Belakangan ini kasus pelecehan seksual oleh public figure kembali mencuat. Pelakunya disebut salah seorang penyiar radio. Bahkan, korban yang melaporkan mendapat perlakuan tak senonoh dari pelaku ini disebut sudah capai 8 orang.
Korban pelecehan seksual sebenarnya jarang sekali berani banyak berbagi soal pengalaman mengerikan yang mereka alami ini. Namun, dalam sebuah penelitia yang diterbitkan oleh Acta Obstetrecia et Gynecologia Scandinavica, ada sebuah mengenai kondisi psikis yang dihadapi mayotitas korban.
Penelitian itu menyoroti 70 persen korban pemerkosaan mengaku alami kaku atau tidak bisa bergerak sama sekali ketika pengalaman itu terjadi. Kondisi ini disebut dengan Tonic Immobility. Lalu apa itu Tonic Immobility sebenarnya?
Baca juga: Meluruskan Pandangan yang Keliru tentang Pendidikan Seks
Apa itu Tonic Immobility
Menurut pengertian dari Abraham et. Al (2009) apa itu Tonic Immobility (TI) diartikan sebagai ketidakmampuan bergerak untuk merespon situasi yang melibatkan ketakutan yang intens. Hewan juga mengalami kondisi ini.
Misalnya saat hewan berpura-pura mati ketika datang predator mengancam nyawa mereka. Pada manusia, TI bisa terjadi ketika manusia alami pelecehan seksual. Pengertian apa itu Tonic Immobility dari Psychology Today artinya bisa juga kondisi ketika keinginan tertahan.
Pernah alami mimpi hantu? Nah, saat mimpi horror ada kalanya kita ingin berusaha lari, namun tubuh seakan tak mau bergerak atau tak bisa digerakan sama sekali meski sudah berusaha. Inilah yang dialami saat korban peleehan seksual ada pada kondisi Tonic Immobility.
Kondisi Tonic Immobility pada korban pelecehan seksual ini dalam riset psikologi termasuk hal alami dan spontan. Ada alasan dan akibat terjadinya Tonic Immobility:
Baca juga: Pandangan dan Kebiasaan yang Dianggap Normal, namun Bisa Menjadi Pemicu Pelecehan
Berhubungan dengan aktivitas hormon
Menurut  Arkansas Coalition Against Sexualt Assault (ACASA), kelumpuhan sementara ini bisa terjadi karena adanya pengaruh aktivitas hormone tertentu, di antaranya yang disebut hormon corticostereoid.
Hormon ini memiliki peran besar yang membuat energi tereduksi sehingga korban merasa kaku.
Bisa timbulkan depresi akut
Korban pelecehan seksual yang alami Tonic Immobility, lebih berpotensi akibatkan depresi akut serta gangguan tes pasatrauma (PTSD). Jika dibandingkan dengan korban yang tak alami Tonic Immobility.
Banyaknya masyarakat yang belum paham apa itu Tonic Immobility, menyebabkan korban yang ditanya mengapa tidak melawan dan sebagainya, akhirnya dihantui perasaan merasa bersalah pada diri sendiri.
Ditambah lagi jika korban ini tak mau melaporkan pengalaman mereka ini pada orang terdekat hingga pihak berwajib. Ketakutan dihantui bertubi-tubi perasaan dan bagaimana nantinya pandangan masyarakat pada dirinya, membuat korban sering kali semakin menutup diri dan memilih terus menyimpannya sendiri.
Baca juga: Kepada Pelaku Pelecehan: Kendalikan Mata, Pikiran dan Jagalah Hati!
Meskipun begitu, tidak semua korban pelecehan seksual alami Tonic Immobility. Ada juga korban yang bisa bereaksi fight or flight  yang artinya melawan atau lari.  Dilansir Psychology Today, korban pelecehan seksual tentu tidak siap dengan situasi yang terjadi.
Berbeda dengan tentara yang memang dilatih untuk berperang dan siap melawan ketika ada yang menyerang. Jadi, yang perlu jadi catatan janganlah menghakimi korban pelecehan seksual hingga menghujani mereka terlalu banyak pertanyaan langsung.
Sebagai gantinya, cobalah temani di sisi mereka dam jadilah salah satu sumber kekuatan mereka. Pastikan katakana jika apa pun yang telah terjadi, itu bukan salah mereka dan jangan menyalahkan diri sendiri.
Baca juga: Realita Pelecehan Seksual di Transportasi Umum dan Tips Melindungi Diri!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI