Mohon tunggu...
nadalfizahra
nadalfizahra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis

Karena kamu butuh banyak pengetahuan baru untuk dipelajari, jadi mari belajar bersama!!!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sepucuk Surat

11 Maret 2022   08:33 Diperbarui: 20 Juni 2022   13:26 715
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
nadalfizahra/11 Maret 2022

            Yuki sangat mengenali suara lembut milik Mika---mamanya. Ia lantas menegakkan punggung dan mengikis jarak dengan Mika. "Iya, Ma. Kesedihan sering kali menghantui tanpa permisi. Sekuat apa pun aku menyangkal, ingatan itu akan terus berlari hingga waktu mendamaikan." keluh Yuki seraya mencoba tersenyum.

            "Kesedihan itu akan terus mengikuti kemana pun kehidupan membawamu, Nak. Kebahagiaan dan kesedihan adalah dua hal yang harus di jaga keseimbangannya. Hari ini kita tertawa bahagia, namun tak ada yang menjamin kebahagiaan itu akan abadi. Coba sekarang renungkan kembali. Banyak orang di luar sana yang masih harus berjuang mencari segenggam uang untuk makan di hari itu. Apalagi pandemi covid-19 membuat segala sektor kehidupan berdampak, tak terkecuali ekonomi. Oksigen habis. Kelaparan. Pengangguran. Bencana alam. Kematian. Rasanya setiap hari kita mendengar berita tersebut silih berganti,"

            Mika menghela napas sejenak. Kemudian melanjutkan pembicaraan yang sempat terhenti. "Kamu berhak bangkit dari segala macam terjal kehidupan. Menjadi makhluk yang memberikan dampak besar bagi masyarakat."

            Yuki tersenyum kepada Mika. Secara tersirat, lagi-lagi ia diingatkan oleh semesta untuk tidak larut dalam kesedihan. Dipeluklah Mika secara erat, menenggelamkan wajah yang sempat tertunduk lesu ke dalam pelukan hangat seorang ibu.

            "Sudah-sudah dramanya. Kenapa papa gak dapet pelukan lagi dari dua bidadari cabang komplek pondok indah ini ya," canda Riko__papanya pada anak dan ibu yang baru menyadari keberadaannya.

            Mika tersenyum ke arah Riko.  Riko menyodorkan kue ulang tahun yang ada di tangan kanannya kepada Yuki. Di sisi lain, Yuki masih belum menyangka akan kejutan sederhana yang keluarganya berikan. Yuki menggeser tubuhnya dan memberikan ruang kepada Riko untuk duduk di samping kiri dirinya. Yuki diapit oleh dua sumber kasih sayang.

            "Selamat ulang tahun anak papa. Tak terasa usiamu telah menginjak sembilan belas tahun. Gadis yang tangguh serta penuh semangat. Semoga kesuksesan dan kebahagiaan senantiasa menemani kisah kehidupanmu, Nak." Ucapan tulus Riko membuat Yuki menahan haru.

            Mika yang berada di samping kanan menggenggam tangan Yuki, "Selamat ulang tahun ya gadis cantiknya mama. Semoga segala impianmu perlahan terwujud ya, Nak," ucapan Mika menggantung di udara. Mika memberikan sebuah bingkisan kepada Yuki, "Ini sebuah bingkisan dari seseorang yang menitipkannya kepada mama untukmu, Nak." sambung Mika setelah memberikan sebuah kado yang berada ditangannya.

            Yuki memeluk keduanya. Mengucapkan terima kasih atas kebahagiaan kecil yang tak ternilai harganya karena sebuah kasih sayang tak dapat dibayar dengan uang. Seberapa pun nominalnya. Satu persatu kebahagiaan sederhana Kembali menyapa kehidupannya.

__2021, Juni

Teruntuk

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun