Mmmm ... Haiii ...Â
I don't know how to start, but I want to tell you, that the weather tonight is really good and I like situations like this.
Ketika tulisan ini dalam pengerjaan, keadaan dan cuaca di luar sangat dingin, gelap, dan sedang turun hujan. Angin bertiup dengan lembut di udara, guntur yang sesekali bergemuruh dengan sekilas cahaya, dan air yang terus turun membasahi tanah yang tenang. Duduk  sendiri di ruangan yang dikelilingi kegelapan, diselimuti sutas kain yang menghangatkan, dan hanya diterangi cahaya dekstop sembari mendengarkan lagu "Saturn" by SZA melalui headphone putih yang sudah setengah sayang dibuang.
Sesekali memperhatikan setiap rintik hujan di balik jendela, sangat terasa betapa damai dan sunyinya malam ini. Untuk mengisi kedamaian dan kesunyian malam ini, harus ada suatu hal sederhana yang dilakukan. Yap, read books or write simple thing. For me, the sexiest thing in the world is reading or writing. I don't know how it works but that's just my opinion.
How do you think, guys?
Reading books is my new hobby for this year. Saya suka membaca buku di mulai saat libur semester 3 berlangsung. Sebelum liburan tiba, saya membuat rencana untuk mengisi liburan saya dengan membaca buku tanpa tahu pada akhirnya akan terus berlanjut hingga saat ini. Beberapa hari sebelum pulang ke kampung halaman, saya menyempatkan diri untuk membeli buku dengan teman saya. Â Buku yang berjudul The 5 AM Club karya Robin Sharma adalah buku yang saya pilih untuk mengisi waktu liburan saya.Â
Saat liburan berlangsung, berbeda dengan prediksi awal, selama tiga minggu saya menyelesaikan dua buku bacaan sekaligus yaitu "The Alpha Girl's Guide" karya Henry Manampiring dan "The 5 AM Club" by Robin Sharam. Ternyata membaca buku tidak semembosankan itu asalkan kita mendapakan genre apa yang kita sukai untuk dibaca.Â
Minggu ini saya telah menyelesaikan buku yang berjudul "Atomic Habits" karya James Clear, dan mulai membaca buku-buku lainnya seperti How to Win Friends and Infuence People in The Digital Era karya Dale Carnegie dan The Psychology of Money karya Morgan Hoursel. Ya, betul saya suka membaca buku-buku yang bertemakan self-improvment, self-development, dan self-healing.
So guys, do you have a new hobby this year?
As introver, sulit rasanya untuk membuka diri terlebih dahulu. Jangankan kepada orang yang baru di kenal, kepada orang yang sudah lama kenal saja tidak dengan mudah akan seterbuka itu. Apalagi ditambah jika membicarakan tentang hal-hal yang sangat intim seperti agama, umur, status percintaan, kebiasaan buruk, penyakit yang diidap dan lain sebagainya. Candaaa, siapa juga yang menanyakan hal-hal sampai sejauh itu. Sebenarnya banyak pemicu yang menyebabkan sulit  untuk percaya kepada orang lain.Â
Dan kita masing-masing tentu memiliki alasan yang berbeda-beda untuk itu. Mungkin alasan terbesar saya untuk  tidak terbuka kepada orang lain adalah karena perbedaan kepribadaian dan cara berfikir yang mungkin akan malah menimbulkan masalah (jauh juga ya mikirnya). Sebenarnya saya orang yang cukup sederhana dalam menghadapi situasi, sebisa mungkin saya menyesuaikan kepribadian sesuai kondisi. Ada kalanya saya banyak mendengarkan, ada kalanya saya banyak berbicara, ada kalanya saya banyak bertindak, dan ada kalanya saya tidak melakukan apapun.
Bagi teman-teman hal apa yang membuat ragu untuk menjadi terbuka kepada orang lain?
Tidak mudah dilahirkan dan menjalani hidup sebagai anak bungsu perempuan. Menjadi anak terakhir di keluarga secara tidak langsung menjadi harapan terakhir orang tua. So that the reason why my first name is "NADIA" (harapan dalam bahasa Romania/Prancis). Berharap tentang apa? Kesuksesan? Keberhasilan? Tentu saja semua orang ingin menjadi orang yang sukses, termasuk kedua orang tua saya, mereka ingin suatu saat saya bisa menjadi orang yang sukses. And also that the reason why my last name is "FAUZIAH" (sukses dalam bahasa Arab). So I'm my parents' last NADIA and in the future I want to be FAUZIAH for myself and my parents.
Apakah nama teman-teman juga memiliki arti yang bermakna?
Let's throwback ...
Ketika saya masih duduk di Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP), saya dikenal sebagai anak yang pintar, ambisius, aktif, dan pemberani (mang eaaa?). Saat masih duduk di bangku Sekolah Dasar, saya selalu menempati posisi 3 teratas kelas. Saya menjadi salah satu murid yang cukup diunggulkan dibandingkan dengan teman-teman saya yang lain. Mengikuti perlombaan sana-sini. Dipercaya mewakili sekolah untuk mengharumkan nama sekolah dan lain sebagainya.Â
Saat Sekolah Dasar saya tidak hanya mengikuti perlombaan saja tetapi juga banyak memenangkan perlombaan, mulai dari akademis, olahraga, hingga lomba di bidang keagamaan. Rasanya bangga sekali jika mengingat masa-masa itu. Tidak hanya itu, saat itu juga saya mulai aktif untuk berbicara dan mengambil peran penting di depan banyak orang, seperti menjadi pemimipin saat upacara, pidato saat acara Maulid Nabi, menjadi MC ketika acara Isra' Mi'raj dan lain sebagainya.
Jadi rindu deh ...
Kemudiaan ketika saya duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama, saya dipilih dan dipercaya menjadi bagian dari  Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) di bidang Kerohanian. Lucu deh jika diingat-ingat kembali, saat itu saya cukup disegani oleh teman-teman dan adik-adik kelas saya.Â
Ya, karena saya dulu bersikap tegas dan dingin (senggol dong), tidak hanya ketika menjalankan tugas sebagai anggota OSIS tapi kadang-kadang saat berada di keramaian saya bersikap seperti itu. Hari-hari saya tidak hanya dihabiskan dengan kagiatan-kegiatan berorganisasi saja, tetapi saya juga mengikuti beberapa ekstrakulikuler seperti basket, rohis dan lain sebagainya.Â
Tidak lupa dengan prestasi yang saya pertahankan selama di bangku Sekolah Dasar, dengan rasa syukur saat duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama saya selalu mendpatkan posisi 3 teratas di kelas kecuali saat kelas 3 semester 2 saya mendapakan peringkat ke 4.
Sedih? Kecewa? Kesal? Bohong banget kalo jawab "nggak". Tapi ya mau gimana lagi, mungkin usaha sama belajarnya kurang serius.
Â
Waktu terus berlalu hingga mengentarkasn saya bisa duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA). Ini adalah masa di mana saya ingin mengulangnya lagi. Bukan karena saya menyukai masa-masa ini tapi karena pada masa-masa ini saya mulai kehilangan diri saya yang sudah saya bangun ketika saya kecil.Â
Mungkin ini semua diawali saat pandemi Covid-19 melanda seluruh dunia yang mengharuskan seluruh kegiatan di luar berhenti dan di minimalisir sekecil mungkin yang di mana kegiatan belajar-mengajar di sekolah ikut terseret dan pada akhirnya dilakukan secara online. Kegiatan belajar-mengajar seperti ini benar-benar tidak kondusif sehingga apa yang saya pertahankan dari Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Pertama hancur dan membuat bsaya kehilangan motivasi belajar. Mungkin karena diam selama 2 tahun hanya mengurung diri membuat saya lupa cara berinteraksi dan bersosialisai. Kejadian itu membuat saya pasif, tidak memiliki motivasi dan kehilangan diri saya sendiri.
Where I was used to be?
Now ...
Allah mengizinkan saya berkesempatan untuk dapat merasakan bangku kuliah. Tapi perjalanan yang saya lewati hingga pada akhirnya berada di titik ini tidaklah instan dan mudah. Saya lagi-lagi harus menghadapi beberapa kegagalan dan kekecewaan. Saya tidak berkesempatan untuk dapat merasakan bangku kuliah dan jurusan impian saya.Â
Lagi-lagi saya kecewa dengan diri saya sendiri, mengapa saya tidak sungguh-sungguh dalam memperjuangkan sesuatu? Dan pada akhirnya hasillah yang kembali menyadarkan saya bahwa saya belum layak mendapatkan apa yang saya inginkan. Kita selalu merencanakan apa yang ingin kita capai, tapi Allah telah menyusun rencana dan lebih tau apa yang hamba-Nya butuhkan.Â
Mencoba mengikhlaskan apa yang sudah diperjuangkan namun tidak dapat dimiliki adalah hal yang sangat sulit. Namanya juga berjuang pasti ada jatuh-bangunnya, pasti ada suka-dukanya, pasti ada kecewa-bangganya, dan yang terpenting ada hikmah yang bisa dipetik untuk dijadikan pelajaran bagi kedepannya.
Nangis banget kalo diinget-inget lagi ...
Saat ini saya merupakan mahasiswa semester 4 di jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di salah satu universitas swasta unggul di Bandung. Sulit rasanya merelakan kampus dan jurusan impian, namun apa gunanya jika hanya bersedih dan mengeluh? Itu hanya akan menyiksa dan membunuh motivasi-motivasi yang masih ada di dalam diri kita sendiri. Disetiap hari mencoba untuk mengikhlaslkan dan menjalani hari demi hari sebaik mungkin dan berusaha untuk menerima keadaan. Alhamdulilla, saya masih diberi kesempatan untuk bisa merasakan bangku kuliah.
Hari demi hari terlewati yang pada akhirnya tidak seberat di awal. Bangun dari keterpurukan, membangun motivasi yang terkubur, menjadi peribadi yang lebih baik adalah bentuk dari menghargai dan menyayangi diri sendiri. Saya harap rasa rindu saya tehadap diri saya yang dulu dapat terobati dan saya juga berharap saya sedang berada di jalan yang benar untuk bisa mememukan dan menjemmput kembali diri saya yang hilang.
I miss her ...
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI