Mohon tunggu...
Nadia Azzahra
Nadia Azzahra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya merupakan mahasiswa UPI KAMPUS CIBIRU yang saat ini tengah menjalani perkuliahan semester 1 prodi PGSD.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Peran Guru dan Pendidikan Karakter terhadap Generasi Alpha di Era Perkembangan Teknologi

18 Desember 2022   19:03 Diperbarui: 18 Desember 2022   19:05 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Generasi Milenial atau juga disebut dengan Generasi Y ialah mereka yang lahir pada rentang tahun 1980 sampai dengan tahun 2000. Generasi yang lahir setelahnya disebut dengan Genersi Z dicirikan dengan karakter yang kurang fokus dibandingkan dengan generasi milenial, tetapi lebih serba praktis, lebih individul, global, berpikiran terbuka, cepat terjun ke dunia kerja , banyak berwirausaha, dan lebih ramah teknologi (Adam, 2018). Sementara, Generasi Alpha atau disebut juga Generasi Glass merupakan generasi yang lahir dan merupakan keturunan dari generasi milenial. Generasi ini pertama kali lahir pada tahun 2010 dimana itu merupakan tahun yang sama dengan perilisan iPad pertama kali oleh Apple dan juga peluncuran aplikasi Instagram(Ni’matuzahroh dkk., 2022) 

Genersi alpha lahir dan hidup di jaman yang sudah serba layar kaca dan juga multi-tugas. Perkembangan teknologi tempat mereka lahir sudah tidak terdapat media seperti media konvensional kertas. Semuanya penyebaran konten bersifat kinestetik, visual, interaktif, dan terhubung secara portabel melalui layar kaca (Mccrindle, 2019). Gen-A merupakan generasi yang paling dekat dan akrab dengan teknologi digital. Mereka juga diklaim sebagai generasi yang paling cerdas dibandingkan dengan generasi sebelumnya (Kuswanto dkk., 2022). Hal ini dikarenakan mereka sudah mengenal teknologi bahkan ketika mereka masih berada di dalam kandungan. Misal, saat orang tua memperdengarkan musik melalui ponsel kemudian mendekatkanya pada perut dengan tujuan agar bayi yang ada di dalam kandungan mendengar apa yang orang tua dengarkan. Itu merupakan salah satu keadaan dimana generasi alpha mengenal teknologi. Akan tetapi, generasi ini memiliki stigma negatif karena mereka tumbuh dan berkembang di lingkungan yang di kelilingi teknologi dengan segala kecanggihan dan juga kemudahan dalam menjalani hidup menjadikan generasi ini kurang menghargai orng lain, tidak menghargai proses, kurang bersosialisasi, individualis serta ingin serba instan. Mc Crindler memprediksi bahwa kemungkinan generasi alpha tidak akan bisa lepas dari gadget (Fadlurrohim dkk., 2019). 

Di tengah perkembangan teknologi yang semakin canggih dan masif seperti sekarang ini, generasi alpha tidak hanya membutuhkan pendidikn yang berbasis transfer ilmu saja melainkan juga membutuhkan pendidikan yang mampu untuk membangun karakter. Pembangunan karakter pada gen-A diperlukan karena teknologi yang semakin maju mampu menyebabkan pudarnya nilai-nilai karakter, seperti nilai religi, nilai kemandirian, toleransi, peduli sosial, dan tanggung jawab. Karakter itu sendiri identik dengan akhlak, etika, dan moral serta perilaku universal manusia yang mencakup hubungan manusia dengan Tuhan, diri sendiri, dengan sesama manusia lainnya dan lingkungan. Perilaku tersebut terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan yang didasarkan pada norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat (Rihlah dkk., 2020). Menurut Ki Hajar Dewantara (Mudana, 2019) pendidikan merupakan upaya untuk memajukan budi pekerti (kekuatan batin dan karakter), pikiran (intelek) dan tubuh seorang anak, bukan hanya kegiatan transfer ilmu pengetahuan. Pendidikan juga merupakan proses yang dinamis dan berkesinambungan yang menekan keseimbangan akan cipta, rasa, dan karsa sehingga keberdaannya dapat menyesuaikan dengan tuntutan zaman. Pendidikan karakter dimulai dari lingkungan paling pertama, yakni lingkungan keluarga kemudian sekolah, dan setelah itu komunitas seperti tempat bermain, les, lembaga kursus, dan lain sebagainya. Akan tetapi faktor yang paling mempengaruhi dan menentukan karakter ialah lingkungan keluarga (Prasanti & Fitriani, 2018). Karena itu apabila seorang anak memiliki sifat yang kurang baik, hal itu merupakan bawaan dari lingkungan pertamanya. 

Pada umumnya pendidikan karakter bertujuan untuk membangun karakter baik pada anak, seperti bertanggung jawab, disiplin, berakhlak baik, sopan santun, dan lain-lain. Menurut Pusat Kurikulum Kementerian Pendidikan Nasional pendidikan karakter mencakup berbagai aspek diantaranya (1) religius; (2) jujur, (3) toleran, (4) disiplin, (5) kerja keras, (6) kreatif, (7) mandiri, (8) demokratis, (9) semangat kebangsaan, (10) cinta tanah air, (11) komunikatif, (12) menghargai prestasi, (13) rasa ingin tahu, (14) cinta damai, (15) gemar membaca, (16) peduli lingkungan, (17) peduli sosial, (18) tanggung jawab (Juanda, 2019). Karakter tersebut tidak bisa terbentuk secara instan melainkan butuh proses dan harus dilatih secara terus-menerus baik melalui pembiasaan ataupun pemberian contoh oleh guru atau orang tua. Menurut Lickona (Sudrajat, 2011 )ada tujuh alasan mengapa pendidikan karakter itu harus diberikan kepada anak : 

1) Jaminan atas kepribadian yang baik 

2) Meningkatkan prestasi akademik. 

3) Membentuk karakter yang kuat bagi dirinya. 

4) Persiapan anak untuk menghormati orang lain sehingga mampu bermasyarakat. 

5) Merupakan solusi atas masalah yang berkaitan dengan problem moral-sosial, seperti ketidaksopanan, ketidakjujuran, pelanggaran kegiatan seksual, dan etos kerja (belajar) yang rendah. 

6) Persiapan terbaik untuk menyongsong perilaku di tempat kerja. 

7) Penerapan sekaligus pembelajaran nilai-nilai budaya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun