Mohon tunggu...
Nadia Hanifa
Nadia Hanifa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Prodi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan UNNES

Selanjutnya

Tutup

Film

Film Budi Pekerti : Menyampaikan Nilai Moral dan Etika dalam Konteks Perundungan Siber di Masyrakat Modern

13 Desember 2024   12:00 Diperbarui: 13 Desember 2024   10:57 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu hal yang membuat film Budi Pekerti begitu istimewa adalah cara Wregas Bhanuteja dalam menggali karakter-karakternya. Sebagai sutradara, Wregas tidak hanya fokus pada cerita, tetapi juga bagaimana para aktor dan aktris yang terlibat dalam film ini mampu menjiwai peran mereka secara mendalam. Seperti yang dijelaskan oleh Hartini (2023), karakter-karakter dalam film ini memiliki kedalaman psikologis yang luar biasa, dan itu tercermin dalam cara mereka berinteraksi satu sama lain.

Peran Angga Yunanda sebagai Muklas, seorang pemuda yang berusaha mendapatkan perhatian di media sosial dengan tampil sebagai sosok yang ideal, adalah contoh yang sangat mencolok dalam menggambarkan peran media sosial dalam membentuk identitas seseorang. Angga Yunanda mengungkapkan bahwa untuk memerankan karakternya, ia harus mengalami perubahan fisik yang cukup drastis, seperti mewarnai rambut dan menambah berat badan, yang menggambarkan bagaimana dunia maya sering kali memanipulasi persepsi seseorang terhadap dirinya sendiri (Hutahaean, 2023).

Selain itu, karakter Prilly Latuconsina juga memiliki peran yang sangat penting dalam menggambarkan tema film ini. Prilly memerankan seorang anak band indie dan aktivis yang harus menghadapi kenyataan bahwa media sosial memberikan tekanan yang besar untuk selalu tampil sempurna, padahal dalam kehidupan nyata, ia memiliki banyak masalah yang harus dihadapi (Hutahaean, 2023). Peran Prilly ini sangat relevan dengan realitas kehidupan sosial sekarang, di mana banyak orang berjuang untuk tetap terlihat "perfect" di media sosial meskipun mereka tidak selalu merasa demikian di dunia nyata.

Film Budi Pekerti mendapat berbagai respons yang sangat positif dari penonton dan kritikus film. Menurut Fathurrozak (2023), film ini berhasil menarik perhatian penonton di festival film internasional, termasuk di Toronto Film Festival, di mana film ini pertama kali diputar. Respons positif ini tidak hanya datang dari penonton domestik, tetapi juga dari audiens internasional yang mengapresiasi tema film ini yang sangat relevan dengan perkembangan media sosial di seluruh dunia.

Tidak hanya itu, film ini juga menjadi bagian dari official selection di berbagai festival film bergengsi, seperti SXSW Sydney 2023 (Hartini, 2023). Keberhasilan ini menunjukkan bahwa Budi Pekerti tidak hanya menarik perhatian penonton lokal, tetapi juga memiliki nilai universalisme dalam tema yang diangkat. Film ini berhasil menghubungkan berbagai aspek kehidupan sosial dan teknologi yang dirasakan oleh banyak orang di berbagai belahan dunia.

Namun, meskipun mendapat sambutan positif, Budi Pekerti juga tidak luput dari kritik. Salah satu kritik yang muncul adalah mengenai cara film ini menyajikan masalah yang ada secara terlalu sederhana. Beberapa penonton merasa bahwa film ini tidak cukup mendalam dalam mengulas dampak psikologis yang dialami oleh karakter-karakternya akibat media sosial, sehingga pesan yang ingin disampaikan terasa kurang kuat. Menurut Sakina (2023), meskipun film ini mengangkat isu yang sangat relevan, namun ada beberapa elemen dalam cerita yang terasa terlalu klise dan tidak memberikan solusi nyata terhadap permasalahan yang diangkat.

Film Budi Pekerti merupakan sebuah karya yang tidak hanya menghibur, tetapi juga memberikan refleksi mendalam tentang pengaruh media sosial dalam kehidupan kita. Melalui karakter-karakternya yang kuat dan tema yang sangat relevan, film ini berhasil menyentuh isu-isu sosial yang penting, seperti identitas, kesenjangan sosial, dan dampak media sosial terhadap kesehatan mental. Meskipun mendapat beberapa kritik terkait kedalaman penggambaran tema, secara keseluruhan film ini berhasil menggugah penonton untuk lebih sadar akan dampak media sosial dalam kehidupan mereka.

Dengan keberhasilan film ini di berbagai festival internasional, Budi Pekerti membuktikan bahwa karya-karya film Indonesia mampu berbicara dalam bahasa global dan menyentuh masalah-masalah universal yang relevan dengan kehidupan banyak orang. Sebagai karya sinematik, film ini berhasil menyampaikan pesan yang kuat tentang pentingnya menjaga keseimbangan antara dunia nyata dan dunia maya, serta bagaimana kita harus berhati-hati dalam membentuk identitas di era digital yang serba terbuka ini.

Selain itu, Budi Pekerti juga membuka ruang untuk refleksi lebih dalam tentang bagaimana media sosial membentuk perilaku individu dan kelompok dalam masyarakat. Dalam film ini, terlihat jelas bagaimana karakter-karakter utama berjuang untuk mencari pengakuan dan validasi melalui media sosial, namun pada saat yang sama mereka terperangkap dalam kebohongan dan ketidakjujuran yang mereka buat demi memenuhi ekspektasi yang ada. Proses ini memperlihatkan betapa rapuhnya identitas yang dibentuk oleh dunia maya. Hal ini juga berhubungan dengan studi yang menunjukkan bahwa media sosial seringkali menciptakan distorsi sosial, di mana pengguna lebih mementingkan penampilan dan citra daripada kedalaman hubungan nyata (Brenner & Smith, 2023). Dalam konteks ini, Budi Pekerti tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga sebagai peringatan tentang potensi destruktif dari budaya digital yang berkembang pesat.

Pada akhirnya, film ini menggugah kesadaran penonton tentang pentingnya membangun kepercayaan diri yang sejati, bukan berdasarkan apa yang dilihat di layar kaca. Budi Pekerti mengajak kita untuk lebih kritis dalam memandang citra diri dan relasi sosial yang dibentuk oleh media sosial. Film ini berhasil menunjukkan bahwa meskipun teknologi digital memberikan banyak manfaat, pengaruhnya terhadap psikologi dan perilaku individu dapat menjadi sangat merusak apabila tidak diimbangi dengan kesadaran dan pemahaman yang tepat. Di era yang semakin terdigitalisasi ini, penting bagi kita untuk tidak hanya terfokus pada apa yang terlihat di dunia maya, tetapi juga memperhatikan kualitas interaksi dan hubungan sosial di dunia nyata. Dengan cara ini, kita dapat memastikan bahwa kita tetap memiliki budi pekerti yang baik, yang menjadi dasar dari kehidupan sosial yang sehat dan harmonis.

SIMPULAN 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun