Mohon tunggu...
Nabilla Tashandra
Nabilla Tashandra Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Laman iseng. Senang memerhatikan dan mengomentari hal acak, banyak mendengar musik tapi bukan pemusik. Bukan juga jurnalis musik.

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Album-album Avenged Sevenfold dan Perjalanan Pendewasaan

5 Juni 2023   13:06 Diperbarui: 26 Mei 2024   13:50 2810
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Instagram @avengedsevenfold

Buat saya pribadi, Avenged Sevenfold ada di top two band favorit sepanjang masa. City of Evil jadi album perkenalan dengan band ini. Masih lekat di ingatan betapa terdengar megahnya "Beast and the Harlot", "Bat Country", dan "Seize the Day". Judul terakhir mungkin sudah tergusur, karena mereka menelurkan banyak lagu-lagu bagus setelahnya. Tapi dua judul awal selalu terasa spesial. Tetap salah dua yang terbaik. 

Sebagai penggemar, saya senang dan bangga sekali dengan perjalanan band ini dari album ke album. Pendengar lama mungkin akan setuju juga. Meskipun sebagian lainnya mungkin masih sulit move on dari lagu-lagu lama pada era The Rev, mendiang drummer mereka.

Masih ingat betapa meletup-letupnya emosi musik mereka pada album perdana "Sounding the Seventh Trumpet". Jika boleh diurutkan, bagi saya album itu ada di posisi paling bawah di antara album-album Avenged Sevenfold lainnya. Sampai-sampai saya bahkan tak punya trek favorit di album tersebut.

Namun coba maju jauh, jangan dulu ke album Life is but a Dream, cukup tengok beberapa trek di album "The Stage" yang lahir pada 2016. Cobalah putar "Exist", salah satu lagu mereka yang menurut saya masterpiece. Trek berdurasi 15 menit yang punya solo gitar epic. Lalu bandingkan dengan lagu-lagu di Sounding the Seventh Trumpet, terasa betul kesenjangan kedewasaan keduanya.

Lebih jauh, cobalah maraton mendengarkan satu-satu album mereka dari awal, yang semakin ke belakang terdengar semakin matang. Ingat lagi setiap momen yang menyertainya. Termasuk ketika mereka bangkit lewat album "Nightmare" usai ditinggal pergi the Rev. Comeback yang nyaris sempurna. Selain karena lagu-lagu di dalamnya yang sarat emosi, juga karena eks-drummer Dream Theater Mike Portnoy lah yang mengisi kekosongan itu.

Saya, yang tumbuh bersama Avenged Sevenfold -meski mereka rerata lebih tua 10 tahunan dari saya, merasa ditemani oleh lagu-lagu mereka dalam banyak fase kehidupan, seperti kata komentar penggemar yang saya kutip di atas.

Life is but a Dream memang bukan album yang terbaik, tapi begitu pas untuk merepresentasikan puncak pendewasaan bermusik Avenged Sevenfold hingga hari ini.

Saya harap, ini bukan karya yang terakhir dan usia kebersamaan mereka masih panjang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun