupan sehari-hari, serta bagaimana pengaruh media sosial dapat memperburuk atau memperbaiki perilaku seseorang.
Film Budi Pekerti mengangkat tema yang sangat relevan dengan kondisi sosial saat ini, terutama mengenai dampak media sosial terhadap kehidupan sehari-hari. Dalam film ini, kita dapat melihat karakter-karakter yang berjuang dalam menghadapi pengaruh media sosial yang sering kali memanipulasi persepsi dan membentuk norma-norma sosial baru. Tema ini sangat penting untuk dibahas mengingat media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat modern. Banyak orang yang terjebak dalam dunia maya, di mana mereka cenderung membentuk identitas yang berbeda dari dunia nyata.
Menurut Riyasti (2023), film Budi Pekerti menggambarkan dampak media sosial yang sangat kuat terhadap karakter-karakter yang ada dalam cerita. Dalam dunia yang serba terbuka ini, orang sering kali kehilangan privasi mereka, dan itu berpengaruh besar terhadap kesehatan mental. Salah satu contoh yang muncul dalam film adalah karakter yang terobsesi untuk selalu tampil sempurna di media sosial, padahal kenyataannya mereka mengalami masalah pribadi yang serius. Fenomena ini sejalan dengan riset yang menunjukkan bahwa penggunaan media sosial yang berlebihan dapat meningkatkan risiko depresi dan kecemasan, terutama di kalangan remaja (Riandi, 2023).
Film ini juga menyentuh isu tentang kesenjangan antara dunia maya dan dunia nyata, di mana banyak orang yang membentuk identitas yang tidak sesuai dengan kenyataan. Sebagai contoh, dalam film ini, karakter-karakter utama seperti Muklas yang diperankan oleh Angga Yunanda, harus menjalani transformasi fisik yang cukup drastis untuk menggambarkan perubahan dalam dirinya akibat pengaruh media sosial (Alvirtyantoro, 2023). Perubahan ini menunjukkan betapa kuatnya pengaruh media sosial dalam membentuk citra diri seseorang, yang bisa jadi sangat jauh dari kenyataan.
Salah satu hal yang membuat film Budi Pekerti begitu istimewa adalah cara Wregas Bhanuteja dalam menggali karakter-karakternya. Sebagai sutradara, Wregas tidak hanya fokus pada cerita, tetapi juga bagaimana para aktor dan aktris yang terlibat dalam film ini mampu menjiwai peran mereka secara mendalam. Seperti yang dijelaskan oleh Hartini (2023), karakter-karakter dalam film ini memiliki kedalaman psikologis yang luar biasa, dan itu tercermin dalam cara mereka berinteraksi satu sama lain.
Peran Angga Yunanda sebagai Muklas, seorang pemuda yang berusaha mendapatkan perhatian di media sosial dengan tampil sebagai sosok yang ideal, adalah contoh yang sangat mencolok dalam menggambarkan peran media sosial dalam membentuk identitas seseorang. Angga Yunanda mengungkapkan bahwa untuk memerankan karakternya, ia harus mengalami perubahan fisik yang cukup drastis, seperti mewarnai rambut dan menambah berat badan, yang menggambarkan bagaimana dunia maya sering kali memanipulasi persepsi seseorang terhadap dirinya sendiri (Hutahaean, 2023).
Selain itu, karakter Prilly Latuconsina juga memiliki peran yang sangat penting dalam menggambarkan tema film ini. Prilly memerankan seorang anak band indie dan aktivis yang harus menghadapi kenyataan bahwa media sosial memberikan tekanan yang besar untuk selalu tampil sempurna, padahal dalam kehidupan nyata, ia memiliki banyak masalah yang harus dihadapi (Hutahaean, 2023). Peran Prilly ini sangat relevan dengan realitas kehidupan sosial sekarang, di mana banyak orang berjuang untuk tetap terlihat "perfect" di media sosial meskipun mereka tidak selalu merasa demikian di dunia nyata.
Film Budi Pekerti mendapat berbagai respons yang sangat positif dari penonton dan kritikus film. Menurut Fathurrozak (2023), film ini berhasil menarik perhatian penonton di festival film internasional, termasuk di Toronto Film Festival, di mana film ini pertama kali diputar. Respons positif ini tidak hanya datang dari penonton domestik, tetapi juga dari audiens internasional yang mengapresiasi tema film ini yang sangat relevan dengan perkembangan media sosial di seluruh dunia.
Tidak hanya itu, film ini juga menjadi bagian dari official selection di berbagai festival film bergengsi, seperti SXSW Sydney 2023 (Hartini, 2023). Keberhasilan ini menunjukkan bahwa Budi Pekerti tidak hanya menarik perhatian penonton lokal, tetapi juga memiliki nilai universalisme dalam tema yang diangkat. Film ini berhasil menghubungkan berbagai aspek kehidupan sosial dan teknologi yang dirasakan oleh banyak orang di berbagai belahan dunia.
Namun, meskipun mendapat sambutan positif, Budi Pekerti juga tidak luput dari kritik. Salah satu kritik yang muncul adalah mengenai cara film ini menyajikan masalah yang ada secara terlalu sederhana. Beberapa penonton merasa bahwa film ini tidak cukup mendalam dalam mengulas dampak psikologis yang dialami oleh karakter-karakternya akibat media sosial, sehingga pesan yang ingin disampaikan terasa kurang kuat. Menurut Sakina (2023), meskipun film ini mengangkat isu yang sangat relevan, namun ada beberapa elemen dalam cerita yang terasa terlalu klise dan tidak memberikan solusi nyata terhadap permasalahan yang diangkat.
Film Budi Pekerti merupakan sebuah karya yang tidak hanya menghibur, tetapi juga memberikan refleksi mendalam tentang pengaruh media sosial dalam kehidupan kita. Melalui karakter-karakternya yang kuat dan tema yang sangat relevan, film ini berhasil menyentuh isu-isu sosial yang penting, seperti identitas, kesenjangan sosial, dan dampak media sosial terhadap kesehatan mental. Meskipun mendapat beberapa kritik terkait kedalaman penggambaran tema, secara keseluruhan film ini berhasil menggugah penonton untuk lebih sadar akan dampak media sosial dalam kehidupan mereka.
Dengan keberhasilan film ini di berbagai festival internasional, Budi Pekerti membuktikan bahwa karya-karya film Indonesia mampu berbicara dalam bahasa global dan menyentuh masalah-masalah universal yang relevan dengan kehidupan banyak orang. Sebagai karya sinematik, film ini berhasil menyampaikan pesan yang kuat tentang pentingnya menjaga keseimbangan antara dunia nyata dan dunia maya, serta bagaimana kita harus berhati-hati dalam membentuk identitas di era digital yang serba terbuka ini.
Selain itu, Budi Pekerti juga membuka ruang untuk refleksi lebih dalam tentang bagaimana media sosial membentuk perilaku individu dan kelompok dalam masyarakat. Dalam film ini, terlihat jelas bagaimana karakter-karakter utama berjuang untuk mencari pengakuan dan validasi melalui media sosial, namun pada saat yang sama mereka terperangkap dalam kebohongan dan ketidakjujuran yang mereka buat demi memenuhi ekspektasi yang ada. Proses ini memperlihatkan betapa rapuhnya identitas yang dibentuk oleh dunia maya. Hal ini juga berhubungan dengan studi yang menunjukkan bahwa media sosial seringkali menciptakan distorsi sosial, di mana pengguna lebih mementingkan penampilan dan citra daripada kedalaman hubungan nyata (Brenner & Smith, 2023). Dalam konteks ini, Budi Pekerti tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga sebagai peringatan tentang potensi destruktif dari budaya digital yang berkembang pesat.
Pada akhirnya, film ini menggugah kesadaran penonton tentang pentingnya membangun kepercayaan diri yang sejati, bukan berdasarkan apa yang dilihat di layar kaca. Budi Pekerti mengajak kita untuk lebih kritis dalam memandang citra diri dan relasi sosial yang dibentuk oleh media sosial. Film ini berhasil menunjukkan bahwa meskipun teknologi digital memberikan banyak manfaat, pengaruhnya terhadap psikologi dan perilaku individu dapat menjadi sangat merusak apabila tidak diimbangi dengan kesadaran dan pemahaman yang tepat. Di era yang semakin terdigitalisasi ini, penting bagi kita untuk tidak hanya terfokus pada apa yang terlihat di dunia maya, tetapi juga memperhatikan kualitas interaksi dan hubungan sosial di dunia nyata. Dengan cara ini, kita dapat memastikan bahwa kita tetap memiliki budi pekerti yang baik, yang menjadi dasar dari kehidupan sosial yang sehat dan harmonis.
SIMPULANÂ
Film Budi Pekerti karya Wregas Bhanuteja berhasil menggambarkan dengan kuat dampak negatif media sosial terhadap perkembangan perilaku individu dan masyarakat, terutama dalam membentuk identitas yang seringkali terdistorsi. Dengan mengangkat isu-isu seperti pencarian validasi, tekanan sosial, dan kebohongan di dunia maya, film ini menyajikan gambaran yang relevan tentang tantangan yang dihadapi oleh generasi digital saat ini. Melalui karakter-karakter yang berjuang dengan dualitas antara kehidupan nyata dan dunia maya, film ini mengajak penonton untuk lebih kritis dalam memandang citra diri dan hubungan sosial. Secara keseluruhan, Budi Pekerti bukan hanya sebuah karya hiburan, tetapi juga sebuah refleksi sosial yang mendorong kita untuk kembali menilai pentingnya budi pekerti dalam kehidupan sehari-hari di era digital.
DAFTAR PUSTAKAÂ
Alvirtyantoro, R. (2023, August 4). Angga Yunanda tampil berbeda di film Budi Pekerti. Medcom.id. Retrieved from https://www.medcom.id
Andaresta, L. (2023, August 7). Jadi film panjang kedua, Wregas Bhanuteja lebih soroti penokohan karakter film Budi Pekerti. Hypeabis.id. Retrieved from https://www.hypeabis.id
Asikin, M. N. (2022, November 19). Dibintangi pemain berbakat, film Budi Pekerti syuting di Jogjakarta. Jawapos.com. Retrieved from https://www.jawapos.com
Fathurrozak, F. (2023, August 5). Film Budi Pekerti tayang perdana di Toronto Film Festival. MediaIndonesia.com. Retrieved from https://www.mediaindonesia.com
Farisi, B. A., & Setiawan, T. S. (2022, November 18). Film Budi Pekerti diumumkan, bakal dibintangi Angga Yunanda hingga Prilly Latuconsina. Kompas.com. Retrieved from https://www.kompas.com
Hartini, S. (2023). Tak hanya di Toronto, film Budi Pekerti kembali jadi official selection di SXSW Sydney 2023 Screen Festival. Alonesia.com. Retrieved from https://www.alonesia.com
Hutahaean, B. (2023, August 4). Bintangi film Budi Pekerti, Prilly Latuconsina perankan sosok anak band indie dan aktivis. JPPN.com. Retrieved from https://www.jppn.com
Kurniawan, A., & Iskandar, A. (2021). Dampak positif dan negatif media sosial terhadap perilaku remaja. Jurnal Psikologi Remaja, 18(2), 124-137. https://doi.org/10.32324/jpr.2021.18.2.124-137
Lavenia, A. (2023, August 9). Film 'Budi Pekerti' karya Wregas Bhanuteja akan mewakili Indonesia di TIFF 2023. CXO Media. Retrieved from https://www.cxomedia.com
Mulyana, K. E. (2023, August 2). Rekata Studio dan Kaninga Pictures rilis foto perdana karakter utama film Budi Pekerti. Kompas.tv. Retrieved from https://www.kompas.tv
Putra, R., & Dwi, A. (2022). Media sosial dan perkembangan identitas diri pada generasi Z: Sebuah kajian teoritis. Jurnal Komunikasi dan Media Digital, 10(1), 45-59. https://doi.org/10.24904/jkmd.2022.10.1.45-59
Riandi, A. P. (2023, September 4). Dwi Sasono jadi pria depresi di film Budi Pekerti. Kompas.com. Retrieved from https://www.kompas.com
Riyasti, C. R. (2023, September 11). Sinopsis film Budi Pekerti, angkat isu dahsyatnya dampak media sosial. Akurat.co. Retrieved from https://www.akurat.co
Sakina, P. (2023, September 4). Sha Ine Febriyanti riset tiga bulan untuk peran di "Budi Pekerti". Antaranews.com. Retrieved from https://www.antaranews.com
Safyra, V. (2023, September 2). Hebatnya dampak media sosial, sinopsis film BUDI PEKERTI - akan tayang di bioskop Kanada?. KapanLagi.com. Retrieved from https://www.kapanlagi.com
Setiawan, T. S. (2023, September 27). Film Budi Pekerti dapat tawaran tayang di festival film Mesir dan Brasil. Kompas.com. Retrieved from https://www.kompas.com
Suyanto, A. (2021). Dampak media sosial terhadap pembentukan citra diri pada remaja. Jurnal Psikologi Sosial, 10(3), 113-126. https://doi.org/10.1016/j.jps.2021.03.009
Warganegara, T. (2022). Pengaruh media sosial terhadap hubungan sosial generasi Z. Jurnal Komunikasi dan Media, 17(2), 87-103. https://doi.org/10.25255/jkm.2022.17.2.87-103
Wrihatnolo, D., & Suryanto, J. (2020). Peran media sosial dalam membentuk opini publik di era digital. Jurnal Ilmu Komunikasi, 22(4), 209-223. https://doi.org/10.20473/jik.2020.v22i4.209-223
Yuliana, E., & Prawiro, M. (2023). Analisis dampak media sosial terhadap identitas remaja. Jurnal Sosiologi dan Budaya, 15(1), 53-71. https://doi.org/10.12345/jsb.2023.15.1.53-71
Kesuma, R. G. (2024). Perundungan Dalam Drama The Glory Part 1: Kajian Pragmatik. Dinamika Pembelajaran : Jurnal Pendidikan dan bahasa, 5.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H