Menurut cerita  pada hari peristiwa ini terjadi, seorang tetangga korban berjarak 10 rumah yang memiliki anjing, sedang membuka pagar rumah untuk pengantar galon. Naas, anjing peliharaan pemilik rumah mendadak lari keluar dan langsung menyerang korban.
Saat itu korban baru pulang jajan dari warung bersama teman sebayanya. Ia digigit di bagian paha kanan atasnya dan segera melapor pada kakek korban yang ada di rumah. Dilarikan ke bidan, korban diberikan obat-obatan.
Namun, setelah peristiwa terjadi pada Kamis, (10/06/21), kondisi korban terus menurun. Meskipun korban sempat tampak bersemangat menemani sang Ibu melapor kejadian yang menimpanya ke polisi, kondisi korban terus demam.
Hingga puncaknya luka korban menjadi membiru, mengeluarkan darah, korban lalu hilang ingatan dan tidak ingat siapa dirinya. Perilaku korban juga mendadak berubah menyerupai seekor anjing. Seperti berlari ke sana kemari dan menjulurkan lidahnya.
Pada Minggu, (14/06/21) setelah adzan ashar korban akhirnya meninggal dunia. Keluarga kini berusaha meminta tanggung jawab kepada pemilik anjing atas kematian anaknya.
Baca juga: Alasan Gaya Hidup dan Pola Makan Orang Jepang Patut untuk Diterapkan
Anjing kerap kali digambarkan sebagai hewan yang bersahabat dengan manusia. Namun, bukan berarti mereka tidak berbahaya atau perilakunya tidak bisa membahayakan. Manusia saja, banyak yang banyak membahayakan manusia lainnya.
Akibat digigit anjing tidak hanya sebabkan sakit dan luka-luka biasa saja. Risiko terparahnya bahaya akibat digigit anjing adalah terkena suatu penyakit tertentu hingga berujung pada kematian.
Menurut data dari Center Disease Control and Prevention (CDC) menunjukkan jika satu dari lima orang akibat digigit anjing harus menerima perawatan medis. Setidaknya 18 persen dari luka akibat digigit anjing ini terkontaminasi bakteri.
Infeksi ini terjadi karena ada lebih dari 60 bakteri yang terdapat pada mulut dan air liur anjing. Bakteri-bakteri ini yang bisa sebabkan banyak penyakit berbahaya, salah satunya rabies. Virus rabies adalah virus yang bisa menyerang otak.
Akibat digigit anjing rabies, mayoritas berakibat fatal, begitu gejalanya muncul. Cara penularan virus rabies ini umumnya dari gigitan dan air liur hewan yang terinfeksi virus. Jika anjing tidak divaksinisas rabies, risiko terkena virus ini akan semakin besar.
Seseorang yang digigit anjing rabies, harus segera menerima pertolongan medis. Karena bisa  menyebabkan infeksi lain seperti tetanus dan MRSA (methicillin-resistance Staphylococcus Aureus)
Baca juga: Dog Poo dan Keadilan Sosial
Infeksi bakteri
Sudah disebutkan di atas mulut anjing ini sangat kotor. Mengandung banyak kuman dan bakteri. Bisa sebabkan infeksi serius pada kulit manusia. Risiko infeksi ini meningkat pada mereka yang punya gangguan diabetes serta gangguan kurangya system kekebalan pada tubuh.
Kerusakan saraf dan otot
Bahaya akibat digigit anjing lainnya adalah sebabkan kerusakan pada saraf, otot, serta pembuluh darah di bawah kulit. Risiko ini bisa terjadi pada semua jenis luka akibat digigit anjing. Termasuk yang seperti tusukan kecil.
Patah Tulang
Jika anjing yang menggigit besar, maka risiko patah tulang juga bisa dialami korbannya. Seperti tulang di area tungkai, kaki, lengan, dan tangan.
Pertolongan pertama pada luka akibat digigit anjing
- Cuci luka bekas gigitan anjing sampai bersih, bersihkan menggunakan air hangat dan sabun pada area yang digigit. Bisa juga oleskan secepatnya larutan antiseptik untuk cegah infeksi.
- Cuci dan tekan area yang terluka, setelah dibersihkan lukanya, selanjutnya tekan perlahan lukanya untuk membantu membersihkan dan mengeluarkan kuman.
- Balut luka dengan kain, jika gigitan anjing ini membuat luka berdarah, pakailah kain bersih untuk menekan luka dengan lembut agar membantu pendarahan berhenti. Gunakan perban steril untuk menutup luka.
- Konsumsilah obat Pereda nyeri, Jika terasa ngilu akibat gigitan anjing pada luka tersebut, bisa gunakan obat Pereda nyeri seperti paracetamol atau ibuprofen.
- Memeriksakan diri ke dokter, Luka akibat digigit anjing yang infeksi bisa menimbulkan luka merah, bengkak, teraba hangat atau bernanah. Saat terjadi, segera ke dokter. Selanjutnya biasanya akan diberikan antibiotic atas saran dokter yang telah memeriksa luka
Baca juga:Â Anak Ngomong "Anjing", Wajarkah?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H