Mohon tunggu...
Nada Taufik
Nada Taufik Mohon Tunggu... Penulis - Writer

Seorang writer, producer film, stand up comedian, fotografer, mentor Ketofastosis, business woman yang bergerak dibidang Bags dan Fashion. Pernah bergerak dibidang tarik suara (singer), Host dan MC.

Selanjutnya

Tutup

Horor

His Spirit Still Alive Part 1

27 Mei 2023   18:19 Diperbarui: 30 Mei 2023   03:33 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keesokan Hari... 

            Aku lari ke rumah papa pagi-pagi jam 10, kulihat papa belum mandi dan masih bercanda didalam kamar bersama mama, aku lalu memeluknya dan mendekatinya, aku hanya ingin mencium dan tidak melepaskannya. Papa ku seperti sudah mengerti keadaanku, dia tau ada yang tidak beres denganku. Dari kecil aku punya sifat seperti itu, jika ada sesuatu yang meresahkan diriku, aku pasti memeluk dirinya dan tidak melepaskannya. Lalu seperti biasa dia hanya tersenyum, lalu menanyakan ada apa denganku.

            "Ada apa Nak?" tanya papaku seperti biasanya

            "Aku memimpikanmu lagi pa, kali ini kamu menggunakan jubah putih yang tidak pernah kulihat sebelumnya. Papa, aku takut!" jawabku gemetar tidak seperti biasanya aku bisa langsung tenang dan nyaman dalam pelukannya tapi kali ini aku benar-benar ketakutan, aku merasa hal ini adalah tanda terakhir aku bersamanya.

            "Semua punya waktu tertentu nak, papa mengerti maksudmu... duduk sini disebelah papa!" papa duduk di bibir tempat tidurnya lalu mengajakku untuk duduk di sebelahnya.

            "Ya pa, aku tau... tapi aku..." aku tidak dapat lagi membalas kata-katanya, aku seperti tertahan sesuatu dan tidak dapat menyebutkan apa-apa.

            "Kamu anak satu-satunya, nak. Kalau nanti papa sudah tidak ada, papa akan selalu ada didalam hidupmu, papa akan selalu dalam hatimu. Papa tidak akan pernah meninggalkanmu. Tenanglah nak, Tuhan tau apa yang papa rasakan." Kata-kata itu seperti baru kemarin dia katakan padaku.

            "Pa, jika aku punya salah, maafkan aku, jika aku punya sesuatu yang papa tidak suka, tolong maafkan aku, jika aku punya janji yang belum terselesaikan, tolong papa ikhlaskan. Aku tidak bisa berjanji apapun padamu, pa." aku tidak dapat berkata apa-apa karena kita tau bahwa papa memiliki penyakit tua dan kemungkinan bertahan hanya 8% dalam hidup ini.

            "Nak, apa yang papa miliki, itu milikmu, apa yang papa ajarkan, itu ilmu mu, kesalahanmu adalah kesalahan papa juga, kegagalanmu adalah kegagalan papa juga, kamu tidak berhutang apapun pada papa, kita keluarga nak!" kata-katanya melemahkanku, aku tidak mengerti kenapa saat itu aku tidak merekamnya didalam HP ku, padahal aku tau bahwa itu adalah momen terakhir bersamanya. Bukan hari terakhir, tapi momen yang pasti tidak akan ada lagi dalam hari-hari ku.

            Selang oksigen yang baru saja dibeli Andri sudah datang, Andri memberikannya kepada papa, ya memang papa sudah harus menggunakan selang tersebut sehingga dapat bernafas lebih baik lagi. Dia lalu menidurkan badannya, aku hanya melihat kejadian itu seperti jalannya film, sampai saat ini pun aku masih terbayang jelas badannya yang sudah renta dan kejadian itu persis ada di mataku.

Malam Harinya...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun