Cerita langsung dari Sang Ibu di Jakarta
Hari - hari ini emak-emak laris manis disebut di media sosial. Apalagi ada salah satu cawapres yang dengan sangat pede mengatakan ingin mendirikan partai emak-emak agar dapat memberikan harga murah bagi kebutuhan pokok para ibu di rumah. Saya yang tidak paham politik lantas coba menelpon ibu saya di Indonesia tentang partai emak-emak. Kira -- kira begini isi percakapannya.Â
Saya : "Mah, katanya ada cawapres yang mau bikin partai emak-emak yah?"
Emak : "Siapa? Mamah gak tahu tuh ada yang ngomong begitu"
Saya : "Itu mah Wagub DKI Sandiaga Uno, katanya mau bikin harga murah"
Emak : "Hah? Dia mau nyawapres? Kan dia belum lama di DKI, malah kadang bikin mamah susah kalau mau ke Pasar Tanah Abang belanja baju. Tambah macet, tambah ruwet sekarang"
Saya : "Lah, Nadia kira mamah seneng karena ada yang mau buat partai khusus buat mamah sama temen-temen di komplek"
Emak : "Gini ya nad, kita itu emak-emak gak butuh partai. Butuhnya harga murah. Kayak sekarang semua udah jadi murah. Ngapain buat partai segala. Kemarin, mamah belanja di pasar cabe rawit turun lumayan jauh dari Rp 70 ribu sekilonya jadi Rp 65 ribu sekilo. Cabe merah juga dari Rp 40 ribu sekilo sekarang jadi Rp 35 ribu sekilonya. Tomat juga lagi murah-murahnya sekilo Rp 12.000, makanya kemarin sehari sampe dua kali buatin jus tomat buat papah. Harga dah pada murah semua Nad"
Saya : "Telor mah telor gimana? Katanya kan harga telor mahal tuh kata orang-orang partai sih, nadia mah gak ngerti politik"
Emak : "Biasa aja ah nad, malah tumben ini telor gak naik harganya padahal dah mau Idul Adha. Biasanya naik loh karena kan banyak orang beli telor buat nemenin semur atau gulai daging kambing besok qurban"
Saya : "Oh gitu mah, oke deh mah, berarti emak-emak gak butuh ya partai? Mau aku ceritain soalnya nih sama temen-temen ku di sini"
Emak : "Iya, ngapain ada partai emak-emak segala dibawa -- bawa. Emak-emak mah urusannya di dapur yang penting harga murah aja deh. Lagian si Sandi ngapain sih jadi cawapres, baru kemaren jadi wagub juga"
Saya : Oh kalau itu gak tau mah, aku kan gak ngerti politik. Oke deh mah makasih ya, dadah, sehat terus mam. Love you.Â
Kira -- kira begitu jawaban sang emak. Karena harga masuk bahasan ekonomi skala mikro, saya pun penasaran. Akhirnya saya cek beberapa pemberitaan media di Indonesia, ternyata benar, harga-harga kebutuhan pokok justru cenderung turun, seperti cabai, buncis, telur, dan tomat. (sumber: 1 dan 2)Â
https://www.liputan6.com/bisnis/read/3588000/harga-cabai-rawit-merah-turun-jadi-rp-65-ribu-per-kg
http://ekonomi.metrotvnews.com/mikro/9K54o0lk-mendekati-iduladha-harga-telur-turun-di-sukabumi
Info yang cukup menggembirakan memang, mengingat momentum Idul Adha di mana permintaan bahan baku masakan sehari-hari biasanya meningkat dan membuat pedagang menjual harga lebih tinggi. Hukum ekonomi dasar.Â
Jika harga justru cenderung turun sekarang, berarti memang pemerintah saat ini melakukan usaha turun langsung untuk membuat stabil harga. Sesuatu yang positif dan semoga bisa diteruskan.
 Jadi wahai emak-emak di rumah? Kalau menurut tante gimana? Hehe
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI