Mohon tunggu...
Pendidikan

Apakah Pendapatan Seseorang Dapat Mepengaruhi Perubahan Konsumsi?

1 Maret 2019   11:47 Diperbarui: 1 Maret 2019   13:03 1850
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

1. Pengertian Konsumsi

Konsumsi adalah sesuatu kebutuhan yang dapat mewujudkan suatu maslahah untuk memenuhi kebutuhan seseorang. Pada dasarnya untuk mewujudkan suatu maslahah, masyarakat dapat memilih keputusan jumlah berapa dan kapan diperlukan agar maslahah tersebut dapat terwujud. 

Sumber daya merupakan salah satu alternatif yang dapat di manfaat ataupun digunakan untuk memenuhi kebutuhan dan kenginginan manusia. Konsumsi berperan penting untuk kebutuhan ekonomi manusia maupun negara. Jadi konsumsi adalah pemakaian barang maupun jasa yang keluarkan atau d buat oleh produsen.

Konsumsi yang dilakukan oleh masyarakat biasanya menghadirkan banyak pilihan dalam mengkonsumsi barang atau jasa. Pada kenyataannya dilapangan, masyarakat dihadapakan pada permasalahan umum dalam mengkonsumsi barang dan jasa yaitu kelangkaan. 

Kelangkaan akan barang atau jasa timbul bila keinginan seseorang atau masyarakat ternyata lebih besar daripada tersediannya barang jasa tersebut. Jadi kelangkaan ini muncul apabila tidak cukup bbarang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan tersebut. (Fahmi medias, 2018:hlm 19)

Pada rumah tangga berpendapatan rendah. Mereka akan membelanjakan uangnya untuk keperluan primer seperti sandang,pangan dan papan. Seiring dengan bertambahnya pendapatan, kua;itas pangan yang dikonsumsi bertambah tinggi. Tidak hanya sekedar beras, singkong, sagu, dan lain-lain, tetapi akan di tambah daging, sayur-mayur, dan buah-buahan. 

Sedangkan rumah tangga berpendapatan menengah, terdapat bagian dari pendapatan yang dialokasikan untuk keperluan tempat tinggal permanen, yang pada umumnya cenderung konsisten. Selain itu terdapat pula anggaran untuk keperluanlain seperti biaya pendidikan, transportasi, rekreasi, dan pakaian dengan kualitas yang lebih baik. (Sonny Harry B. Harmadi, 2016: hlm 3.3)

Rumah tangga berpendapatan tinggi akan mampu untuk membeli barang mewah dan cenderung akan makin bertambah seiring dengan makin naiknya pendapatan yang diterima. Pada alhirnya rumah tangga akan mengalokasikan sebagian pendapatannya untuk tabungan. Dapat diperhatikan bahwa tabungan akan makin besar seiring dengan makin bertambah besarnya pila pendapatan. (Sonny Harry B. Harmadi, 2016: hlm 3.3)

Rasulullah SAW bersabda:

Artinya: "dari Amr bin Syuaib dari ayahnya dari kakeknya berkata, Rasul SAW bersabda: "makan dan minumlah, bersedekahlah serta nerpakaianlah dengan tidak berlebihan dan tidak sombong." (HR. Nisa'i). Dijelaskan pada sabda Rasulullah SAW bahwasannya dalam mengkonsumsi makanan, minuman, ataupun pakaian alangkah baiknya dengan secukupnya saja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. 

Jikalau seseorang mempunyai sandang pangan yang lebih dapat diberikan atau disedekahkan kepada orang kurang mampu. Akan tetapi dengan memberikannya sebagian apa yang kita miliki baik barang maupun jasa janganlah sekali-kali berbuat sombong kepada orang lain. 

Dalam mengkonsumsi suatu barang maupun jasa sebaiknya menyesuaikan dengan pendapatan yang dimiliki oleh manusia. Kebanyakan masyarakat cenderung lebih memilih barang dan jasa untuk meningkatkan maslahahnya dalam memperoleh suatu kebutuhan.

Atas dasar kebutuhan tersebut individu akan mempunyai permintaan terhadap barang dan jasa, semakin banyak penduduk suatu negara, itu berarti semakin banyak barang atau jasa yang dikonsumsi dan semakin besar  juga permintaan masyarakat akan suatu jenis barang dan jasa. 

Permintaan di pasar barang sangat berkaitandengan harga. Sehingga permintaan baru akan memiliki arti jika didukung dengan daya beli permintaan barang. (Fahmi Medias, 2018: hlm 19).

2. Norma dan Etika dalam Konsumsi 

Seimbang dalam konsumsi

Islam mewajibkan kepada pemilik harta agar menafkahkan sebagian hartanya untuk kepentingan diri, keluarga, dan fi sabilillah islam mengharamkan sifat kikir. Di sisi lain, islam juga mengharamkan sikap boros dan menghamburkan harta. Inilan keseimbangan yang diperintahkan dalam Al-Qur'an yang mencerminkan sikap keadilan dalam konsumsi. 

Seperti yang di syaratkan dalam QS Al-Isra' [17]: 29 yang artinya "Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada pundakmu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya karena itu akan menjadikan kamu tercela dan menyesal."

Membelanjakan Harta pada Bentuk yang Dihalalkan dan dengan Cara yang Baik

Islam mendorongdan memberi beberapa kebebasan kepada individu agar membejanjakan hartanya untuk membeli barang-barang yang baik dan halal dalam memenuhi kebutuhan hidup. Kebebabsan itu diberikan dengan ketentuan tidak melanggar batas-batas yang suci serta tidak mendatangkan bahaya terhadap keamanan dan kesejahteraan masyarakat dan negara. Dalam QS Al-Qur'an [5]: 88 ditegaskan yang artinya: "Dan makanlan makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-nya." 

Larangan Bersikap Israf (royal), dan Tabzir (Sia-sia)

Sikap hidup mewah biasanya diiringi oleh sikap hidup berlebih-lebih (melampaui batas atau israf). Israf atau royal menurut Afzalur Rahman ada tiga pengertian yaitu, menghambur-hamburkan kekayan pada hal-hal yang diharamkan seperti mabuk-mabukan , pengeluaran yang berlebih-lebihan pada hal-hal yang dihalalkan tanpa peduli apakah itu sesuai dengan kemampuan atau tidak, dan pengeluaran dengan alasan kedermawanan hanya sekedar pamer belaka. (Rozalinda, 2017: hlm 108).

3.Faktor-faktor yang Memengaruhi Tingkat Konsumsi

Pengeluaran konsumsi terdiri dari konsumsi rumah tangga (household consumption/private consumption). Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya pengeluaran konsumsi rumah tangga, antara lain:

Faktor Ekonomi

Pendapatan Rumah Tangga (Household Income)

Pendapatan rumah tangga amat besar pengaruhnya terhadap tingkat konsumsi. Biasanya makin baik tingkat pendapatan, tingkat konsumsi makin tinggi. 

Kekayaan Rumah Tangga (Household Wealth)

Tercangkup dalam pengertian kekayaan rumah tangga adalah kekayaan rill(rumah, tanah, dan mobil) dan financial.

Tingkat Bunga (Interest Rate)

Tingkat bunga yang tinggi dapat mengurangi keinginan konsumsi. Dengan tingkat bunga yang tinggi, maka biaya ekonomi (oppotunity cost) dari kegiatan konsumsi akan semakin mahal.

Perkiraan Tentang Masa Depan (Household Expectation About The Future)

Faktor internal yang dipergunakan untuk memperkirakan prospek masa depan rumah tangga antara lain pekerja, karier, dan gaji yang menjanjikan, banyak anggota keluarga yang telah bekerja.

Faktor Demograf

Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk yang banyak akan memperbesar konsumsi secara menyeluruh, walaupun pengeluaran rata-rata per orang atau per keluarga relative rendah. Pengeluaran konsumsi suatu negara akan sangat besar, bila jumlah penduduk sangat banyak dan pendapat per kapita sangat tinggi.

Komposisi Penduduk

Pengaruh komposisi penduduk terhadap tingkat konsumsi,antara lain makin banyak penduduk yang berusia kurang produktif, makin tinggi tingkat pendidikan masyarakat, makin banyak penduduk yang tinggal di wilayah perkotaan.

Faktor-faktor Non Ekonomi

Faktor-faktor non-ekonomi yang berpengaruh terhadap besarnya konsumsi adalah faktor sosial budaya masyarakat. Misalnya saja, berubahnya pola kebiasaan makan, perubahan etika dan tat nilai karena ingin meniru kelompok masyarakat lain yang di anggap lebih hebat/ideal.(Fahmi Medias, 2018: hlm26)

Alat utama dalam menganalisa konsumsi adalah dengan menggunakan funsi konsumsi. Fungsi konsumsi menunjukkan hubungan antara tingkat dari pengeluaran untuk konsumsi dengan tingkat dengan pendapatan disposible (disposible income) rumah tangga. Pendapatan disposible adalah pendapatan yang telah dikurangi dengan pajak. 

Konsep ini diperkenalkan oleh Keynes berdasarkan dari hipotesis bahwa terdapat hubungan empiris antara konsumsi dengan pendapatan. Fungsi konsumsi lebih mudah ditunjukkan dalam bentuk grafik.     (Sonny Harry B. Harmadi, 2016: hlm 3.3)

DAFTAR PUSTAKA

Sonny Harry B. Harmadi.2016.Pengantar Ekonomi Makro. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka
Rozalinda.2017.Ekonomi Islam. Depok: Rajawali Pers
Fahmi Medias.2018. Ekonomi Makro Islam. Magelang: UNIMMA PRESS

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun