Oleh sebab itu banyak cerita yang tidak dapat dibukukan, sehingga sangat sulit untuk dijadikan literatur ataupun referensi dalam sebuah penulisan ilmiah.Â
Pada akhirnya beredar di masyarakat dalam berbagai versi, versi yang beredar tersebut tidak dapat disalahkan begitu saja karena semua cerita bisa saja benar berdasarkan versinya.
Pada artikel kali ini, penulis ingin mengajak untuk menelaah dan mengkritisi sebuah keyakinan yang sakral yaitu pengakuan bahwa ternate adalah Alam Ma Kolano.Â
Penulis berharap bahwa tulisan ini tidak untuk diperdebatkan, melainkan menjadi perenungan bersama sebagai anak cucu yang lahir, besar, atau hidup serta mencari makan di negeri ini.
Di era modernisasi saat ini dengan perkembangan teknologi dan informasi yang begitu pesat, Â tentu saja ikut mempengaruhi wajah Maluku Utara negeri yang dikenal dengan istilah Jazirah Al Mulk atau Moloku Kie Raha, yang didalamnya termasuk wilayah Kesultanan Ternate. Kota Ternate adalah kota paling maju dan berkembang di Provinsi Maluku Utara, hal itu terlihat dengan semakin pesatnya pertumbuhan penduduk di Kota Ternate.Â
Berbagai sarana dan prasarana modern semakin menghiasi wajah ternate, gedung-gedung bertingkat,cafe, tempat hiburan dan taman-taman sudah mudah dijumpai di sepanjang kota ternate. Sayangnya pengaruh positif modernisasi di Kota Ternate, berjalan beriringan dengan dampak negatifnya.Â
Dari hal yang terkecil, contohnya dengan adanya penggunaan media sosial yang seharusnya dimanfaatkan ke arah positif seperti untuk menjalin silaturahmi atau mendapatkan informasi, sayangnya malah dijadikan tempat untuk saling mencaci maki, bertengkar, menyebarkan aib, kebencian dan lain sebagainya yang merusak hubungan kekeluargaan di lingkungan masyarakat di Kota Ternate yang nantinya berpotensi menyebabkan perpecahan.Â
Era modernisasi dan digitalisasi ini juga terlihat sangat mempengaruhi tindak kejahatan serta kenakalan remaja di Kota Ternate, gaya hidup kebarat-baratan mulai melunturkan jati diri generasi mudah.Â
Bahkan tindakan yang mencederai adat se atorang, tidak sesuai dengan nilai moral dan luhur di wilayah adat Kesultanan Ternate tumbuh subur di era saat ini.
Dari sinilah penulis mengajak untuk mengkritisi dan mengevaluasi diri, utamanya anak cucu yang hidup, besar serta mencari makan di tanah yang diyakini dan diakui sebagai Alam Ma Kolano.Â
Jika merujuk secara harfiah Alam Ma Kolano dapat diartikan sebagai penguasa alam, jika dikatakan sebagai penguasa menurut penulis hal itu dapat dibenarkan karena sejalan dengan kedudukan manusia dimuka bumi sebagai Khalifah Fil Ardh. Manusia adalah makhluk yang diciptakan Allah Swt, yang kemudian diamanahkan menjadi Khalifa di muka bumi atau wakil Tuhan di bumi yang tentu saja untuk menjadi Rahmatan Lil Alamin atau pembawa rahmat bagi semesta alam.