Mohon tunggu...
Nada Pertiwi
Nada Pertiwi Mohon Tunggu... Full Time Blogger - blog tugas kuliah

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Angkatan 2017 Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menjadi Supir Andong di Tengah Kendaraan Bermotor

12 November 2019   00:40 Diperbarui: 12 November 2019   21:20 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Dokumen pribadi/Nada Pertiwi)

Putra bekerja dari hari Senin hingga Minggu. Pada hari libur seperti Sabtu dan Minggu, Putra biasa mendapatkan penghasilan sebanyak Rp 500 ribu.

"Biasanya dapat Rp 500 ribu kalau yang naik lima orang. Bersih," akunya.

Aturan bagi Putra dan para supir andong lainnya dalam bekerja mengendarai andong yakni mengenakan blankon dan baju adat. Pakaian ini menjadi keharusan bagi para supir andong karena adat yang dimiliki oleh Keraton.

 Tidak ada hukuman bagi supir andong yang tidak mengikuti aturan tersebut tapi pakaian ini merupakan adat yang biasa digunakan oleh para pekerja.

Sementara itu, aturan bagi andong dan pemilik andong yakni mulai tahun 2010 andong harus memiliki pelat nomor kendaraan seperti kendaraan bermotor. Selain itu, para supir andong harus memiliki kartu anggota dan memiliki surat izin operasional kendaraan tidak bermotor agar dapat beroperasi di jalan raya.

"Andong sekarang ada pelatnya. Kalau tidak nanti tidak boleh ngandong di sini. Andong sudah seperti motor yang ada SIM, STNK, BPKB, pelat, dan kartu anggota. Sekarang juga andong tidak boleh nambah. Kurang lebih sekarang jumlahnya 500."

Selama bekerja sebagai supir andong, Putra mengalami banyak hal suka dan duka. Andong yang menggunakan tenaga kuda melaju lebih lambat dibandingkan laju kendaraan bermotor. Tidak jarang Putra dan kudanya mendapatkan bunyi klakson agar kendaraan mereka menepi sehingga para penggendara kendaraan bermotor dapat mendahului.

"Senengnya itu bisa kumpul sama orang-orang yang lebih tua dari saya. Temennya tambah banyak. Sedihnya itu kalau kudanya mati. Kuda saya sudah tiga kali mati. Kalau soal diklaksonin saya sering tapi saya biarin, namanya juga kuda bukan motor." ucap Putra.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun