PENDAHULUAN
“Quality is the result of a carefully constructed cultural environment. It has to be the fabric of the organization, not part of the fabric.” – Philip B. Crosby
Pernyataan di atas menggambarkan bagaimana Philip Bayard "Phil" Crosby, seorang legenda di bidang kualitas, menjadikan keunggulan sebagai bagian dari DNA-nya. Ini bukan sekedar angan-angan atau kata-kata imajinatif dari sebuah legenda; melainkan mewakili realitas yang harus dipahami dan dianut oleh semua anggota organisasi, apa pun perannya.
Mempertahankan kualitas itu penting, seperti yang ditekankan Crosby dalam bukunya Quality is Free. Ia mengirimkan pesan yang cukup mendalam tentang kualitas dalam buku pertamanya yang dirilis pada tahun 1979: "Akan disayangkan jika departemen kendali mutu mengabaikan pentingnya menjaga kualitas." Orang Amerika pada saat itu lebih percaya pada produk dengan sebutan "buatan Jepang". Tersedianya buku Quality is Free memotivasi para pemimpin industri Amerika untuk lebih berkonsentrasi dalam meningkatkan kualitas barang mereka.
Melalui usahanya, Crosby menunjukkan keinginan yang luar biasa untuk memulihkan kepercayaan terhadap barang-barang buatan Amerika. Sang Master bermaksud untuk menunjukkan kepada para pebisnis bahwa satu kesalahan saja dapat merugikan seluruh operasi perusahaan. Selain itu, Crosby menggarisbawahi bahwa dalam banyak kasus, manajemen yang tidak memadai adalah sumber utama permasalahan ini: "Jika terjadi perubahan dalam organisasi, seorang manajer harus tetap berkomitmen untuk menjaga kualitas produk." Quality is Free mendapatkan popularitas pada masanya sebagai acuan mendasar akan pentingnya menjaga kualitas produk karena alasan berikut.
PEMBAHASAN
Biografi Singkat Philip B. Crosby Philip B. Crosby lahir di Wheeling, West Virginia pada tanggal 18 Juni 1926. Mr. Crosby mulai setelah bertugas selama Perang Dunia II dan Konflik Korea dengan pendidikan sekolah kedokteran. Dia bekerja untuk Crosley dari tahun 1952-1955; untuk Bendix Mishawaka dari tahun 1955 - 1957; dan Martin-Marietta 1957-1965.
Pada tahun 1964, ia menerima Civil Service Medal dari Departemen Angkatan Darat sebagai pengakuan atas pengembangan konsep Zero Defects. Beliau menjabat di bawah CEO ITT Harold Geneen sebagai Wakil Presiden Kualitas Perusahaan dari tahun 1965-1979, ketika ia mendirikan perusahaan konsultannya sendiri. Crosby terkenal karena menganjurkan manajemen dan pencegahan nol cacat, yang bertentangan dengan tingkat kualitas yang dapat diterima secara statistik. Ia juga dikenal dengan Vaksin Berkualitas dan Empat Belas Langkah Menuju Peningkatan Kualitas Crosby.
Sejarah profesional Crosby dimulai di industri perakitan. Pada tahun 1952 Crosby mulai bekerja di departemen kendali mutu sebuah manufaktur mobil, setelah bertugas di Perang Korea dan Perang Dunia. Crosby berusaha mengubah persepsi kita tentang manajemen mutu dengan ide dan teori yang ia presentasikan dalam Quality is Free serta beberapa karya berikutnya, termasuk Quality Without Tears dan Quality is Still Free. Dia percaya bahwa setiap orang dapat mengembangkan filosofi pribadi berdasarkan ide-ide mendasar tentang keunggulan. Hal ini penting karena jika pihak-pihak yang terlibat dalam proses tersebut tidak menganggapnya penting, maka kualitasnya tidak akan terjaga. Dia terlibat dalam aktivitas sehari-hari sebagai insinyur keandalan untuk menarik perhatian manajemen terhadap nilai menjunjung tinggi kualitas. Hingga saat dia menyadari asumsi ini salah, Crosby menemukan bahwa banyak manajer pada saat itu percaya bahwa menjaga tenggat waktu produksi lebih penting daripada menjaga kualitas.
Sepanjang karirnya, Crosby dikenal karena telah mengembangkan gagasan "tanpa cacat" yang diterima secara luas dan mendefinisikan kualitas sebagai elemen penting dalam memenuhi kebutuhan produksi. Dalam industri produksi, Crosby dianggap sebagai "guru" dalam bidang pengendalian kualitas. Selain itu, dia adalah seorang filsuf dan penemu yang mengubah sudut pandang dan praktik organisasi untuk mencapai standar efektivitas, ketergantungan, dan profitabilitas tertinggi.
Konsep Mutu Philip B. Crosby
Kualitas, dalam pendapat Philip Crosby, adalah komoditas bebas karena terdapat pemborosan berlebihan dalam sistem ketika berupaya meningkatkan standar. Philip Crosby juga berpendapat bahwa jika institusi mempunyai keinginan untuk melakukan hal tersebut, segala sesuatu dapat dihilangkan, termasuk kesalahan, kegagalan, pemborosan, dan penundaan waktu. Ini adalah dua teori zero-defect yang kontroversial. Jika sudut pandang Crosby diterapkan dalam bidang pendidikan, hal ini akan sangat meningkatkan standar pengajaran dengan menghilangkan kegagalan siswa di beberapa lembaga.
Meskipun sangat sulit untuk mencapai nol cacat, Crosby dan para guru melakukan upaya ekstra untuk mewujudkannya. Menurut Philip B. Crosby, kualitas adalah pemenuhan spesifikasi atau manfaat yang dinyatakan, seperti jam tangan tahan air, sepatu kokoh, atau dokter yang berpengetahuan. Metodenya bersifat hierarkis. Hasil suatu proses pendidikan itulah yang menentukan mutu pendidikan; Jika proses ini dilakukan secara efektif, efisien, dan benar, besar kemungkinan tercapainya hasil pendidikan yang berkualitas. Dalam kerangka pendidikan sebagai suatu sistem, mutu pendidikan berfungsi sebagai variabel, mulai dari buruk hingga tinggi.
Empat kemutlakan kualitas menurut Crosby adalah sebagai berikut: (1) kualitas harus disesuaikan sebagai kesesuaian dengan kebutuhan, bukan sebagai kebajikan atau keistimewaan; (2) pencegahan, bukan penghakiman, adalah sistem untuk menghasilkan kualitas; (3) standar kerja harus sempurna, tidak “mendekati nol cacat”; dan (4) pengukuran kualitas adalah harga dari ketidakpatuhan, bukan pedoman.
Setiap institusi pendidikan, menurut Crosby, harus diimunisasi agar memiliki antibodi untuk melawan ketidaksesuaian. Karena kesenjangan ini merupakan salah satu faktor penyebabnya, maka kesenjangan ini perlu dihindari dan diselesaikan. Ada lima komponen yang harus diciptakan suatu organisasi untuk mempersiapkan vaksinasi, yaitu:
a. Integritas : Di bidang pendidikan, manajemen atau kepala sekolah juga bertanggung jawab untuk memberikan vaksinasi berkualitas tinggi kepada stafnya. Pemangku kepentingan terlibat dalam mencapai tujuan bersama. Agar konsumen benar-benar memperoleh mutu yang diinginkan, setiap bagian sekolah harus menjamin integritasnya.
b. Sistem : Setelah terbentuknya visi dan tujuan bersama di antara seluruh pemangku kepentingan sekolah untuk meningkatkan integritas kualitatif mereka, sistem ini harus dijalankan dengan kepatuhan yang tulus terhadap protokol yang ditetapkan. Dalam situasi ini, diperlukan seorang supervisor yang bertugas mengawasi pengoperasian sistem untuk memastikan bahwa sistem beroperasi sesuai dengan protokol yang relevan atau tidak.
c. Komunikasi : Selain struktur, harus ada pertukaran informasi yang sehat dan adil antara atasan dan bawahan serta antara kepala sekolah dan dosen. Evaluasi dan diskusi mengenai keadaan mutu akan dilakukan, dimulai dari kegagalan anggota dalam melaksanakan tujuan memperoleh mutu dan diakhiri dengan keberhasilannya.
d. Operasi : Salah satu strategi untuk meningkatkan kompetensi staf dalam meningkatkan standar sekolah adalah dengan memberikan sesi pelatihan. dan melakukan penilaian setelahnya.
e. Kebijakan : Menetapkan kebijakan mutu yang tepat dan tidak ambigu bagi bawahan, bersama dengan justifikasi, kriteria, dan prosedur yang tepat dan terukur, sehingga bawahan dapat memahami dan mematuhi perintah atasan dengan tekun.
Philip B. Crosby mendefinisikan kualitas sebagai kepatuhan terhadap standar, atau melakukan sesuatu dengan cara yang diamanatkan atau distandarisasi. Apabila suatu produk memenuhi persyaratan tertentu, maka produk tersebut dikatakan berkualitas tinggi. Persyaratan ini mencakup bahan mentah, prosedur pembuatan, dan barang akhir. Menurut Philip Crosby, pencapaian kualitas melalui pendekatan metodis akan menghasilkan kualitas yang tinggi.
Pengembangan Mutu Pendidikan Philip B. Crosby
Philip B. Crosby dalam bukunya Quality is Free mengungkapkan empat dalil mutu seperti berikut ini:
- Definisi mutu adalah kesesuaian dengan persyaratan.
- Sistem mutu adalah pencegahan.
- Standar kerja adalah tanpa cacat.
- Pengukuran mutu adalah biaya mutu.
Philip B. Crosby memperkenalkan "Zero Defect," atau "tidak ada cacat," atau "membuatnya benar pada kali pertama" sebagai pendekatan alternatif terhadap kualitas. Ini dipecah menjadi 14 komponen yang membentuk proses peningkatan kualitas. 12 Empat belas komponen berikut ini dapat dibentuk untuk meningkatkan standar pendidikan:
- Komitmen manajemen (Management Commitment).
- Tim perbaikan mutu (Quality Improvement Team).
- Pengukuran mutu (Quality Measurement).
- Evaluasi biaya mutu (Cost of Quality Evaluation).
- Kesadaran mutu (Quality Awareness).
- Tindakan perbaikan (Corrective Action).
- Komite Ad Hoc untuk program Zero Defect.
- Pelatihan penyelia (Supervisor Training).
- Hari Zero Defect.
- Penentuan sasaran (Goal Setting).
- Penghapusan penyebab kesalahan (Error Cause Removal).
- Penghargaan/pengakuan (Recognition).
- Dewan mutu (Quality Council).
- Lakukan berulang kali (Do it Over Again).
Empat belas hal yang dikemukakan oleh Crosby tentunya akan sangat sulit dilakukan oleh lembaga pendidikan jika tidak ada komitmen yang kuat oleh seluruh pihak stakeholder yang ada dalam lembaga tersebut.
Zero Defects Mengubah Wajah Dunia Produksi
Hampir semua orang percaya bahwa pemeriksaan yang ketat dapat menjamin kualitas yang tinggi. Inspektur memilih dan membedakan antara item yang pantas dan tidak pantas. Namun, Crosby menemukan kesalahan dalam alasan tersebut. Menurutnya, pencegahan lebih penting daripada inspeksi untuk mencapai hasil produksi yang sempurna. Jika kemungkinan kesalahan atau kualitas hasil yang buruk terdeteksi dalam proses, langkah-langkah pencegahan harus dilakukan untuk mempertahankan hasil kualitas yang sangat baik. Banyak perhatian perlu diberikan pada proses untuk mencapai nihil kesalahan dan mempertahankan kualitas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H