Kalori Defisit ini akan mempercepat proses pembersihan (konsumsi) glukosa ditubuh, dan akan “Mempercepat” proses “Transisi” ke kondisi “Ketosis” yang diharapkan.
Immunator Honey merupakan “Alat” yang digunakan untuk memicu “Sensitifikasi” sistem immune, dimana hal ini dapat terjadi disaat “Tubuh” mengalami “Ancaman”. Immunator Honey menggunakan protein yg berasal dari Colostrum Sapi, yang diproses secara “Ultrafiltrasi” sehingga menghasilkan ukuran partikel yg sangat kecil (Dalton Size). Ukuran I sangat kecil untuk bisa meniru ukuran protein pada “antigen” Virus. Antigen Virus merupakan protein yg dilapisi Glukosa (Glycosylated Viral Protein – Glycoprotein), sehingga agar protein dari colostrum sapi ini bisa meniru bentuk dari antigen Virus, maka protein yang telah di “Ultrafiltrasi” ini di “Infused” (Inkubasi) dengan madu, sehingga akan membentuk proses “enzymatic” yang memicu perekatan Glukosa dari Madu pada permukaan protein tersebut.
Inilah tujuan mengapa Immunotherapy yang dihasilkan oleh Immunator Honey, harus menggunakan media Madu sebagai “Pembawa” nya (Carrier).
Efek yang dihasilkan oleh “Ancaman Fiktif” dari Immunator Honey, akan membuat sistem immune menjadi “Waspada” (Alert). Disinilah proses “Sensitifikasi” sel-sel immune terjadi, dimana kondisi Alert ini akan menyebabkan sel-sel immune menjadi “Aktif” bergerilya mencari “Antigen-Antigen non-Self” (antigen asing atau malignant) dilingkungan “Microcellular” didalam tubuh (Immuno-Surveillance).
Respon Immune yang dihasilkan Protein berlapis glukosa ini akan menimbulkan “Alert” di sel-sel immune Adaptif, seperti CD4 (T-Helper Cells), CD8 (T-Killer Cells), CD56 (NK-Cells) dan CD19 (B-Cells). Dimana “Lymphocte Subset” ini adalah sel-sel immune yang bertugas “Menseleksi” dan “Mencari” sel Kanker.
Lanjut ke Part 2 ya, silahkan ditunggu besok.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H