Korban pelecehan seksual yang alami Tonic Immobility, lebih berpotensi akibatkan depresi akut serta gangguan tes pasatrauma (PTSD). Jika dibandingkan dengan korban yang tak alami Tonic Immobility.
Banyaknya masyarakat yang belum paham apa itu Tonic Immobility, menyebabkan korban yang ditanya mengapa tidak melawan dan sebagainya, akhirnya dihantui perasaan merasa bersalah pada diri sendiri.
Ditambah lagi jika korban ini tak mau melaporkan pengalaman mereka ini pada orang terdekat hingga pihak berwajib. Ketakutan dihantui bertubi-tubi perasaan dan bagaimana nantinya pandangan masyarakat pada dirinya, membuat korban sering kali semakin menutup diri dan memilih terus menyimpannya sendiri.
Baca juga: Kepada Pelaku Pelecehan: Kendalikan Mata, Pikiran dan Jagalah Hati!
Meskipun begitu, tidak semua korban pelecehan seksual alami Tonic Immobility. Ada juga korban yang bisa bereaksi fight or flight  yang artinya melawan atau lari.  Dilansir Psychology Today, korban pelecehan seksual tentu tidak siap dengan situasi yang terjadi.
Berbeda dengan tentara yang memang dilatih untuk berperang dan siap melawan ketika ada yang menyerang. Jadi, yang perlu jadi catatan janganlah menghakimi korban pelecehan seksual hingga menghujani mereka terlalu banyak pertanyaan langsung.
Sebagai gantinya, cobalah temani di sisi mereka dam jadilah salah satu sumber kekuatan mereka. Pastikan katakana jika apa pun yang telah terjadi, itu bukan salah mereka dan jangan menyalahkan diri sendiri.
Baca juga: Realita Pelecehan Seksual di Transportasi Umum dan Tips Melindungi Diri!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H