Menurut salah satu penelitian yang dituliskan pada jurnal berjudul "Status Mutu Air Sungai Cikaniki Kabupaten Bogor Berdasarkan Indeks Pencemaran dan Keanekaragaman Makrofauna" menyebutkan bahwa Sungai Cikaniki memiliki tingkat cemar ringan dengan nilai 2.05-2.35. Penelitian ini menggunakan parameter pH, temperatur, nitrat, ammonia, fosfat, BOD, COD, DO, TSS, dan TDS. Faktor lingkungan yang paling berpengaruh adalah BOD dan COD yang nilainya melebihi batas baku mutu air. Sungai Cikaniki yang digunakan sebagai permukiman sehingga dapat meningkatkan tingginya bahan organik pada Sungai Cikaniki.
Matinya ribuan ikan di Sungai Cikaniki ini juga disebabkan oleh pencemaran limbah. Menurut Agustira (2013), beban pencemaran organik yang masuk ke dalam sungai juga diberikan oleh kegiatan industri meskipun nilainya masih lebih kecil jika dibandingkan dengan permukiman dan pertanian. Setelah dilakukan pengukuran pada awal tahun 2022, komponen kimiawi berupa Sianida di Sungai Cikaniki berada di atas batas baku mutu air. Sianida ini diduga berasal dari pengolahan emas ilegal di Pongkor.
Sedangkan pada Sungai Cileungsi yang menghitam serta memunculkan aroma yang tidak sedap ini diduga karena adanya limbah yang terbuang secara sembarang. Menurut penuturan Ketua Komunitas Peduli Sungai Cileungsi Cikeas, perubahan warna sudah terjadi sejak 5 tahun yang lalu. Selain itu, beliau juga menyatakan bahwa perubahan warna serta bau yang muncul terjadi sekitar 18.00 WIB sampai 22.00 WIB. Setelah fajar muncul, air sungai sudah kembali seperti semula.
Dugaan awal menyebutkan bahwa Sungai Cileungsi tercemar akibat aktivitas industri yang berada di sekitar sungai. Bau amis yang muncul dapat disebabkan oleh limbah daging, sedangkan bau menyengat disebebkan oleh limbah industri yang mengandung bahan kimia. Belum ada penelitian lebih lanjut terkait pencemaran yang terjadi di Sungai Cileungsi sehingga baik pemerintah maupun warga setempat belum mengetahui pasti penyebab terjadinya pencemaran.
Pencemaran air memiliki banyak dampak yang merugikan seluruh aspek kehidupan di muka bumi. Menurut Kementrian Lingkungan Hidup (2004), dampak pencemaran air umumnya dibagi menjadi 4 yaitu dampak terhadap kehidupan biota air, dampak terhadap kualitas air tanah, dampak terhadap kesehatan, dan dampak terhadap estetika lingkungan. Untuk mencegah serta menanggulangi masalah pencemaran air dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti:
- Melakukan pengelolaan limbah dengan benar
- Tidak menjadikan sungai sebagai tempat pembuangan akhir sampah
- Menggunakan deterjen yang ramah lingkungan
- Melakukan pembersihan sumber air
Pencemaran air tidak akan terjadi bila kita dapat menjaga lingkungan yang kita tempati dengan baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H