Untuk pembelajaran yang sifatnya tertulis, tidak jauh berbeda dengan sekolah lain. Anak saya mendapat lembaran tugas berisi sejumlah soal yang harus dikerjakan. Hasil pekerjaan anak-anak pun dibagikan kembali kepada wali murid agar kami mengetahui kemajuan mereka di sekolah.Â
Sementara untuk pembelajaran di lapangan, anak saya pernah bercerita tentang materi pelajaran yang membuatnya terkesan. Untuk pertama kalinya di sekolah, ia belajar matematika dengan mengumpulkan dedaunan dan menjumlahkannya.Â
Apakah dengan begitu anak saya bisa langsung pintar matematika? Tidak. Tetapi dia jadi lebih mudah memahami logika penjumlahan di dunia nyata dan lebih mudah ketika saya ajari rumus matematika dasar. Selain itu, anak saya pun belajar dengan cara yang menyenangkan karena sambil bermain di lapangan. Menurut saya, ini penting karena anak kelas 1 SD masih ada di masa transisi pasca lulus Taman Kanak-kanak (TK) yang sebagian besar kegiatannya menitik beratkan pada melatih motorik kasar dan halus.Â
Kegiatan ini pun selaras dengan enam kompetensi yang penting untuk dimiliki anak menurut Nadiem Makarim. Keenam kompetensi tersebut antara lain kreativitas, kolaborasi, kemampuan bekerja sama, kemampuan memproses informasi secara kritis, kemapuan memecahkan masalah, dan kemampuan berempati. Keenam kompetensi tersebut dapat terasah dengan baik apabila anak menggunakan semua inderanya dalam belajar, seperti salah satu contohnya adalah belajar dengan benda-benda nyata di lapangan.Â
Belajar dari Pengalaman Melalui Berbagai Proyek
Selama hampir satu tahun anak saya duduk di kelas 1 SD, kami sudah mendapat tiga proyek dari sekolah. Pertama, konsep mengenal keluarga dengan membuat silsilah keluarga. Kedua, proyek siang dan malam. Ketiga, proyek untuk memahami konsep musim kemarau dan penghujan. Proyek ini harus dikerjakan bersama orang tua dan kami harus memastikan keterlibatan anak-anak dalam pembuatan proyek.
Setelah proyek jadi, anak-anak mendapat giliran untuk melakukan presentasi di depan kelas. Saya awalnya ragu, apakah anak kelas 1 SD sudah bisa presentasi? Rupanya, anak-anak ini cukup piawai dalam mengeksplorasi proyek yang mereka kerjakan. Mereka bercerita tentang materi, apa saja hal-hal yang membedakan, hingga melakukan tanya jawab sehingga diskusi pun lebih hidup. Mirip seperti presentasi mahasiswa, hanya saja dengan materi yang lebih sederhana.Â
Selain proyek individu, anak-anak juga memiliki proyek kelas untuk melatih bekerja sama. Salah satu yang menarik adalah proyek kelas ketika bulan Ramadan berupa gebuk patrol. Anak-anak harus membawa peralatan seperti galon, botol bekas berisi beras, hingga panci kecil sebagai pengganti alat musik. Mereka pun melatih kekompakan dalam memainkan nada serta menghafal lirik. Pada pekan terakhir bulan Ramadan, mereka berkompetisi dengan kelas lain. Menurut saya hal ini sangat menarik karena anak dapat berlatih bekerja sama dengan teman sekaligus mengasah mental untuk berani berkompetisi.
Melatih Kemandirian Melalui Outbond
Dua skill yang diajarkan di Sekolah Alam adalah kemandirian dan ketangguhan. Keduanya sangat bermanfaat untuk anak hingga dewasa dan tidak bisa dipelajari secara mendadak. Penting bagi anak untuk melatih kemandirian dan ketangguhan sesuai dengan usianya masing-masing.
Selama hampir setahun sekolah di kelas 1 SD, anak saya sudah dua kali mengikuti outbond. Pertama outbond selama dua hari satu malam menginap di sekolah. Kedua, outbond selama tiga hari dua malam menginap di luar kota.Â