Mohon tunggu...
Rasesa
Rasesa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Menulis adalah suatu bentuk dari pengarsipan ilmu kita dimasa mendatang.

Hidup itu indah apabila kita mensyukuri apa yang ada di kehidupan kita.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Eksistensi Tari Gandrung dalam Upacara Piodalan di Pura Mandara Giri Agung Semeru Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang

19 Juni 2022   00:53 Diperbarui: 22 Juni 2022   17:45 675
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hal ini dikarenakan tari gandrung sudah menjdi primadona hingga tak jarang apabila kesenian ini seringkali didesaki oleh masyarakat yang haus akan hiburan. Tarian ini mampu menarik penonton seolah-olah tak sabar menanti penari gandrung menarikan tariannya. Hal ini dapat dilihat dari antusias masyarakat yang seolah terlihat tidak sabar untuk ngibing melepas kerinduan dalam berjoget, tak jarang juga dari pengibing mengalami kesurupan sebab tarian ini juga merupakan tarian yang dianggap sakral. Adanya tari gandrung ini tak jarang menjadi cerminan bagi masyarakat Senduro dalam hal kebersamaan.

Kesenian tari gandrung merupakan kesenian yang dianggap sakral. Tak heran jika tarian ini juga digunakan sebagai tarian yang disuguhkan dalam upacara piodalan (upacara umat Hindu). Tarian ini dilestarikan oleh masyarakat Hindu Senduro yang didasarkan pada tiga kaidah Hindu integrasi triologi yakni, Satyam ( kebaikan), Siwam (kebenaran) dan Sundaram (keindahan).

Konsep atau kaidah yang pertama ialah Satyam. Kaidah satyam mencakup nilai-nilai kejujuran, ketukusan, dan kesungguhan. Hal ini sesuai dengan ajaran agama Hindu yakni yadnya. Yang mana hal ini sudah seharusnya dilakukan oleh masyarakat Hindu yang dilaksanakan dengan penuh kejujuran hati, ketulusan dan juga niat yang sungguh-sungguh. Kaidah yang kedua ialah Siwam, kaidah siwam disini mencakup nilai-nilai ketuhaan yang juga mencakup yadnya dan taksu. 

Hal ini memiliki pandangan yang terikat dengan nilai-nilai spiritual ketuhanan yang sesuai dengan ajaran agama Hindu. Kemudian yang ketiga adalah kaidah sundaran, kaidah ini mencakup adanya perbedaan serta persamaan dalam beberapa dimensi yang identik dengan istilah Rwa Bhineda, sekala-niskala merupaka dua unsur yang selalu ada serta mempengaruhi.

Berdasarkan ketiga kaidah atau konsep yang telah dipaparkan diatas dapat disimpulkan bahwasanya ketiga hal tersebut memang terdapat pada persembahan tari Gandrung. Hal ini juga dapat dilihat dari gerakan tariannya, busana yang dipakai serta ritual yang dilakukan dalam proses upacra Piodalan. Sebelum adanya tari gandrung, masyarakat terdahulu melakukan upacra yadnya yang dipersembahakan kepada Sang Hyang Widhi sebagai bukti rasa syukur serta wujud dari bakti masyarakat yang didasarkan dari ketulusan, keikhlasan guna mendapatkan keseimbangan dalam kehidupan. 

Maka dari itu, adanya tari gandrung ini memiliki taksu dalam setiap gerakan yang dipergakan, yang mana gerakan yang dilakukan penari gandrung menimbulkan keindahan pada setiap detail gerakannya. Gerakan tarian ini disesuaikan dengan tabuhan gandrung atau gamelan yang dapat menambah keindahan keselarasan antara tarian dan pengiringnya. 

Pakaian atau kostum yang digunakan dalam gandrungan menggunakan sanggul atau gekungan gandrung yang ditambah dengan hiasan bunga kamboja putih serta kipas yang dijadikan sebagai properti dalam tarian gandrung. Aksesoris atau hiasan yang dipakai oleh penari gandrung mampu menambah kesan suci dan magis pada tarian gandrung itru sendiri. 

Hal ini mampu menimbulkan reaksi sprirtual yang mampu menambah kesan kekhusyukan dalam pelaksanaan upacra piodalan ini. Tarian gandrung ini bisa pula dikatakan sebagai ungkapan jiwa yang dihaturkan oleh para penari yang lekat dengan nilai-nilai kesenian, hal ini bisa dilihat dari gerakan maupun mimik wajah yang diperlihatkan oleh sang penari. 

Gerakan ngegol yang dipadukan dengan kipas yang dijadikan ebagai properti dalam tarian yang ditampilkan oleh penari mampu menumbuhkan kesan dinamis, lembut namun mengandung kekuatan, serta mengekspresikan perasaan gembira yang mana hal ini mampu terlihat sangat indah serta dapat begitu dinimakti oleh masyarakat yang menyaksikannya. Selain itu, adanya pengibing mampu menandakan kesan kebersamaan antar masyarakat. Pengibing ini adalah masyarakat yang ikut menari bersama penari yang berkeinginan untuk ngayah.

Didalam tarin gandrung ini mengandung nilai. Nilai-nilai merupakan hal-hal yang tentunya berguna bagi masyarakat ata kemanusiaan. Agama Hindu merupakan agama yang kompleks.  Yang mana dalam setiap ajaran yang diajarkan dalam agama Hindu mengandung ajaran yang enting bagi kehidupan. Untuk mengetahui ajaran Hindu secara keseluruhan dapat dipelajari memlalui tiga kerangka dasar agama Hindu, yakni Tattwa (filososfi), Susila (etika), serta upacara (ritual). Ketiga hal tersebut tidak dapat dipisahkan karena ketiganya merupakan rangkaian yang ada didalam kehidupan masyarakat Hindu. Demikian pula dengan adanya tarian gandrung pada upacara piodalan di Pura Mandara Giri Agung Semeru juga mengandung nilai-nilai ajaran agama Hindu.

B.Nilai-Nilai yang Terkandung Dalam Tari Gandrung Sesuai Ajaran Agama Hindu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun