Mohon tunggu...
Nada Taufik
Nada Taufik Mohon Tunggu... Penulis - Writer

Seorang writer, producer film, stand up comedian, fotografer, mentor Ketofastosis, business woman yang bergerak dibidang Bags dan Fashion. Pernah bergerak dibidang tarik suara (singer), Host dan MC.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Obesitas Meningkat, Kurangnya Ilmu yang Didapat

4 Juni 2023   13:12 Diperbarui: 4 Juni 2023   13:22 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berdasarkan data yang dimiliki bahwa ternyata Obesitas meningkat pesat lebih dari dua kali lipat sejak tahun 1980. Pada tahun 2014, lebih dari 1,9 Miliar orang dewasa, usia 18 tahun keatas, kelebihan berat badan. Dari jumlah tersebut lebih dari 600 juta mengalami obesitas. 

Obesitas dialami lebih banyak pada perempuan dibandingkan pada laki-laki. Berat badan dan obesitas menjadi salah satu pemicu kematian populasi di dunia.

Dilansir dari FactsheetObesity, pada tahun 2014 diperkirakan dampak ekonomi global akibat obesitas adalah $2 Triliun pertahun / per konflik global. Angka ini termasuk biaya kesehatan serta biaya yang terkait dengan kehilangan produktifitas.

Peningkatan angka obesitas umumnya dikaitkan dengan kebiasaan seseorang yang mengkonsumsi makanan dengan jumlah energi yang lebih dari yang dibutuhkan. 

Secara tidak sadar, manusia akan mengkonsumsi makanan lebih dari yang dibutuhkan tubuhnya. Itu disebabkan karena glukosa darah yang meningkat sehingga tubuh ketagihan untuk selalu diisi walaupun sebenarnya tubuh tidak lagi membutuhkannya. Apakah manusia membutuhkan glukosa, tentu butuh tapi seberapa banyak glukosa yang dibutuhkan tubuh manusia itu yang menjadi persoalan.

Kali ini saya akan membahas tentang ketagihan gula (craving sugar), didalam pembahasan kali ini saya akan menyampaikan bagaimana karbo dan gula sangat berpengaruh kepada obesitas di dunia.

Banyak orang merasa sulit melepaskan karbohidrat yang dimakan sehari-hari. Karbohidrat dianggap sangat penting untuk sumber energi yang mendukung aktivitas fisik sehari-hari. Namun kenyataannya, karbohidrat adalah unsur makronutrisi yang tidak penting bagi manusia, jika berdasarkan kebutuhan biologis mengenai asupan sumber Glukosa dari makanan.
Glukosa merupakan substrat yang dapat disintesis sendiri di tubuh dengan menggunakan rantai keto-acid yang diperoleh dari deaminasi terhadap rantai amino acid (protein) yang bersifat Glucogenic. 

Ini alasannya Protein selain merupakan jenis makronutrisi yang esensial (9 asam amino esensial) juga merupakan sumber bahan baku untuk sintesis Glukosa didalam tubuh, yang menggunakan jalur Glukoneogenesis dengan sumber energi (ATP) untuk pembentukannya berasal dari Asam Lemak (Lemak) yang diperoleh dari hidrolisis terhadap Triasilgliserol (Trigliserida) yang tersimpan di jaringan lemak (jaringan adiposa) ditubuh, maupun dari makanan.

Di gaya hidup rendah karbohirat seperti KetoFastosis Lifestyle, jendela makan yang merupakan jendela untuk me"isi ulang" kembali substrat nutrisi ke dalam tubuh, adalah mengisi pula substrat untuk Glukoneogenesis melalui unsur protein yang dimakannya. Dimana saat jendela makan, energi yang dibutuhkan untuk proses Glukoneogenesis ini, diperoleh pula dari Protein itu sendiri.

Respon Insulin terhadap Protein tidak akan meningkatkan respon insulin terhadap Karbohidrat, sehingga tidak akan menyebabkan lonjakan Insulin tinggi di sirkulasi darah. Kenaikan Insulin oleh unsur protein akan di imbangi oleh hormone antagonisnya pula, yaitu Glucagon, dimana Glucagon dibutuhkan untuk memicu aktivitas enzyme PEPCK-C yang merupakan Enzyme pengaturan dari proses Gluconeogenesis ini. Insulin yang ikut naik disirkulasi terhadap protein yang masuknya, berfungsi untuk memicu pengambilan Glukosa dari sirkulasi darah, oleh sel-sel yang membutuhkan. Seperti halnya sel-sel otot untuk mengisi kembali cadangan Glycogen nya (simpanan Glukosa sementara untuk aktivitas anaerobik).

Yang terjadi pada kondisi obesitas di masa kini, adalah kondisi "Hiperinsulinemia". Dimana Insulin tetap tinggi setiap saat, akibat tingginya jumlah karbohidrat yang masuk, atau tidak mampunya jaringan lemak menerima Triacylglycerol (Trigliserol) hasil dari konversi Glukosa di liver (de Novo Lipogenesis).

Kondisi Hyperinsulinemia ini adalah pemicu utama "Craving" yang berlebihan terhadap karbohidrat yang dimakanan.
Hiperinsulinemia, juga menyebabkan jaringan lemak sulit melakukan hidrolisis terhadap cadangan lemak (Triacylglycerol) yang disimpannya, untuk menghasilkan Free Fatty Acid sebagai bahan baku energi diseluruh tubuh (kecuali otak).

Ini menyebabkan sel-sel ditubuh menjadi ketergantungan akan sumber karbohidrat untuk menghasilkan energi yang dibutuhkannya. Dengan demikian "Craving" akan meningkatkan karbohidrat dan membelenggu fisiologisnya untuk selalu tergantung dengan makanan agar bisa merasa segar dan sehat.

Gaya hidup KetoFastosis, yang melarang merusak jendela makan, otomatis melarang pula tubuh untuk beralih menggunakan sumber energi yang tersimpan dalam jumlah besar ditubuh, yaitu jaringan lemak ditubuh.

Kondisi Puasa jelas akan membuat kadar insulin di sirkulasi darah menjadi rendah, dan memungkinkan proses Lipolisis (Hidrolisis terhadap Trigliserida menjadi Asam Lemak Bebas dan Gliserol) di jaringan lemak, terjadi dengan mudah. Lipolisis ini diatur, dan proses hidrolisis terhadap Triasilgliserol (Trigliserida) didalam sel lemak ini, adalah merupakan proses "demand driven" (sesuai permintaan) berdasarkan kordinasi sinyal insulin, glukagon, dan katekolamin.

Tidak seperti halnya dalam patofisiologis "Insulin resistance" dimana insulin tidak menghentikan arus Lipolisis di sel-sel lemak, sehingga Free Fatty Acid menghentikan sirkulasi darah dan menyebabkan akumulasi turunannya mampu didalam sel-sel tubuh (Diacylglycerol, Ceramide) yang berakibat penghambatan terhadap jalur reseptor insulin didalam sel.

Sama halnya dengan Gluconeogenesis pada kondisi Ketosis, proses ini juga merupakan proses "demand driven" dimana Glukosa dibuat sesuai dengan kebutuhan ditubuh. Dan kebutuhan glukosa akan jelas turun saat adaptasi ketosis telah terjadi. Dimana kebutuhan glukosa hanya diperlukan untuk sel-sel darah merah yang tidak memiliki mitokondria yg diperlukan untuk mensintesis ATP (energi) dari Fatty Acid maupun Ketone.

Semua sel-sel lain ditubuh yang memiliki Mitokondria dan dalam kondisi Normoxia (cukup oksigen) akan mudah menggunakan Fatty Acid maupun Ketone sebagai sumber bahan baku sintesis ATP didalam sel. Namun Otak sebagai organ yang dibatasi aksesnya oleh lapisan tebal yang disebut "Blood Brain Barrier", memiliki kebutuhan exclusive terhadap "Ketone" sebagai pengganti Glukosa.

Dengan mengubah penggunaan glukosa menjadi keton didalam Otak, otomatis akan menjadikan Otak sebagai organ terpenting ditubuh yang mengatur kordinasi seluruh sel ditubuh, dapat mengenali jaringan lemak (jaringan adiposa) sebagai sumber energinya.
Dan ini akan melepas ketergantungan otak terhadap sumber makanan konstan dari lingkungannya.

Dengan membuat Otak mengenali Lemak dibadan, maka hormon insulin akan mudah dijaga agar tetap rendah (insulin basal) dan otomatis akan menekan "Nafsu" terhadap makanan, terutama terhadap karbohidrat.

Cara termudah untuk mengurangi obesitas adalah mengikuti pola hidup Ketofastosis dengan 5 pilar yang dijaga baik. Seperti contohnya, intermitten fasting (puasa), low carbs (makanan rendah karbo), exercise (menggerakkan tubuh), stress management (mengatur stress), sleep (tidur berkualitas). 

Banyak orang yang sudah menyerah pada keadaan obesitas, sehingga lupa bahwa obesitas adalah ibu dari segala penyakit. Obesitas memiliki risiko memicu gangguan kesehatan mental, misalnya akibat bullying yang membuat rasa percaya diri jadi rendah hingga depresi. Sehingga obesitas memicu beberapa penyakit seperti halnya : Diabetes 2, Darah tinggi (hypertensi), kolesterol tinggi, penyakit jantung, asma, gangguan kesehatan mental, Apnea tidur, hingga penyakit depresi. 

Perubahan itu berawal dari diri sendiri, bagaimana kita mengeloloa pola hidup kita untuk menjadi lebih sehat dan lebih baik. Cara seperti apa yang kita pilih untuk menjalani hidup ini. Jika semua manusia sudah menyadari dampak dari obesitas maka banyak dari perubahan-perubahan di dunia yang akan terjadi. Bagaimana menurut anda?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun