Mohon tunggu...
Nadia Choirunnisa Anggiani
Nadia Choirunnisa Anggiani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Mercu Buana

A psychological student and a content writer

Selanjutnya

Tutup

Film

Mengulas Tokoh Soeraja Dalam Serial "Gadis Kretek" dengan Pendekatan Psikologis, Baik atau Jahat?

18 Juni 2024   23:10 Diperbarui: 19 Juni 2024   02:43 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Netflix

Apa yang harus dilakukan untuk mengurangi disonansi?

Pada dasarnya, cara termudah untuk menghilangkan disonansi kognitif ini adalah dengan mengubah tindakan atau perasaan kita terhadap elemen perilaku, karena perilaku dan perasaan individu sering sekali berubah tergantung kepada informasi baru yang didapatkan (Festinger, 2957). Namun umumnya, ada tiga cara yang dapat dilakukan seseorang untuk bisa mengurangi disonansi kognitif yang dialaminya, 1) mengubah perilaku agar sejalan dengan pemahaman yang ia percaya, 2) membenarkan perilaku dengan mengubah pemahaman yang dipercaya, dan 3) merubah perilaku dan menambahkan pemahaman baru.

Ketika individu mengalami disonansi kognitif, maka individu tersebut berusaha untuk mengurangi disonansi kognitif tersebut. Festinger (1957) mengemukakan bahwa cara individu untuk mengurangi disonansi kognitif adalah dengan mengubah elemen kognitif perilaku, mengubah elemen kognitif lingkungan, dan menambah elemen kognitif baru. Kesimpulan dari pemaparan di atas adalah disonansi kognitif yaitu kondisi individu memiliki dua atau lebih pemikiran yang berasal dari dirinya sendiri dan dari lingkungan sekitar dan individu dituntut untuk memilih pemikiran tersebut.

Soeraja dan Disonansi Kognitif

Contoh yang relevan untuk menggambarkan disonansi kognitif adalah situasi yang dialami oleh Soeraja, yang dianggap sebagai orang jahat atau dicap sebagai “laki-laki red-flag” karena tindakannya yang tidak sejalan dengan nilai-nilai yang dipegang oleh orang-orang di sekitarnya. Beberapa orang percaya bahwa seharusnya Soeraja terus mencari Dasiyah apapun yang terjadi. Mereka berpendapat bahwa jika Soeraja tidak dapat bertemu dengan Dasiyah, seharusnya ia tetap setia dan tidak menikah dengan orang lain bahkan hingga memiliki tiga anak. Orang-orang beranggapan bahwa tindakan Soeraja tersebut adalah tindakan paling kejam yang bisa dilakukan terhadap orang yang ia sayangi. Bukan hanya menikah dan memiliki anak dengan orang lain, tetapi juga menggunakan resep kretek buatan Dasiyah untuk keuntungan pribadinya yang ia gunakan untuk melakukan ekspansi bisnis keluarga barunya dan menyukseskan keluarganya. 

Jika dilihat sekilas, semua itu tampak benar. Namun, ketika kita menerapkan pendekatan teori disonansi kognitif, kita dapat melihat bahwa sebenarnya Soeraja mengalami disonansi kognitif yang sangat kompleks. Pada awalnya, ia pun tidak menerima kenyataan bahwa ia harus hidup terpisah dari Dasiyah. Ia berusaha mencari Dasiyah dengan harapan bisa hidup kembali bersamanya, walaupun usahanya tidak membuahkan hasil. Setelah berbagai upaya tidak berhasil, Soeraja memutuskan untuk mereduksi disonansi yang ia alami dengan merubah salah satu kognisinya. Ia menerima kenyataan bahwa ia harus melanjutkan hidup tanpa Dasiyah dan meyakini bahwa menikahi putri Djagat adalah pilihan terbaik. Dengan cara ini, ia berharap suatu hari bisa bertemu lagi dengan Dasiyah, dan dalam prosesnya, ia bisa mencapai kesuksesan dengan Kretek Gadis. Banyak orang mungkin melihat hal ini sebagai kesalahan besar atau bahkan tindakan kriminal, namun kenyataannya adalah bahwa keputusan tersebut merupakan cara paling realistis yang bisa diambil dalam situasi tersebut. Realitas ini tidak selalu dapat diterima oleh semua orang.

Dengan demikian, tindakan Soeraja tidak sepenuhnya jahat jika dipahami dari perspektif yang lebih luas dan realistis. Ia melakukan apa yang secara alami dilakukan oleh manusia ketika menghadapi kesulitan besar: melanjutkan hidup dengan apa yang ada di depannya. Soeraja tidak hanya berusaha dan menyesali keadaan, tetapi ia juga berusaha untuk tetap memaksimalkan kehidupannya di masa sekarang "make the best out of it." Setiap orang berhak memilih cara mereka sendiri untuk mereduksi disonansi yang dialaminya, dan dalam kasus Soeraja, ia memilih cara yang menurutnya terbaik untuk menghadapi situasi yang sangat sulit ini.

DAFTAR PUSTAKA

Suatan, A. T., & Irwansyah, I. (2021). Studi Review Sistematis: Aplikasi Teori Disonansi Kognitif dan Upaya Reduksinya pada Perokok Remaja. JURNAL LENSA MUTIARA KOMUNIKASI, 5(1), 72–82. https://doi.org/10.51544/jlmk.v5i1.1556 

Achmad, R. A., & Firdayati, A. (2019). DISONANSI KOGNITIF PADA PEREMPUAN PECANDU PORNOGRAFI. Jurnal Ecopsy, 6(1). https://doi.org/10.20527/ecopsy.v6i1.6028 

Aronson, E., Wilson, T. D., Akert, R. M., & Sommers, S. R. (2020). Social psychology, global edition. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun