Dimulai dari start di lapangan RT 01, RW 01, Desa Kutuk, kemudian menuju ke RW 05, RW 04, RW 03, RW 02, dan kembali ke musala dan masjid masing-masing, masing-masing sound horeg menampilkan suara berbeda-beda.Â
Begitu juga tampilan lampu sorot yang ditempatkan pada area sound juga memunculkan warna yang berbeda-beda, "Jumlah pesertanya ada ribuan, karena per masjid atau musala ada sekitar 200 sampai 300 orang," ujar bapak kepala desa saat sambutan acara.
Kutuk menyambut bulan idul fitri dengan penuh getaran di malam takbir, Supardiyono menjelaskan, total ada 22 peserta di setiap RT.Â
Mereka menyewa sound horeg dari berbagai daerah seperti Pati hingga dari Jawa Timur, Tak main-main, tarif sewa sound horeg kebanggaan jawa timur yang di undang di kudus itu berkisar harga sewa Rp 25 juta sampai dengan 50 juta, "dananya itu dari swadaya masyarakat, anak-anak muda di lingkungan masjid dan musala," ujar Supardiyono salah satu warga setempat, walaupun menelan dana yg tidak sedikit, tetapi warganya bangga atas kekompakan di lingkungan desanya, adapun desas-desusu yang beredar yaitu takbiran dengan menyewa sound horeg tahun ini adalah yang terakhir.
 alasannya, tarif sewanya mahal, ada isu Ini yang terakhir, Pasalnya ini ada yang kasihan, mahal, kok manfaatnya tidak sebanding, dengan usulan salah satu warga tahun depan Yang penting khidmat tanpa harus mengeluarkan dana yang begitu besar jelasnya.
 "Ada yang setuju ada yang tidak, kebijakan ada pro dan kontra," pungkas dia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H