Biaya investasi media online yang dirasa lebih murah dibandingkan biaya investasi dan biaya operasional pada media cetak menjadi faktor penyebab terjadinya migrasi media cetak ke media online.
Media online yang sebelumnya berpenampilan baku, seperti media cetak, berubah sejak hadirnya Detik.com pada 1998. Detik.com hadir dengan memberikan informasi secara real time yang kemudian  diikuti oleh portal media-media lain dan menyebabkan banyak situs berita baru bermunculan di antara tahun 2001 sampai 2003. Namun, sayang sekali situs-situs tersebut tidak dapat bertahan lama di dunia online karena ternyata biaya operasional media online cukup tinggi.
Republika.co.id, Kompas.com dan tempointeraktif.com menjadi situs yang tetap bertahan di tengah berjatuhannya media online. Hal tersebut terbantu karena ditopang oleh media induk cetak mereka yang besar dan masih banyak diminati oleh masyarakat.
Hadirnya kapanlagi.com pada 2003, Â okezone.com pada 2007, vivanews.com pada 2008 di tengah masyarakat membuat situs-situs media online bangkit dan mulai bermunculan kembali. Persaingan tidak dapat dielak. Sehubungan dengan itu, Kompas.com dan tempointeraktif.com melakukan pembenahan pada situs dan format berita mereka. Tempointeraktif.com kemudian juga mengganti nama situs mereka mejadi Tempo.co.
Tidak sekedar memberi informasi, media online menambahkan fitur interaktif!
Seiring perkembangan teknologi yang terus bergerak maju, media-media online di atas tidak lagi hadir dengan hanya menyampaikan informasi kepada para pembacanya. Pembaca situs-situs tersebut kini dapat memberikan respon atau komentar terhadap berita yang dibacanya. Selain itu pembaca juga dapat bergabung dalam forum diskusi untuk saling terhubung dengan pembaca lain.
Sumber: Margianto, J.H dan Syaefullah, Â A. Media Online: Pembaca, Laba, dan Etika. Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H