Bagaimana perasaan saya? Tentu tegang! Anak yang masih saya mandikan dan saya keloni setiap malam harus belajar untuk mandi sendiri serta tidur sendiri bersama teman-temannya.
Akan tetapi, anak saya pulang dengan sejuta cerita. Memang pada outbond yang pertama ia terlihat lelah. Akan tetapi, besoknya dia meminta untuk mandi, makan, dan tidur sendiri. Selama outbond, ia berada dalam satu kelompok dengan anak kelas 2 dan 3. Mau tidak mau, anak saya harus cepat menyesuaikan diri dan bekerja sama dengan teman baru.
Ia pun bercerita sempat menghadapi kesulitan selama outbond. Tetapi dengan cepat ia mampu mengatasinya. Ini menunjukkan bahwa aktivitas outbond untuk anak sesuai usianya bisa menstimulasi kemampuan untuk memecahkan masalah.
Guru yang Inovatif dan Penuh Empati pada Siswa
Dalam kurikulum Merdeka Belajar, guru memiliki posisi sebagai penggerak Merdeka Belajar. Sekarang ini, guru dituntut tidak hanya mampu mengajar dan mengelola kegiatan kelas secara efektif, tetapi juga mampu melaksanakan inovasi pembelajaran untuk menjawab kebutuhan peserta didik dan menciptakan iklim pembelajaran yang memerdekakan.Â
Untuk itu, guru perlu kreatif dalam mengolah kurikulum menjadi program pembelajaran di kelas. Misalnya pada kelas 1 SD, anak-anak belajar memahami musim melalui pembuatan maket. Guru juga bisa menyalurkan bakat anak dengan memberikan program pentas seni, yakni sebuah acara di mana anak-anak bisa menunjukkan bakat mereka. Bisa menyanyi, menari, mendongeng, melawak, dan banyak lainnya.Â
Guru juga harus bisa mengajar dengan penuh empati. Anak-anak tentu memiliki karakter yang berbeda-beda dan pada kondisi tertentu membutuhkan atensi ekstra. Guru diharapkan mampu peka terhadap situasi anak-anak di kelas. Seperti bagaimana menghadapi anak yang menangis, berdebat, dan aktivitas lainnya. Guru juga sebaiknya mampu membangun komunikasi yang baik dengan wali murid agar kerja sama dalam proses pembelajaran bisa berlangsung dengan lancar.
Wali Murid yang Partisipatif
Nadiem Makarim selaku Menteri Dikbudristek mengatakan bahwa Merdeka Belajar merupakan konsep pengembangan pendidikan di mana seluruh pemangku kepentingan diharapkan menjadi agen perubahan (agent of change). Para pemangu kepentingan tersebut meliputi keluarga, guru, institusi pendidikan, dunia industri, dan masyarakat.
Dari paparan Nadiem Makarim tersebut dapat kita ambil satu kata kunci berupa keterlibatan sejumlah pihak, salah satunya adalah keluarga. Sekolah anak saya selalu melibatkan orang tua. Mulai dari komunikasi pada pemaparan program semester, keterlibatan pada proyek individu anak, dan keterlibatan pada acara sekolah. Bagi saya, keterlibatan orang tua bukan menjadi ajang untuk menunjukkan siapa yang terbaik, tetapi untuk memastikan bahwa orang tua pun hadir dan terlibat pada proses pembelajaran anak di sekolah dan di rumah.Â
Penutup
Merdeka Belajar menjadi kurikulum yang perlu kita sambut dengan tangan terbuka. Seperti kata Nadiem Makarim, Merdeka Belajar ini masih permulaan. Masih panjang perjalanan kita untuk membersamai anak-anak dan menciptakan karakter unggul yang siap beradaptasi di kehidupan nyata serta berkompetisi sehat di masa depan. Beberapa praktik baik Merdeka Belajar dari Sekolah Alam di Surabaya di atas dapat menjadi salah satu inspirasi bagi pegiat pendidikan agar bisa merancang metode pembelajaran yang menyenangkan dan bisa mengoptimalkan minat bakat siswa. Yuk, kita dukung bersama Semarak Merdeka Belajar!
Referensi: