Pagi itu, suasana di Desa Kemuning sangat berbeda dari biasanya. Warga desa sibuk mempersiapkan segala sesuatunya untuk menyambut Hari Raya Idul Fitri yang tinggal menghitung jam. Di antara keramaian, terdapat seorang gadis kecil bernama Wafiq. Dengan semangat yang meluap, Wafiq membantu ibunya membuat kue-kue tradisional di dapur.
"Wafiq, tolong ambilkan tepung di lumbung, ya," kata ibu Wafiq sambil mengaduk adonan kue.
"Baik, Bu!" jawab Wafiq dengan riang.
Wafiq berlari menuju lumbung yang terletak di belakang rumah mereka. Di sana, ia mengisi kantong tepung dan kembali ke dapur dengan hati-hati agar tepung tidak tumpah. Setelah membantu ibunya, Wafiq bergegas pergi ke masjid untuk membersihkan dan menghias tempat ibadah bersama teman-temannya.
Di masjid, suasana sangat meriah. Anak-anak dan remaja desa berkumpul untuk memasang hiasan, menyapu lantai, dan mengatur karpet. Wafiq bergabung dengan sahabatnya, Budi dan Iman, untuk memasang lampu-lampu hias di halaman masjid.
"Wafiq, hati-hati, ya. Jangan sampai lampu-lampu ini jatuh," kata Budi sambil memberikan lampu hias kepada Wafiq.
"Tenang saja, Budi. Aku akan hati-hati," jawab Wafiq sambil memasang lampu-lampu tersebut.
Setelah selesai, mereka duduk bersama di bawah pohon besar yang rindang. Mereka berbicara tentang rencana mereka untuk merayakan Idul Fitri esok hari.
"Kita akan bermain kembang api dan berkeliling desa untuk bersilaturahmi," kata Iman dengan penuh semangat.
"Aku tidak sabar untuk menerima banyak angpao dari para tetangga," tambah Budi sambil tertawa.
Malam itu, Wafiq tidak bisa tidur karena terlalu bersemangat. Ia membayangkan betapa meriahnya Hari Raya Idul Fitri esok hari. Pagi-pagi sekali, Wafiq sudah bangun dan membantu keluarganya mempersiapkan segala sesuatunya. Ia mengenakan baju kurung baru yang dibelikan oleh ayahnya dan siap untuk berangkat ke masjid untuk melaksanakan salat Id.
Setelah salat Id, Wafiq bersama keluarga dan teman-temannya berkeliling desa untuk bersilaturahmi. Mereka saling memaafkan dan menikmati hidangan khas Hari Raya yang lezat. Namun, di tengah kebahagiaan itu, terjadi sesuatu yang tidak terduga.
Ketika Wafiq dan teman-temannya sedang bermain di halaman rumah Budi, mereka melihat sebuah layang-layang yang tersangkut di pohon dekat selokan. Layang-layang itu tampak sangat menarik dengan warna-warna cerahnya.
"Wafiq, ayo kita ambil layang-layang itu!" ajak Iman dengan semangat.
Wafiq setuju dan mereka berlari menuju pohon tersebut. Wafiq mencoba memanjat pohon untuk mengambil layang-layang itu. Namun, ketika ia berusaha meraih layang-layang, kakinya terpeleset dan ia jatuh ke dalam selokan yang cukup dalam.
"Wafiq!" teriak Budi dan Iman dengan panik.
Mereka segera berlari mendekati selokan dan melihat Wafiq yang tergeletak di dasar selokan dengan luka di kakinya. Wafiq meringis kesakitan dan berusaha bangkit, namun tidak bisa karena kakinya yang terluka parah.
"Budi, cepat panggil bantuan! Kita harus membawa Wafiq ke puskesmas!" kata Iman dengan cemas.
Budi segera berlari mencari bantuan dari orang dewasa. Tidak lama kemudian, beberapa tetangga datang dan membantu mengangkat Wafiq keluar dari selokan. Mereka segera membawa Wafiq ke puskesmas terdekat untuk mendapatkan perawatan medis.
Di puskesmas, dokter memeriksa luka Wafiq dan memberikan perawatan yang diperlukan. Ibu dan ayah Wafiq datang dengan wajah cemas dan khawatir. Mereka merasa sedih melihat anak mereka terluka di hari yang seharusnya penuh kebahagiaan.
"Wafiq, sabar ya, Nak. Semoga kamu cepat sembuh," kata ibu Wafiq sambil menggenggam tangan anaknya dengan penuh kasih sayang.
Hari itu, Wafiq harus menghabiskan sisa Hari Raya Idul Fitri di puskesmas. Meskipun ia merasa sedih karena tidak bisa bermain dengan teman-temannya, Wafiq merasa bersyukur karena luka di kakinya tidak terlalu parah dan bisa segera sembuh.
Teman-teman Wafiq, Budi dan Iman, tidak lupa untuk mengunjungi sahabat mereka di puskesmas. Mereka membawa makanan dan kue-kue khas Hari Raya untuk Wafiq.
"Wafiq, kami minta maaf karena membuatmu terluka. Semoga kamu cepat sembuh dan kita bisa bermain lagi," kata Budi dengan penuh penyesalan.
"Terima kasih, teman-teman. Tidak apa-apa, ini hanya kecelakaan. Aku akan segera sembuh dan kita bisa bermain lagi," jawab Wafiq dengan senyum tipis.
Hari Raya Idul Fitri tahun itu menjadi kenangan yang tak terlupakan bagi Wafiq dan teman-temannya. Meskipun Wafiq mengalami kecelakaan dan harus menghabiskan sebagian besar hari di puskesmas, ia belajar untuk selalu berhati-hati dan menghargai kebersamaan dengan orang-orang yang peduli padanya.
Wafiq berjanji kepada dirinya sendiri untuk lebih berhati-hati di masa depan dan selalu mendengarkan nasihat orang tua dan teman-temannya. Ia juga belajar bahwa kebahagiaan sejati tidak hanya datang dari permainan dan hiburan, tetapi juga dari kebersamaan dan dukungan dari orang-orang terdekat.
Hari Raya Idul Fitri itu menjadi momen refleksi bagi Wafiq dan teman-temannya. Mereka menyadari betapa pentingnya menjaga keselamatan dan saling mendukung dalam setiap keadaan. Dan dengan semangat yang baru, mereka siap menghadapi hari-hari berikutnya dengan penuh kehati-hatian dan kebersamaan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI