Kotak yang konyol
Hal yang kalah menarik, menggelitik dan konyol dari perhelatan pilkada 2018 adalah kemenangan kotak kosong di pemilihan walikota Makassar. Kemenangan kotak kosong dengan raihan sekitar 53% suara pemilih, telah menarik berbagail kalangan masyarakat bari berbagai wilayah untuk mengikuti pemberitaan media tentang dinamika kehidupan di Makassar pasca pilkada. Kotak kosong mengalahkan pasangan calon tunggal yang diusung oleh 10 partai politik di Makassar.Â
Bahkan calon walikota usungan 10 partai politik itu adalah anggota keluarga seorang pengusaha besar dan ternama dari Makassar. Jadi boleh dikata, kemenangan kotak kosong adalah kemenangan yang sangat mengejutkan, sukit dipikirkan apalagi diterima begitu saja tanpa mengurai latar belakangnya.Â
Sangat menarik, karena kemenangan kotak kosong dalam pilkada di Makassar, telah menjadi satu tamparan keras kepada para petinggi partai pengusung dan teguran kepada para politisi di parlemen bahwa rakyat sudah kian tidak percaya pada partai politik. Rakyat sudah bosan dengan janji-janji bibir para politisi. Rakyat butuh kepastian, bukan janji. Rakyat butuh pemimpin yang jelas visi misinya dan pelayanannya (kerjanya) bisa diukur.
Kekalahan pasangan calon tunggal dari kotak kosong, membaca berbagai kalangan masyarakat di luar Makassar tergelitik, koq bisa yah, bisa-bisanya kotak kosong yang menang ? Konyol kan....? Â Yang jelas kemenangan kotak kosong ada fakta dan juga sejarah yang telah mengangkat Kota Makassar ikut mewarnai catatan-catatan politik di negeri ini. Rakyat (pemilih) di Makassar telah menyadarkan kita bahwa dengan bersatu, sehati kemenangan dan sukses akan diraih. Â
Seiring berjalannya waktu, cerita dalam canda tawa kalangan masyarakat tentang kemenangan kotak kosong di pilkada Makassar akan mengisi ruang-ruang media sosial beberapa dalam beberapa pekan.
Kemenangan dan kekalahan dalam perhelatan piala dunia dan pilkada serempak 2018 telah menorehkan catatan lepas dan ringan serta menghibur bagi banyak orang. Ada pelajaran, ada teguran juga ada banyolan-banyolan yang tersisa dari kedua perhelatan beda tempat dan beda kelas tersebut. Satu yang pasti, piala dunia sepak bola 2018 di Rusia dan pilkada serempak 2018 di Indonesia membuat kita tertawa, marah karena gengsi masih kita pelihara.
Nades-PO2
Parepare, 30062018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H