Sebaliknya, hindari kalimat yang menjurus pada menyalahkan anak, meremehkan, ancaman, memberi label, mengejek, membandingkan, dan menyindir. Tanpa kita sadari, kalimat tersebut dapat membuat anak rendah diri. Apabila sudah terlanjur mengatakannya, baiknya kita meminta maaf kepada anak dan mencoba memulai komunikasi yang lebih baik.
Menyejajarkan tubuh dengan anak adalah salah satu gestur tubuh untuk mempermudah membangun komunikasi efektif (sumber gambar: freepik.com)
Ketiga, disiplin positif, yakni pembentukan kebiasaan-kebiasaan dan tingkah laku anak yang positif dengan kasih sayang sehingga anak dapat menjadi makhluk sosial dan dapat tumbuh kembang dengan optimal.Â
Disiplin positif bukan berarti mengendalikan anak dengan kekerasan. Disiplin positif sendiri memiliki tujuan yakni (i) mengajarkan anak bagaimana bertingkah laku, memahami perilaku yang baik dan buruk, benar dan salah; (ii) memberi anak kesempatan untuk membangun tingkah laku sesuai yang diinginkan oleh lingkungannya; serta (iii) membuat anak dapat bertanggungjawab terhadap tingkah lakunya.
Panduan singkat mengenai mengajarkan disiplin positif berupa berperilaku baik (sumber gambar: Sahabat Keluarga Kemdikbud)
Kemudian yang tidak kalah penting, orang tua perlu membuat kesepakatan bersama dan harus konsisten. Misalnya, menanamkan kecintaan membaca buku, tetapi orang tuanya malah bermain gadget, tentu anak akan merasa ada kejanggalan dari perilaku orang tua. Selain itu, orang tua juga bisa memberikan contoh serta penjelasan mengapa anak harus berbuat begini dan begitu. Misalnya untuk menjelaskan kebiasaan cuci kaki dan tangan sebelum tidur, sambil praktik, orang tua bisa menceritakan bahwa ada kuman dan bakteri yang terus beraktivitas apabila tidak kita bersihkan sebelum tidur.
Pilih waktu terbaik untuk menerapkan disiplin positif seperti membuat aturan dalam keluarga (sumber gambar: freepik.com)
Jangan lupa, beri apresiasi berupa pujian atas proses melakukan disiplin positif yang telah dilakukan oleh anak. Orang tua lebih baik menghindari melakukan cacian, mengecam, apalagi memukul anak karena cara demikian tidak akan efektif, dapat membuat anak trauma, benci dan bahkan mengacuhkan orang tuanya.
Harapannya, dengan memberikan warisan yang positif ini, kita sebagai orang tua dapat membangun hubungan yang lebih baik dengan anak. Sebuah hubungan yang penuh cinta kasih serta ikatan yang kuat di keluarga.Â
Dengan demikian, segala perilaku buruk pada anak maupun permasalahan yang terjadi pada anak, dapat diatasi oleh orang tua dan anak dengan cara sebaik mungkin.Â
Anak yang mendapat pola pengasuhan positif, cenderung lebih tangguh dan akan menerapkan pola yang setidak-tidaknya sama, bahkan lebih baik, untuk anak-anknya kelak. Warisan pengasuhan positif ini pun, menjadi sangat berharga dan tidak dapat dibeli dengan uang.
Referensi:
Huffington Post
Materi dari Sahabat Keluarga Kemdikbud
Lihat Sosbud Selengkapnya