Setelah salat Id, Wafiq bersama keluarga dan teman-temannya berkeliling desa untuk bersilaturahmi. Mereka saling memaafkan dan menikmati hidangan khas Hari Raya yang lezat. Namun, di tengah kebahagiaan itu, terjadi sesuatu yang tidak terduga.
Ketika Wafiq dan teman-temannya sedang bermain di halaman rumah Budi, mereka melihat sebuah layang-layang yang tersangkut di pohon dekat selokan. Layang-layang itu tampak sangat menarik dengan warna-warna cerahnya.
"Wafiq, ayo kita ambil layang-layang itu!" ajak Iman dengan semangat.
Wafiq setuju dan mereka berlari menuju pohon tersebut. Wafiq mencoba memanjat pohon untuk mengambil layang-layang itu. Namun, ketika ia berusaha meraih layang-layang, kakinya terpeleset dan ia jatuh ke dalam selokan yang cukup dalam.
"Wafiq!" teriak Budi dan Iman dengan panik.
Mereka segera berlari mendekati selokan dan melihat Wafiq yang tergeletak di dasar selokan dengan luka di kakinya. Wafiq meringis kesakitan dan berusaha bangkit, namun tidak bisa karena kakinya yang terluka parah.
"Budi, cepat panggil bantuan! Kita harus membawa Wafiq ke puskesmas!" kata Iman dengan cemas.
Budi segera berlari mencari bantuan dari orang dewasa. Tidak lama kemudian, beberapa tetangga datang dan membantu mengangkat Wafiq keluar dari selokan. Mereka segera membawa Wafiq ke puskesmas terdekat untuk mendapatkan perawatan medis.
Di puskesmas, dokter memeriksa luka Wafiq dan memberikan perawatan yang diperlukan. Ibu dan ayah Wafiq datang dengan wajah cemas dan khawatir. Mereka merasa sedih melihat anak mereka terluka di hari yang seharusnya penuh kebahagiaan.
"Wafiq, sabar ya, Nak. Semoga kamu cepat sembuh," kata ibu Wafiq sambil menggenggam tangan anaknya dengan penuh kasih sayang.
Hari itu, Wafiq harus menghabiskan sisa Hari Raya Idul Fitri di puskesmas. Meskipun ia merasa sedih karena tidak bisa bermain dengan teman-temannya, Wafiq merasa bersyukur karena luka di kakinya tidak terlalu parah dan bisa segera sembuh.