Perkembangan agama dan moral anak di era digital sangat dipengaruhi oleh lingkungan keluarga. Keluarga berperan sebagai pembimbing dan contoh bagi anak dalam memahami dan mengamalkan nilai-nilai agama. Namun, pengaruh media sosial, game online, dan konten digital lainnya juga turut membentuk pandangan dan perilaku anak.
Era digital telah mengubah lanskap kehidupan secara drastis, termasuk dalam ranah keluarga. Dulu, nilai-nilai agama dan moral ditanamkan secara langsung melalui interaksi tatap muka dalam keluarga. Namun, di era digital ini anak-anak kini memiliki akses yang tak terbatas pada berbagai informasi, baik yang positif maupun negatif.Â
Peran keluarga dalam menanamkan nilai-nilai agama dan moral pun menjadi semakin kompleks. Di satu sisi, teknologi digital membuka peluang baru untuk belajar agama. Di sisi lain, paparan terhadap konten yang tidak sesuai dengan nilai-nilai agama dapat mengikis fondasi moral yang telah dibangun.
Pada saat wawancara, orang tua menyampaikan bahwa keluarga sebagai landasan utama dalam membentuk Moralitas dan nilai-nilai agama anak telah mendapat tantangan baru, yakni ketergantungan anak pada teknologi sehingga minimnya waktu belajar serta berinteraksi secara langsung. Dengan ini peran keluarga sangat diperlukan untuk mengamati anak dalam pemakaian teknologi, membatasi waktu dalam memainkannya, serta membimbing anak untuk memilih konten yang sesuai dengan nilai agama dan moral.
Analisis teori
1.Teori perkembangan sosial Albert bandura.
Bandura menekankan pentingnya pembelajaran melalui observasi dan imitasi. Anak-anak belajar nilai-nilai moral dan agama dari orang tua, guru, dan tokoh-tokoh yang mereka kagumi. Teori ini membantu kita memahami bagaimana media sosial dan konten digital lainnya memengaruhi perkembangan moral anak-anak.
2.Teori vygotsky
Vygotsky menekankan pentingnya interaksi sosial dalam perkembangan kognitif. Anak-anak belajar melalui interaksi dengan orang dewasa yang lebih berpengalaman. Teori ini membantu kita memahami bagaimana orang tua, dan guru dapat mendukung perkembangan moral dan agama anak-anak di era digital.
3.Teori agama
Pendidikan agama dan moral harus dimulai sejak dini, bahkan sejak anak masih dalam kandungan.
QS. Luqman ayat 13: "Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Wahai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah suatu kezaliman yang besar."
Pesan utama surat ini adalah tentang pentingnya pendidikan agama dan moral sejak dini dan memberikan panduan yang sangat komprehensif tentang pendidikan anak. Menyimpulkan teori -- teori diatas perkembangan moral dan agama pada anak merupakan proses yang kompleks dan dipengaruhi oleh berbagai faktor. Dengan memahami teori-teori yang ada dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat membantu anak tumbuh menjadi pribadi yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia.
Peran keluarga dalam mengembangkan moral dan agama anak di era digital dengan memanfaatkan teknologi positif menggunakan aplikasi yang mengajarkan tentang agama dengan cara yang menyenangkan dan interaktif, meluangkan waktu untuk berkomunikasi dengan anak, dan mengajak anak untuk mengikuti kegiatan keagamaan seperti mengaji dan berjamaah.
Hubungan antara lingkungan keluarga dan perkembangan moral serta agama anak di era digital cenderung menunjukkan korelasi yang kuat. Lingkungan keluarga yang sehat, harmonis, dan mendukung secara signifikan dapat membentuk fondasi moral dan spiritual yang kuat pada anak. Dengan memberikan perhatian yang cukup, komunikasi yang efektif, dan pendidikan yang tepat, orang tua dapat membantu anak tumbuh menjadi pribadi yang berakhlak mulia dan bertanggung jawab.
Disusun oleh :
Nada Safa Salsabilla (0602092342)
Mahasiswa universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya program studi Pendidikan Islam anak usia dini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H