Sesampainya mereka di daerah Karet Kuningan, sudah tidak lagi ada manusia satupun dijalan, mereka memasuki gang-gang kecil kearah rumah saudara ojek tersebut. Tak lama mereka sampai dirumahnya, Redy turun dan duduk di emper teras rumahnya.
      "Ini gawat banget bang, sepertinya akan ada perang disini!" kata Redy sambil mengatur nafasnya. "Bukan main, serem sekali itu jalan."
      "Ya bener bang, saya juga deg-degan, ini motor belum lunas!" katanya menjawab pertanyaan Redy. Mereka berdua akhirnya bisa duduk di emperan teras rumah tersebut. Tak lama seorang wanita tua pun membuka pintu untuk mereka.
      "Hei tong, buruan masuk! Masukin juga itu motor, jangan ditaruh diluar!" kata wanita tua itu lalu membuka pintu dan membantu memasukkan motor kedalam.
      "Ya mak!" jawabnya singkat mendorong motornya masuk.
      "Ini kerusuhan, di TV sudah ada bakar-bakaran, penjarahan dimana-mana." Kata wanita tua itu sambil menutup pintu dan kembali duduk di depan TV. Redy melihat acara TV tersebut dan panik. Abang ojek mengambilkan minum air putih untuk Redy di dapur lalu berjalan memberikan padanya. Sesaat setelahnya, abang itu diam tidak bergerak melihat ke arah jendela, segerombolan anak muda menggotong-gotong TV dan kulkas sambil tertawa-tawa, terlihat juga ada membawa rak, meja belajar, lemari kayu hingga mesin cuci.
      "Itu penjarahan! Gila mereka, apa tidak takut tertangkap?" kata abang ojek itu menunjuk kearah jendela, Redy bergegas berlari kearah kaca jendela yang sedikit terbuka. Di belakangnya terlihat wanita yang persis sama menunggu di halte tadi, ia melihat jelas tubuhnya dari belakang dan pakaiannya yang sama persis. Lalu ia melihat kearah betis kakinya yang seperti ada darah mengalir dari situ. Redy lalu menutup jendela itu dan duduk di bangku tamu sambil terengah-engah.
      "Ada apa bang?" tanya tukang ojek itu melihat reaksi Redy.
      "Hantu! Hantu bermuka rata!" jawabnya kepada tukang ojek tersebut.
      "Apa? Kenapa siang-siang ada hantu?" tanyanya aneh kepada Redy.
      "Saya juga ga ngerti bang, itu yang saya lihat di halte tadi. Baju dan tubuhnya sama persis. Itu yang ada di halte Slipi Jaya!" jawabnya panik ketakutan. Mereka berdua terdiam. Tak lama kemudian, wanita tua itu membawa baki berisi makanan dan menaruhnya dekat mereka.