Mohon tunggu...
Nabilla Tashandra
Nabilla Tashandra Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Laman iseng. Senang memerhatikan dan mengomentari hal acak, banyak mendengar musik tapi bukan pemusik. Bukan juga jurnalis musik.

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Album-album Avenged Sevenfold dan Perjalanan Pendewasaan

5 Juni 2023   13:06 Diperbarui: 26 Mei 2024   13:50 2810
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Instagram @avengedsevenfold

Dua hari lalu dari tulisan ini ditayangkan, 2 Juni 2023 waktu California, AS, album "Life is but a Dream" dirilis secara penuh.

Ini jadi album penuh pertama Avenged Sevenfold setelah tujuh tahun. Waktu yang cukup lama bagi para penggemar untuk menunggu dan cukup melepas dahaga karena punya banyak elemen ekspermintal.

(Sebelum lebih jauh, saya mau disclaimer dulu, karena semua tulisan ini bersifat opini dan pribadi.)

Meski banyak elemen-elemen mengejutkan, tak butuh dua kali dengar bagi saya hingga lagu-lagu di album ini "masuk" di telinga. Kecuali singel "Nobody" dan "We Love You" yang sudah duluan dirilis, sehingga saya sudah mendengarkannya lebih dari lima kali. 

We Love You jadi lagu yang bikin jatuh cinta pertama kali dengan album ini karena terdengar cukup jawdropping buat saya. (SPOILER) Ini karena di sekitar sepertiga awal lagu, vokalis Matt Shadow secara mengejutkan mengeluarkan screamo vocal-nya di bagian tak terduga.

Bagi kami para penggemarnya, rasanya sudah sangat lama tidak mendengar screamo vocal itu. Terakhir mungkin di album "Waking the Fallen" , di mana elemen screamo vocal itu masih bertebaran di banyak trek. Salah satu yang paling populer adalah pada lagu "Unholy Confession" , yang menurut saya masih menjadi salah satu lagu terbaik sepanjang masanya Avenged Sevenfold. 

Selanjutnya, saya nyaris tak ingat kapan lagi Matt menggunakan screamo vocal. Sekalipun ada, sifatnya lebih sebagai pemanis, tidak dominan. 

Lagu lain di Life is but a Dream yang memuat elemen screamo vocal Matt adalah Mattel, yang menurut saya jadi satu dari dua lagu terbaik di album ini. Melodinya catchy, screamo vocal Matt Shadows di album ini juga bak cherry on top.

Tapi predikat lagu terbaik, versi saya, jatuh pada "Cosmic", trek berdurasi tujuh menit yang -dalam istilah Bahasa Inggris, tak berlebihan rasanya untuk menyebutnya another level. Pembuka lagu sangat kental nuansa The Stage, judul album sebelumnya sekaligus judul salah satu trek di dalamnya, diwarnai suara organ pipa yang terasa klasik. 

Bagi saya, bagian terbaik dari lagu ini hadir pada menit 3:10, ketika suara piano hadir mengiringi suara vokal yang syahdu. Mendengarkan bagian ini sampai habis rasanya membuat saya terbang ke langit. Kalo boleh membandingkan, vibe magis dan grande yang saya rasakan pada bagian ini mirip ketika mendengarkan klimaks lagu Illumination Theory (Dream Theater) dan Viva La Vida (Coldplay) yang dijadikan satu, lalu diramu dengan formula baru.


Tapi tiga dari empat lagu terakhir juga tak boleh terlewat untuk untuk dibahas. Trek G-O-D, ("G", "[O]rdinary", dan "[D]eath") buat saya juga tak kalah indah, meskipun durasinya cukup singkat. Judul kedua bahkan tak sampai tiga menit.

Ketiga lagu ini mungkin jadi representasi yang pas untuk mewakili penilaian tentang betapa eksperimentalnya album ini.

Lagu G, misalnya, cukup mindblowing karena intronya yang membuat saya seperti mendengarkan Liquid Tension Experiment, proyek sampingan beberapa personil Dream Theater. Trek ini kental nuansa progresif dan terdengar begitu segar.

Lain lagi dengan lagu [O]rdinary, yang punya vibe Daft Punk kental, serta [D]eath yang terdengar romantis dan indah seperti lagu Frank Sinatra.

Meski banyak mengambil pengaruh dari luar, tapi lagu-lagu di atas tak kehilangan sentuhan Avenged Sevenfold. Malahan menjadi bukti jika band ini tidak anti bereksperimen dengan elemen-elemen yang di luar ciri khas mereka.

Cover album Life is but a Dream. Sumber: situs avengedsevenfold.com
Cover album Life is but a Dream. Sumber: situs avengedsevenfold.com

Singkat kata, album ini cukup memuaskan meski terasa agak terlalu "ringan" . Jika boleh membandingkan, beberapa album yang cukup kuat dan punya banyak trek yang potensial menjadi hits seperti "City of Evil" (yang bikin saya jatuh cinta dengan band ini), "Avenged Sevenfold", dan "Nightmare" (album pertama mereka tanpa mendiang Jimmy the Rev Sullivan).

Buat yang baru mau mendengarkan album ini, saya sarankan masuk lewat trek We Love You. Jika masih "haus" dengan screamo vocal Matt Shadow bisa lanjut ke Mattel, atau langsung mendengarkan Cosmic. Sisanya silakan pilih, pokoknya itu tiga lagu wajib dari saya. Cobalah untuk mendengarkan keseluruhan albumnya untuk merasakan betapa warna-warninya album ini, kontras dengan nuansa fisik albumnya yang tampak kelam. 

Belakangan, trek Game Over juga jadi favorit saya karena emosi yang kaya di sepanjang lagu meski cuma berdurasi 3 menit 47 detik. Lagu yang tepat untuk pembuka konser.

Perjalanan pendewasaan lewat album

"Thank you a7x for accompanying us in the different stages of our lives with your music" (Terima kasih a7x karena sudah menemani kami di berbagai tahap kehidupan berbeda di hidup kami dengan musik-musik kalian)

Kalimat ini saya temukan di kolom komentar YouTube dari trek terakhir album ini, yang berjudul sama, "Life is but a Dream". Dan terasa amat mewakili perasaan saya dan jutaan penggemar Avenged Sevenfold di luar sana. 

Buat saya pribadi, Avenged Sevenfold ada di top two band favorit sepanjang masa. City of Evil jadi album perkenalan dengan band ini. Masih lekat di ingatan betapa terdengar megahnya "Beast and the Harlot", "Bat Country", dan "Seize the Day". Judul terakhir mungkin sudah tergusur, karena mereka menelurkan banyak lagu-lagu bagus setelahnya. Tapi dua judul awal selalu terasa spesial. Tetap salah dua yang terbaik. 

Sebagai penggemar, saya senang dan bangga sekali dengan perjalanan band ini dari album ke album. Pendengar lama mungkin akan setuju juga. Meskipun sebagian lainnya mungkin masih sulit move on dari lagu-lagu lama pada era The Rev, mendiang drummer mereka.

Masih ingat betapa meletup-letupnya emosi musik mereka pada album perdana "Sounding the Seventh Trumpet". Jika boleh diurutkan, bagi saya album itu ada di posisi paling bawah di antara album-album Avenged Sevenfold lainnya. Sampai-sampai saya bahkan tak punya trek favorit di album tersebut.

Namun coba maju jauh, jangan dulu ke album Life is but a Dream, cukup tengok beberapa trek di album "The Stage" yang lahir pada 2016. Cobalah putar "Exist", salah satu lagu mereka yang menurut saya masterpiece. Trek berdurasi 15 menit yang punya solo gitar epic. Lalu bandingkan dengan lagu-lagu di Sounding the Seventh Trumpet, terasa betul kesenjangan kedewasaan keduanya.

Lebih jauh, cobalah maraton mendengarkan satu-satu album mereka dari awal, yang semakin ke belakang terdengar semakin matang. Ingat lagi setiap momen yang menyertainya. Termasuk ketika mereka bangkit lewat album "Nightmare" usai ditinggal pergi the Rev. Comeback yang nyaris sempurna. Selain karena lagu-lagu di dalamnya yang sarat emosi, juga karena eks-drummer Dream Theater Mike Portnoy lah yang mengisi kekosongan itu.

Saya, yang tumbuh bersama Avenged Sevenfold -meski mereka rerata lebih tua 10 tahunan dari saya, merasa ditemani oleh lagu-lagu mereka dalam banyak fase kehidupan, seperti kata komentar penggemar yang saya kutip di atas.

Life is but a Dream memang bukan album yang terbaik, tapi begitu pas untuk merepresentasikan puncak pendewasaan bermusik Avenged Sevenfold hingga hari ini.

Saya harap, ini bukan karya yang terakhir dan usia kebersamaan mereka masih panjang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun