Perih perlahan menyisih, rumpunan padi melambai-lambai
Terlalu sakit untuk ku toleh, terlalu perih untuk beranjak pergi
Ditengah gurun kering, kulihat kau dari kiloan meter menyejukkan
Kusedang sekarat kehausan, apa kau kira ku akan jalan menghampirimu ?
Sejam yang lalu nyawaku diambang maut, sesak dada ini, kecewa yang kurasa, dan keputus asa an !!!
lalu sekarang kau mau kudatang padamu ?
HAHAHAHÂ
kadang ego memang sebodoh itu...
kita bodoh saat mengenal cinta, mencoba bangkit mengobati kecewa
Lalu apa ?
Apaa ???
Kau kembali mengenal cinta, dan terulang dibodohinya... apa itu yang kau mau ?
Untuk apa kau mencoba-coba mempertaruhkan hatimu lagi ?
"Perbedaan..."
"Perbedaan lah yang membuatku berjabat tangan kembali dengan cinta"Â jawabnya
Keras kepalaku yang mengenalkanku dengan sabarnya
Cemburuku yang membuatnya selalu belajar berfikir dewasa bersama
Egoku yang menuntunku belajar cara mengalah
Khawatirku yang mengajarkan memberi sebuah kabar
sibukku yang mengingatkanku bahwa ada seseorang yang menunggu kabar dariku
Dan...
Dan aliran air saat ditengah gurun sepi,
dia mengalir membuat sebuah aliran kecil dan menghampiriku
Terimakasih telah berjabat tangan denganku...
Kuharap bisa akrab dengan terang gelapmuÂ
Terpeluk erat hingga akhir hayatku
080919, Kuala Lumpur
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H