Mohon tunggu...
Rasesa
Rasesa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Menulis adalah suatu bentuk dari pengarsipan ilmu kita dimasa mendatang.

Hidup itu indah apabila kita mensyukuri apa yang ada di kehidupan kita.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Eksistensi Tari Gandrung dalam Upacara Piodalan di Pura Mandara Giri Agung Semeru Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang

19 Juni 2022   00:53 Diperbarui: 22 Juni 2022   17:45 675
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

A.LatarBelakang

Indonesia merupakan suatu negera yang berada di kawasan Asia Tenggara, yang mana di Indonesia sendiri kaya akan budaya, tradisi, dan kekayaan alamnya serta suku, ras, dan kelompok. Bagi sebuah negera modern seperti Indonesia, bukan hanya berwujud sebuah unit geopolitiksemata, namun dalam kenyataannya senantiasa mengandungkeragaman kelompok sosial dan sistem budaya yang tercermin pada keanekaragaman kebudayaan suatu suku bangsa. Melalui perjalanan sejarah, berbagai proses kehidupan manusia telah melahirkan ciri keanekaragaman bentukbudaya.

Diakuirealitas sosial bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa dengan kebudayaannya masing-masing. Secara selektif banyak diantaranya yang dapat diangkat sebagai asset kekayaan kebudayaan bangsa dan dapat dijadikan sebagai perekat sekaligus sebagai modal dasar untuk memperkokoh identitas / jati diri bangsa. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa peradaban manusia di bumi merupakanhasil dari kebudayaan, tercatat bahwa negara yang memiliki budaya local terkaya di dunia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), hasil sensus penduduk terakhir tahun 2010, diketahui bahwa Indonesia terdiridari 1.128 suku bangsa dengan budaya yang berbeda.

Budaya lokal sendiri adalah budaya asli dari suatu kelompok masyarakat tertentu dan menjadi ciri khas budaya sebuah kelompok masyarakat lokal. Budaya lokal di Indonesia ini sangatlah beragam karena Indonesia adalah negara yang memiliki keberagaman budaya yang berasal dari berbagai daerah. Yakni salah satunya adalah kebudayaan seni tari yang mana seni tari ini hampir ada diberbagai seluruh penjuru Indonesia.

Yang salah satunya yakni yang ada di Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang, yang mana Lumajang adalah salah satu Kabupaten yang berada di wilayahJawaTimur. Di Lumajang sendiri terdapat sebuah seni tari yang lahir dari agama Hindu yaitu tari Gandrung yang mana tari Gandrung ini digolongkan sebagai tari Bebali ini, awalnya ditarikan oleh laki-laki dengan menggunakan busana perempuan (busana tari gandrung) yang sedang menginjak dewasa. Dalam ragam geraktari Gandrung tentu memiliki keunikan tersendiri karena berbeda dari tari Gandrung pada umumnya, pada tari Gandrung selain memiliki unsur joget yang improvisasi dan gerak ngegol, tarian ini juga meimiliki unsur gerak tari ngeging dalam menggunakan property kipas seperti ngubit, ngepel, ngeliput ngekes.

Dalam hal ini biasanya tari Gandrung ditampilkan pada saat upacara piodalan yang mana upacara Piodalan ini dilaksanakan pada saat Hari Raya Nyepi umat Hindu yang bertempat di Pura Mandara Giri Agung Semeru. Pelaksanaan upacara Piodalan di Pura Manadara GiriAgung Semeru, bisa dikatakan sebagai sebuah bentuk yajna, penghormatan kepada dewa-dewa yang memberikan keamanan dan perlindungan antara lain. Dewa-dewa tersebuta dalahDewa Brahma, Dewa Wisnu, dan Dewa Siwa. Upacara piodalan ini dilaksanakan dengan rasa cinta dari hati setiap umat sebagai kesetiaanya keapada HyangWidhi.

A.Tari Gandrung Dalam Piodalan Di Pura Mandara Giri Agung Semeru

Tari gandrung berasal dari kata "gandrung" yang memiliki arti cinta atau rindu. Tari gandrung merupakan sebuah tarian pergaulan yang mana tarian ini mengandung lambang cinta kasih dan kerinduan, hal ini dipersembahkan sebagai kecintaan dan kerinduan kepada Sang Pencipta. 

Tarian ini juga bisa dipersembahkan guna meminta kesuburan, kesejahteraan, kemakmuran serta sebagai tolak bala. Pada mulanya, tarian ini dipertunjukkan semata-mata hanya untuk hiburan saja. Kemudian tarian ini dikelola dan juga dikembangkan seta dilestarikan untuk menjadi tarian yang disuguhkan kepada para tamu penting dari kerajaan tedahulu. Seiring berjalannya waktu dan berkembangnya peradaban, tarian ini pada saat ini dijadikan sebagai tarian yang disuguhkan pada acara piodalan di Pura Mandara Giri Agung Semeru.

Tari gandrung ini memiliki keunikan-keunikan dan merupakan salah satu tarian yang dinilai sakral dalam upacra piodalan. Yang mana dengan adanya keunikan-keunikan tersebut tari gandrung menjadi slah satu tarian yang dijadikan sebagai objek penelitian. Tari gandrung merupakan warisan turun-temurun dari para leluhur dan tarian ini juga merupakan tarian yang memiliki persamaan dengan tari joged. Dalam ragam gerak tari Gandrung tentu memiliki keunikan tersendiri karena berbeda dari tari Gandrung pada umumnya, pada tari Gandrung selain memiliki unsure joget yang improvisasi dan gerakan ngegol, tarian ini juga meimiliki unsure gerak tari ngeging dalam menggunakan property kipas seperti ngubit, ngepel, ngeliput ngekes.

Kehidupan masyarakat di Kecamatan Senduro ini saling bahu-membahu untuk tidak melupakan serta bergotong royong untuk saling menjaga kelestarian tari gandrung ini. Selain itu masyrakat Senduro sendri saling berlatih untuk mengekspresikan diri dalam mengelolah sebuah karya seni baik dari seni tari ataupun tabuh yaitu kesenian gandrung. Kebangkitan kesenian gandrung didesa Senduro mampu memberi nilai tambahan bagi masyarakatnya sendiri. 

Hal ini dikarenakan tari gandrung sudah menjdi primadona hingga tak jarang apabila kesenian ini seringkali didesaki oleh masyarakat yang haus akan hiburan. Tarian ini mampu menarik penonton seolah-olah tak sabar menanti penari gandrung menarikan tariannya. Hal ini dapat dilihat dari antusias masyarakat yang seolah terlihat tidak sabar untuk ngibing melepas kerinduan dalam berjoget, tak jarang juga dari pengibing mengalami kesurupan sebab tarian ini juga merupakan tarian yang dianggap sakral. Adanya tari gandrung ini tak jarang menjadi cerminan bagi masyarakat Senduro dalam hal kebersamaan.

Kesenian tari gandrung merupakan kesenian yang dianggap sakral. Tak heran jika tarian ini juga digunakan sebagai tarian yang disuguhkan dalam upacara piodalan (upacara umat Hindu). Tarian ini dilestarikan oleh masyarakat Hindu Senduro yang didasarkan pada tiga kaidah Hindu integrasi triologi yakni, Satyam ( kebaikan), Siwam (kebenaran) dan Sundaram (keindahan).

Konsep atau kaidah yang pertama ialah Satyam. Kaidah satyam mencakup nilai-nilai kejujuran, ketukusan, dan kesungguhan. Hal ini sesuai dengan ajaran agama Hindu yakni yadnya. Yang mana hal ini sudah seharusnya dilakukan oleh masyarakat Hindu yang dilaksanakan dengan penuh kejujuran hati, ketulusan dan juga niat yang sungguh-sungguh. Kaidah yang kedua ialah Siwam, kaidah siwam disini mencakup nilai-nilai ketuhaan yang juga mencakup yadnya dan taksu. 

Hal ini memiliki pandangan yang terikat dengan nilai-nilai spiritual ketuhanan yang sesuai dengan ajaran agama Hindu. Kemudian yang ketiga adalah kaidah sundaran, kaidah ini mencakup adanya perbedaan serta persamaan dalam beberapa dimensi yang identik dengan istilah Rwa Bhineda, sekala-niskala merupaka dua unsur yang selalu ada serta mempengaruhi.

Berdasarkan ketiga kaidah atau konsep yang telah dipaparkan diatas dapat disimpulkan bahwasanya ketiga hal tersebut memang terdapat pada persembahan tari Gandrung. Hal ini juga dapat dilihat dari gerakan tariannya, busana yang dipakai serta ritual yang dilakukan dalam proses upacra Piodalan. Sebelum adanya tari gandrung, masyarakat terdahulu melakukan upacra yadnya yang dipersembahakan kepada Sang Hyang Widhi sebagai bukti rasa syukur serta wujud dari bakti masyarakat yang didasarkan dari ketulusan, keikhlasan guna mendapatkan keseimbangan dalam kehidupan. 

Maka dari itu, adanya tari gandrung ini memiliki taksu dalam setiap gerakan yang dipergakan, yang mana gerakan yang dilakukan penari gandrung menimbulkan keindahan pada setiap detail gerakannya. Gerakan tarian ini disesuaikan dengan tabuhan gandrung atau gamelan yang dapat menambah keindahan keselarasan antara tarian dan pengiringnya. 

Pakaian atau kostum yang digunakan dalam gandrungan menggunakan sanggul atau gekungan gandrung yang ditambah dengan hiasan bunga kamboja putih serta kipas yang dijadikan sebagai properti dalam tarian gandrung. Aksesoris atau hiasan yang dipakai oleh penari gandrung mampu menambah kesan suci dan magis pada tarian gandrung itru sendiri. 

Hal ini mampu menimbulkan reaksi sprirtual yang mampu menambah kesan kekhusyukan dalam pelaksanaan upacra piodalan ini. Tarian gandrung ini bisa pula dikatakan sebagai ungkapan jiwa yang dihaturkan oleh para penari yang lekat dengan nilai-nilai kesenian, hal ini bisa dilihat dari gerakan maupun mimik wajah yang diperlihatkan oleh sang penari. 

Gerakan ngegol yang dipadukan dengan kipas yang dijadikan ebagai properti dalam tarian yang ditampilkan oleh penari mampu menumbuhkan kesan dinamis, lembut namun mengandung kekuatan, serta mengekspresikan perasaan gembira yang mana hal ini mampu terlihat sangat indah serta dapat begitu dinimakti oleh masyarakat yang menyaksikannya. Selain itu, adanya pengibing mampu menandakan kesan kebersamaan antar masyarakat. Pengibing ini adalah masyarakat yang ikut menari bersama penari yang berkeinginan untuk ngayah.

Didalam tarin gandrung ini mengandung nilai. Nilai-nilai merupakan hal-hal yang tentunya berguna bagi masyarakat ata kemanusiaan. Agama Hindu merupakan agama yang kompleks.  Yang mana dalam setiap ajaran yang diajarkan dalam agama Hindu mengandung ajaran yang enting bagi kehidupan. Untuk mengetahui ajaran Hindu secara keseluruhan dapat dipelajari memlalui tiga kerangka dasar agama Hindu, yakni Tattwa (filososfi), Susila (etika), serta upacara (ritual). Ketiga hal tersebut tidak dapat dipisahkan karena ketiganya merupakan rangkaian yang ada didalam kehidupan masyarakat Hindu. Demikian pula dengan adanya tarian gandrung pada upacara piodalan di Pura Mandara Giri Agung Semeru juga mengandung nilai-nilai ajaran agama Hindu.

B.Nilai-Nilai yang Terkandung Dalam Tari Gandrung Sesuai Ajaran Agama Hindu

a.Nilai Tattwa (filosofi)

Tattwa berasal dari bahsa sansekerta yakni dari kata "tat" yang berarti "itu" yang artinya merupakan "Tuhan". Maka dapat dikataka bahwa tattwa merupakan hakikat yang membicarakan tentang kebenaran. Salah satu pakar mengatakan bahwa tattwa merupakan sesuatu yang sering dihubungkan dengan filsafat bahkan keduanya memiliki keterkaitan atau hubungan yang sangat erat.

Adanya tarian gandrung mengandung nilai-nilai keyakinanj atau rasa syukur atau rasa bakti kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini juga berarti bahwa adanmya tari gandrung ini mampu menanamkan dalam diri masyarakat untuk berkeyakinan dan sadar bahwasanya semua yang ada dalam dunia merupakan ciptaan-Nya. Dan dengan adanya keyakinan tersebut maka dihadirkan pula kesenian gandrung ini.

b.Nilai Susila (estetika)

Kata susila merupakan kata yang berasal dari bahasa sansekerta pula. Yang terdiri dari kiata "su" dan sila". Su yang berarti baik atau mulia, sedangkan sila berarti sikap dan norma yang memiliki pengertian sikap sopan santun. Jadi susila itu sendiri mengandung pengertian norma baik yang menujukkan sikap sopan terhadap sesama sesuai dengan perintah yang ada dalam ajaran Hindu yang berasal dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

Adanya tari gandrung di Kecamatan Senduro tepatnya di Pura Mandara Giri Agung Semeru ini memiliki tujuan bahawasanya setiap tindakan yang dilakukan secara sadar merupakan persembahan yang duhaturkan kepada Tuhan. Hal yang disarankan dalam tari gandrung agar tidak berfikir atau berkata yang tidak disarankan atau perbuatan jahat dan juga diharapkan untuk merendahkan hati. Tarian gandrung ini dipersembahkan dengan ketulusan hati serta kostum atau pakaian penari yang terlihat sopan merupakan sebuah penghaturan yang didasari dengan rasa tulus dan bakti kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

c.Nilai Ritual (upacara)

Upacara merupakan sebuah tata cara dalam melaksanakan ritual-ritual keagamaan. Dalam pengertian lain upacara merupakan pelaksanaan yajnya yang realisasinya paling tampak dalam kehidupan masyarakat. Dalam pelaksanaan upacra tentunya juga diperlukan adanya perlengkapan-perlengkapan sebagai penunjang dilaksanakannya upacara atau ritual. Persembahan dalam tari gandrung memiliki nilai yang cukup tinggi, maka darin itu ada baiknya apabila masyarakat mempelajari nilai-nilai yang terkandung didalam tari gandrung agar kelestariannya juga tetap terjaga.

Kesimpulan

Tari gandrung merupakan sebuah tarian pergaulan yang mana tarian ini mengandung lambang cinta kasih dan kerinduan, hal ini dipersembahkan sebagai kecintaan dan kerinduan kepada Sang Pencipta. Tarian yang dilestarikan oleh masyarakat Hindu Senduro ini didasarkan pada tiga kaidah Hindu integrasi triologi yakni, Satyam ( kebaikan), Siwam (kebenaran) dan Sundaram (keindahan). Selain itu adanya tarian gandrung pada upacara piodalan di Pura Mandara Giri Agung Semeru sebagai tarian yang menjadi persembahan dalam acara keagamaan Hindu juga mengandung nilai-nilai ajaran agama Hindu. Nilai-nilai tersebut ialah Tattwa (filososfi), Susila (etika), serta upacara (ritual).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun