Mohon tunggu...
Nadhira Arini
Nadhira Arini Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa Psikologi UNISBA 2009 | Homestay di Jerman | Penulis | Blog sy : http://dhira-kadabra.blogspot.de/ twitter : @nadhiraarini

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Selalu Berusaha Memberi, Akhirnya Saya di Sini

26 Juli 2012   11:35 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:35 4102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari dulu saya ingin sekali merasakan tinggal di luar negeri. Merasakan bagaimana tinggal di negara yang bahasanya seratus persen berbeda dari bahasa Indonesia, merasakan bagaimana tinggal jauh dari orang tua, memahami karakteristik orang-orang selain orang Indonesia.

Tapi problemnya adalah saya tidak punya uang dan tidak tahu bagaimana caranya agar saya bisa tinggal di sana. Mau kuliah, tapi nanggung. Saya sudah kuliah di UNISBA semester 4. Kalau ngulang lagi, sayang waktunya banyak terbuang. Akhirnya, saya cari cara dan akhirnya tanpa sengaja saya dapat info tentang homestay di Jerman. Jadi saya berkesempatan tinggal di Jerman selama satu tahun, gratis. Karena segala kebutuhan hidup saya di tanggung oleh orang tua asuh saya nanti.

Pada waktu itu, saya belum bisa bahasa Jerman dan ga berani bilang ke orang tua saya untuk membicarakan rencana saya ingin homestay di Jerman karena takut tidak di izinkan. Karena sudah dua kali saya sempat minta izin untuk mencoba beasiswa ke Jepang dan ke Amerika, tapi kelihatan jelas di mata saya bahwa orang tua saya agak berat melepas saya. Mungkin karena waktu itu saya masih baru lulus SMA. Jadi, orang tua saya agak sedikit khawatir, kalau saya sendirian di negara asing. Walaupun mereka tidak mengutarakan secara langsung kekhawatirannya dan tetap mengizinkan saya berpartisipasi di kedua beasiswa tersebut, tetap saya merasa mereka belum siap melepas saya tinggal sendiri di negara asing. Hasilnya, memang saya tidak lolos di kedua beasiswa itu. Tapi saya terus berfikir, mungkin kedua beasiswa itu bukan yang terbaik buat saya dan mungkin juga karena faktor izin orang tua yang belum rela melepas saya seratus persen.

Karena terus belum mendapatkan ide bagaimana cara membujuk orang tua saya, makin lama saya jadi agak sedikit frustasi. Di satu sisi saya ingin cepat-cepat les bahasa jerman dan ingin cepat-cepat merasakan udara di Jerman, di sisi lain izin dari kedua orang tua sayalah yang amat penting. Selama izin itu belum ada, menurut saya jalan untuk Ke Jerman belum terbuka lebar meskipun kesempatan ada di depan mata.

Karena tidak mau terlalu lama frustasi, akhirnya jalan untuk mengobati rasa frustasi saya itu adalah ikut senior saya berbagi ke anak-anak panti asuhan. Memotivasi mereka agar punya impian besar, menghibur mereka, memberi kejutan kepada anak-anak panti asuhan yang ulang tahun pada bulan itu, memberi bingkisan kecil-kecilan, nonton film bareng, dan banyak hal lagi yang lainnya yang pada akhirnya membuat saya lupa akan frustasi saya. Saya terlalu asik bermain bersama mereka dan kata-kata ibu saya selalu terngiang di telinga saya ketika saya di sana.

Ibu saya pernah bilang:

"Mbak dhira sayang, kalo kamu ketemu anak yatim piatu, usap kepalanya ya, buat mereka tersenyum, mama yakin pasti Allah ngasih berkah yang berlimpah buat kamu, sayang..."


Makanya, setiap saya main atau ngobrol bersama mereka, pasti selalu saya usap-usap kepala mereka dengan lembut, ketawa-ketawa bareng, bercanda bareng... Waahh, tentram deh hati saya. Rasanya bagaikan minum air di tengah gurun pasir. Ademm, cesss~

Asiknya, ikutan senior saya berbagi dengan anak-anak panti asuhan adalah di akhir acara, kita semua berdoa bareng. Sebelum berdoa, kita semua menulis doa yang paling kita inginkan dan setelah selesai kita doa bersama lalu menyebutkan semua doa yang sudah di tuliskan di atas kertas. Karena saya tahu berkahnya pasti banyak, kalau doa di sini, saya pastinya ga mau ketinggalan, dong. Saya tulislah doa saya : "Tahun 2011 dapat izin orang tua untuk homestay ke Jerman" ntahlah bagaimana caranya, pokoknya dapat izin dulu hehe

Efek memberi dan berbagi itu bagusnya adalah bikin ketagihan. Setelah selesai berbagi dengan anak-anak panti asuhan, ntah kenapa hati saya tergerak untuk memberi dan berbagi lagi. Tetapi, karena pada waktu itu jadwal kuliah saya padat. Maklumlah anak Psikologi. Penuh praktikum, tugas, sana sini. Akhirnya, saya sering tidak punya waktu kosong untuk ikutan berbagi bersama senior saya ke panti asuhan. Jadi hal terakhir yang bisa saya lakukan adalah menyedekahkan uang yang saya miliki untuk anak-anak panti asuhan itu. Karena zaman sudah maju, gampang tinggal transfer ke rekening senior saya. Terserah uang itu mau di pakai buat apa, yang jelas untuk kepentingan anak-anak itu. Intinya, saya percaya sama senior saya seratus persen. Walaupun, uang yang saya transfer ga banyak. Tapi sekali transfer, semua uang tabungan saya, saya kasih semua. Rutin, setiap ada uang pasti langsung saya transfer. Intinya, saya jadi tidak punya tabungan sama sekali. Cuma bermodal kepercayaan kepada Allah bahwa niat saya tulus karena Allah. Dan sambil berdoa juga, mudah-mudahan saya di beri kesempatan untuk Homestay di Jerman, mendapatkan izin dari kedua orang tua saya, dan di permudah segala urusan saya.

Akhirnya, tibalah saatnya saya mau memberanikan diri minta izin ke kedua orang tua saya. Saya cari waktu yang tepat untuk ngobrol masalah ini. Dengan jantung berdebar kencang dan berdoa di dalam hati minta kemudahan sama Allah. Saya akhirnya bicara pelan-pelan. Herannya, orang tua saya langsung mengizinkan dan reaksi orang tua saya berbeda tidak seperti ketika saya minta izin ikutan seleksi beasiswa ke Jepang dan ke Amerika. Mereka langsung meng- 'Iya' kan dan bertanya kapan saya bisa mulai les. Saya sempat bertanya ke orang tua saya, apakah saya boleh cuti kuliah, karena niat saya berangkat secepatnya dan tidak mau nunggu selesai kuliah karena masih dua atau tiga tahun lagi hehe Alhamdulillahnya langsung di izinkan dan di doakan oleh orang tua saya. Hari itu adalah hari yang paling menggembirakan untuk saya. Ya Allah, terima kasih banyak.

Akhirnya saya les bahasa jerman bulan April dan bulan Agustus saya tes level A1 Goethe. Kalau saya lulus, ini adalah gerbang utama saya bisa ke Jerman. Karena sertifikat itu adalah syarat utama mengurus visa di kedutaan besar Jerman. Sebenarnya, saya agak sedikit khawatir, karena bulan lalu teman saya ada yang tidak lulus tes dan saya jadi takut ga lulus juga. Tapi Alhamdulillah, segalanya di lancarkan oleh Allah dan saya lulus dengan nilai yang cukup memuaskan :)

Akhirnya tiba saatnya saya mencari orang tua asuh. Dengan modal nekat, saya cari sendiri orang tua asuhnya tanpa bantuan dari agent atau bantuan dari siapapun. Sebelum daftar, saya berdoa lagi sama Allah. Do'anya seperti ini :

"Ya Allah, berikanlah keluarga asuh yg sayang kepadaku seperti Engkau dan orang tuaku sayang kepadaku. Berikanlah Keluarga Asuh yg mendukungku seperti Engkau dan orang tuaku selalu mendukungku melakukan hal-hal yg dapat membantuku di masa depan. Berikanlah keluarga asuh yg selalu melindungiku seperti Engkau dan orang tuaku melindungiku, dan berikanlah adik-adik asuh yg menganggapku sebagai kakak kandungnya, menghormati, dan menyayangiku seperti adik-adik kandungku."


Dan klik, akhirnya saya daftar. Kerennya adalah belum sampai sebulan, saya di rebutin banyak orang tua asuh. Sampai saya sendiri bingung mau pilih yang mana. Ya Allah, betapa beruntungnya saya. Di saat teman-teman saya nyari sampe nangis-nangis orang tua asuh, saya tinggal milih, mau yg mana. Di saat teman-teman saya butuh berbulan-bulan buat nyari satuuu aja orang tua asuh. Saya ga butuh waktu lama. Ga sampe sebulan, ada lebih dari dua puluh keluarga yang mengajukan diri menjadi orang tua asuh saya. Sekarang, saya jadi bingung mau pilih yang mana.

Pastinya, sebelum ada keluarga asuh yang tertarik sama saya, saya juga merasakan di tolak puluhan kali sama keluarga asuh yang lain. Tapi saya terus berdoa dan doa diatas selalu saya ulang berkali-kali, kalau ada waktu kosong, saya terus melakukan hal-hal positif karena Allah. Terus berusaha sebaik mungkin dan meminta doa ke orang-orang terdekat saya supaya di berikan yang terbaik oleh Allah.

Dan karena saya bingung mau pilih yang mana. Akhirnya saya putuskan, yang kontrak dan surat undangan sampai duluan ke tangan saya, itulah keluarga yang saya pilih. Kontrak dan surat undangan juga salah satu syarat penting mengurus visa di kedutaan besar Jerman. Pilihan saya jatuh ke keluarga terakhir yang mengajukan diri ingin menjadi orang tua asuh saya. Kenapa? Karena mereka keliatan serius ingin menjadikan saya anak asuhnya. Baru email-emailan tiga kali, empat hari kemudian kontrak dan surat undangan saya sampai di tangan saya lewat DHL ekspress.

Setelah kontrak dan surat undangan saya terima, saya langsung buat janji ke kedutaan besar Jerman. Saya khawatir lagi, karena Kedubes Jerman ketat peraturannya. Saya juga ga mau bolak-balik karena syaratnya kurang. Sebelum berangkat, saya cek berulang-ulang syarat yang di butuhkan. Berdoa lagi semoga ga ada yang ketinggalan.

Sampai di Kedubes, segalanya berjalan lancar sampe interview pakai bahasa jermanpun saya bisa jawab semua pertanyaannya. Syarat saya semuanya lengkap dan saya tidak perlu bolak balik lagi. Mereka bilang maksimal visa jadi delapan minggu. Tapi yang bikin surprisenya adalah  lima belas hari kemudian tiba-tiba saya di telpon pihak kedubes jerman, katanya visa saya sudah jadi. Awalnya kaget, karena teman-teman saya yang lain sampe nunggu berminggu-minggu. Sedangkan, visa saya jadi cuma lima belas hari. Saya bersyukur lagi, segalanya di lancarkan oleh Allah. Terima kasih ya Allah :)

Tiket pesawat Indonesia-Jermanpun, di booking langsung dari Jerman oleh ibu asuh saya karena lebih murah dan orang tua asuh saya membantu membayar tiket pesawat setengah. Waktu itu tiket pesawat bulan Maret pakai Qatar 466 Euro. Saya hanya cukup membayar 200 Euro, sisanya orang tua asuh saya yang bayar.

Sekarang, saya sudah lima bulan di sini, dan saya benar-benar merasakan bahwa Allah mengabulkan doa saya 'persis' seperti apa yang saya minta. Keluarga asuh saya super duper baiknya, sehingga saya betah di sini. Sekali lagi bersyukur karena banyak teman saya yang pindah keluarga karena keluarganya 'tidak enak'. Ya di suruh-suruh lah, orang tua asuhnya ternyata galak, ga di ajak ngobrol, dan lain-lain. Sedangkan saya, bahagia tinggal di sini. Tidak pernah di beri tugas berat, malah kadang di bantu. Keluarganya seperti keluarga saya sendiri, anak-anaknya pun seperti ade-ade kandung saya sendiri.

Saya semakin sadar bahwa, ketika kita berbagi dengan orang lain dengan hati yang ikhlas dan tulus karena Allah, Allah pasti akan memberi lagi lebih banyak. Allah itu ga pernah henti-hentinya ngasih banyak hadiah, ngasih banyak kejutan buat kehidupan saya. Hidup saya jadi semakin berwarna, hidup saya semakin indah, hidup saya semakin penuh sama surprise surprise yg Allah kasih, yg bisa bikin saya nangis-nangis saking senengnya.

Hidup itu indah, klo kita selalu bersyukur...
Hidup itu akan semakin di penuhi keberkahan dengan surprise dan hadiah-hadiah yg ga kita sangka dari Allah, karena kita selalu berprasangka baik sama Allah...
Hidup itu berwarna, karena saya selalu punya Allah yg selalu mewarnai hidup saya dengan begiittuuu kerennya :)
Terima Kasih Allah karena selalu berada di sisiku :)

Dari hamba-Mu yang sangaaattt sayang kepada-Mu, Dhira.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun