Mohon tunggu...
Nadhira Zelfi Aura Salsabila
Nadhira Zelfi Aura Salsabila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Belajar terus

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Seblang sebagai Warisan Budaya

28 Oktober 2021   07:20 Diperbarui: 5 November 2021   06:53 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Busana yang dikenakan seblang adalah kemben dengan bagian bawah menggunakan kain (sewek). Dilengkapi juga dengan Selendang untuk mendukung gerakan tarian Seblang. 

Tubuh penari seblang dilumuri dengan lulur, supaya tubuh penari terlihat kuning. Tempat pelaksanaan ritual Seblang berada pada lapangan yang cukup luas untuk menampung penonton. 

Arena menari berbentuk lingkaran menyerupai panggung dengan pemain musik berada ditengah, dibawah payung putih besar. Juga ada pondok yang dihiasi dengan hasil pertanian dan perkebunan (Porobungkil) yang digantung di langit-langit pondok. Keberadaan porobungkil merupakan bentuk rasa syukur kepada Tuhan. Di pondok itu juga menjadi tempat sinden menyanyi.

Tari seblang menampakkan kesan mistis, Ini dikarenakan penari Seblang menari dalam keadaan trance (kerasukan) dengan gerakan yang sederhana dan monoton. Sebagai alat untuk berkomunikasi dengan roh leluhur. Sebelumnya, Sang penari Seblang akan ditutup matanya sembari memegang nampan bambu. Pawang Seblang akan mengasapi penari seblang dengan kemenyan. 

Dalam proses masuknya roh ke tubuh penari diiringi dengan Gendhing Seblang Lukinto. Ketika nampan bambu jatuh, menandakan bahwa penari Seblang sudah tidak sadarkan diri dan akan mulai menari. Seblang menari dengan mengelilngi panggung yang berbentuk lingkaran. Sesekali ada jeda untuk Seblang duduk, sebelum melajutkan tariannya lagi.

Penari Seblang diiringi oleh tiga pawang laki-laki dan dua pawang wanita. Seblang menari dengan diiringi musik gamelan dan lagu (gendhing) khas suku Using. Seperti, seblang lukinto, lilira kantun, cengkir gadhing, padha nonton pupuse, padha nonton pedha sembal, kembang menur, kembang gadhung, kembang pepe, kembang dermo.  

Pentingnya musik dan lagu, untuk mengiringi setiap gerakan penari seblang. Setiap lagu digunakan pada gerakan-gerakan yang berbeda. Seperti Gendhing Seblang Lukinto hanya digunakan untuk mengundang roh halus, tidak bisa diganti dengan gendhing yang lain. Saat gendhing kembang dirmo mulai dimainkan, Seblang akan mulai berjualan bunga. 

Ada nampan berisi bunga, bunga itu terdiri dari tiga macam yang ditancapkan pada sebatang bambu kecil. Penonton akan mulai berebut untuk membeli bunga itu. 

Karena dipercaya, kembang Dirmo bisa menjadi perantara untuk keselamatan, mengusir pengaruh jahat, penyakit dan melancarkan jodoh. Selanjutnya, yang menarik adalah saat prosesi Tundikan menunjukkan adanya Interaksi Seblang dengan penonton. Seblang biasanya naik ke atas meja kemudian melemparkan selendang (sampur) ke arah penonton. Penonton yang mengenai sampur harus mau maju ke atas panggung dan menari bersama Seblang. Jika menolak, maka Seblang akan marah. 

Menjelang berakhirnya ritual, para sinden mulai menyanyikan gendhing Celeng Mogok yang tariannya terkesan lebih lemah dan gendhing Candra Dewi terkesan sedih, dibandingkan dengan gendhing-gendhing sebelumnya yang menampilkan suasana lincah dan dinamis. Seblang akan mulai memperlambat gerakannya, tikar mulai digelar dan kemudian Seblang pingsan. Di akhir acara, Penari Seblang disadarkan dengan melepas omprok dan kepala penari ditutup dengan selendang.

Puncak dari ritual seblang pada hari ke-7, ditutup dengan ider bumi dan Selametan.  Pada hari terakhir pelaksanaan tradisi Seblang, jumlah penonton semakin banyak. Ider bumi merupakan prosesi dimana Seblang akan mengelilingi desa  bersama seluruh perangkat yang mengiringi penari Seblang. Dan akan berhenti di tempat-tempat tertentu untuk menari. Sepanjang perjalanan gamelan dibunyikan. Selamatan dilaksanakan dengan memohon keselamatan dengan cara islami bagi desa dan seluruh warganya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun