Mohon tunggu...
Nabilla Annasywa
Nabilla Annasywa Mohon Tunggu... Novelis - Pelajar | Blogger | Novelis

Halo, aku Nabilla. Welcome to my profile, I'll get you some interesting stories.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hadiah Terbaik Untuk Ibu

2 Januari 2024   22:12 Diperbarui: 2 Januari 2024   22:21 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kicauan burung terdengar dari luar jendela. Cahaya matahari mulai masuk menerangi isi kamar. Pemandangan indah nan cerah menyambut pagi hari dengan hangat.

Seorang gadis berparas cantik masih terlihat lelap di dalam selimutnya. Tak lama, matanya mulai terbuka dan melihat ke arah jendela. Ia melihat hari mulai pagi. Gadis bernama Almira itu dengan sangat semangat beranjak dari tempat tidurnya untuk bersiap-siap mandi. Untung saja Hari Ini Hari Sabtu, ia tidak perlu khawatir karena hari ini ia tidak perlu berangkat ke sekolah. Semalam, ia begadang untuk menyelesaikan tugasnya yang sudah ia tumpuk dari tiga hari yang lalu. Alhasil, pagi ini ia bangun kesiangan.

Di luar kamar, ibu terlihat sudah mempersiapkan makanan. Ibu memang selalu bangun lebih pagi, karena ibu akan memasak makanan untuk keluarganya.

"Selamat pagi, ibu!" Sapa Almira.

"Pagi juga nak, baru bangun kamu?" Tanya ibu.

"Heheh...Iya bu." Jawab Almira sambil menunjukkan gigi putihnya yang berbaris dengan rapih.

"Kesiangan ya? Kebiasaan begadang terus. Sholat Subuh udah belum?" 

"Udah kok bu. Almira kan begadang karena ngerjain tugas. Lagian hari ini juga libur."

"Yaudah mandi dulu sana. Setelah itu sarapan. Nih, Aldi aja udah rapih pagi-pagi."

Aldi adalah adik Almira. Usia mereka hanya berjarak dua tahun. Meskipun adiknya itu laki-laki, Aldi bisa dibilang lebih rajin dibandingkan Almira. Aldi selalu tidur jam 10 malam dan bangun jam 4 pagi. Berbeda dengan Almira yang sering tidur larut malam dan harus dimatikan dulu AC kamarnya agar ia terbangun.

Beberapa menit kemudian Almira, Aldi, Ibu, dan Ayah sarapan bersama di ruang makan. Setelah makan, Almira membantu ibu mencuci piring lalu kembali lagi ke kamarnya. Entah mengapa Almira lebih suka melakukan kegiatan di kamar seperti menulis, membaca, ataupun sekedar melihat pemandangan dari jendela.

"Tok tok" Terdengar suara ketukan dari pintu kamar Almira.

"Masuk aja." Jawab Almira.

Seseorang langsung membuka pintu kamarnya. Ternyata itu Aldi. Ia langsung duduk di sisi kasur Almira.

"Eh, jangan ngusel. Udah aku beresin itu capek-capek." Kata Almira. Almira tidak ingin kasurnya berantakan lagi. Susah payah ia mengumpulkan semangat untuk membereskan kasurnya.

"Duduk doang, gak ngusel. Lagian kalo berantakan tinggal di beresin lagi." Jawab Aldi dengan mudah.

"Kamu aja yang beresin." Jawab Almira sedikit kesal.

Aldi hanya tertawa kecil mendengar kakaknya mengomel seperti itu.

"Ngapain sih kesini? kayak gak punya kamar aja." 

"Heheh... Sabar dong." Jawab Aldi mengulur waktu.

Almira tidak menjawab Aldi. Ia lelah menanggapi adiknya yang suka memperpanjang pembicaraan. Almira lebih suka pembicaraan yang to the point.

"Hari ini kan hari ibu, kita mau kasih apa buat ibu?" Tanya Aldi serius.

"Oh iya, aku lupa." Jawab Almira sedikit panik.

"Untung diingetin" Jawab Aldi.

"Kita bikin kue aja kali ya?"

"Boleh, tapi emang kakak bisa bikin kue? Kemarin aja bikin pancake remedial." Jawab Aldi meledek kakaknya. Almira memang pernah mencoba membuat pancake  sendiri. Namun, karena api kompornya terlalu besar, alhasil pancake yang Almira masak berubah menjadi warna hitam.

"Itu kan gak lihat resep. Sekarang lihat resep...heheh." Jawab Almira sedikit ragu.

Aldi hanya bisa pasrah. Ia tak tahu apa yang akan terjadi lagi jika kakaknya harus bermain di dapur.

Mereka berdua pun segera menuju dapur. Almira dengan percaya diri langsung mengambil alih dapur. Aldi hanya mengikuti apa yang disuruh oleh kakaknya.

"Gini, di. Kita bikin bolu aja kali ya. Kamu siapin loyang terus diolesin mentega. Aku siapin adonan. OK?" Perintah Almira.

"Ok." Jawab Aldi singkat.

Mereka pun melakukan tugas masing-masing. Kebetulan pagi ini, ibu dan ayah sedang pergi ke luar entah kemana. Yang pasti, kedua orang tuanya sudah mengabari akan pulang ke rumah pukul 11.00 siang. Jadi, Almira dan Aldi bisa bebas berkreasi di dapur.

"Di, mana loyangnya? Udah jadi nih adonannya." Tanya Almira sambil memegang mangkuk berisi adonan bolu.

"Nih, udah Aldi olesin mentega." Kata Aldi sambil memberikan loyang yang sudah dioleskan mentega.

Almira mengambil dan meletakan loyang tersebut di atas meja. Kemudian, Almira menuangkan adonan dengan hati-hati. Setelah itu, ia memasukan adonan tersebut ke dalam oven yang sudah ia panaskan terlebih dahulu.

"Kak, ini yakin kuenya bakal jadi?" Tanya Aldi ragu.

"InsyaAllah, aku udah lihat resep kok." Jawab Almira meyakinkan.

20 menit kemudian

"Ting" Bunyi suara oven sudah terdengar. Almira dan Aldi langsung mendekat ke arah oven. Mereka bersemangat melihat bentuk kue yang sudah mereka buat. Namun, terlihat dari luar oven bahwa bolunya tidak mengembang.

"Kok gak ngembang kak kuenya?" Tanya Aldi.

Raut wajah Almira langsung berubah menjadi cemberut. Ia tahu bahwa kue yang ia buat gagal lagi. Entah karena salah resep atau Almira lupa menambahkan bahan dalam adonannya. Yang pasti, kuenya tidak jadi sesuai dengan harapan Almira.

"Mau bagaimana lagi? Kayaknya aku lupa nambahin bahan ke adonannya." Jawab Almira.

Aldi melihat raut wajah Almira yang kecewa. Ia tahu kakaknya sedang merasa gagal karena kuenya tidak mengembang. Aldi mendekati Almira untuk menenangkan.

"Kak, udah gapapa. Yang penting kita udah usaha." Kata Aldi sambil menenangkan kakaknya yang masih termenung melihat ke arah kue yang masih berada di dalam oven.

"Aldi ambil ya kuenya. Gapapa nanti Aldi yang makan. Nanti kita masak yang lain buat ibu." Kata Aldi sambil mengenakan sarung tangan untuk mengambil kue di oven.

Meskipun terkadang Aldi bersikap menyebalkan, adiknya itu bisa sangat perhatian ketika melihat orang lain sedang sedih. Almira sangat tersentuh dengan perkataan adiknya. Ia tahu Aldi tidak akan suka dengan kuenya. Namun karena tidak ingin melihat kakaknya sedih berlarut-larut, ia rela untuk memakan kue buatan kakaknya.

"Gapapa, di. Gak usah dimakan. Kamu gak akan suka." Jawab Almira melarang Aldi. "Kita bersihin aja loyangnya. Nanti kita pikirin lagi hadiah apa yang mau kita kasih buat ibu." 

Aldi pun setuju. Mereka segera membersihkan alat masak yang masih belum di cuci di dapur.

Tak lama, ibu dan ayah pulang dan melihat Almira dan Aldi yang sedang mencuci piring di dapur.

"Wah, habis masak apa nih?" Tanya ibu.

"Habis bikin kue, bu. Tapi gak ngembang kuenya." Jawab Aldi.

Almira hanya terdiam sambil fokus mencuci piring. Ia masih kecewa dengan kuenya yang tidak bisa diajak kompromi.

"Kenapa gak ngembang kuenya?" Tanya ibu sambil menghampiri mereka berdua.

Almira dan Aldi hanya terdiam. Mereka sendiri tidak tahu apa yang membuat kuenya tidak mengembang.

"Baiklah, kita buat kue lagi ya. Kali ini ibu bantuin." Kata ibu.

Almira dan Aldi pun setuju. Mereka kembali membuat kue bolu. Namun, kali ini mereka di bantu oleh ibu. Ibu membuat adonan kue bolu sambil mengajarkan resep kepada Almira dan Aldi.

Ketika kue sudah masuk ke dalam oven, mereka menunggu di meja makan sambil berbicara berempat.

Almira pun memberanikan diri untuk berbicara kepada ibunya. "Bu, tadi sebenarnya Almira sama Aldi mau buatin kue untuk ibu. Tapi, kuenya malah gak ngembang." Kata Almira.

Ibu tersenyum sambil melihat ke arah Almira dan Aldi. "Gapapa nak, Makasih ya udah berusaha buatin ibu kue." Kata ibu menenangkan Almira dan Aldi.

"Tapi bu, kita gak bisa kasih hadiah terbaik buat ibu. Hari ini kan hari ibu." Kata Aldi.

"Menurut ibu, hadiah terbaik untuk ibu adalah ketika Almira dan Aldi bisa jadi anak-anak yang baik. Gitu aja ibu udah bangga." Jawab ibu.

Almira dan Aldi merasa terharu mendengar perkataan ibu. Mereka pun bertekad untuk menjadi anak yang lebih baik kedepannya.

"Udah mau Adzan Dzuhur nih, kita siap-siap Sholat dulu yuk. Nanti setelah Sholat baru kita makan kuenya." Kata ayah.

"Okay, ayah!" Jawab Almira dan Aldi kompak.

Ketika ayah, Almira, dan Aldi bersiap-siap untuk Sholat, ibu terlebih dahulu mengeluarkan kue yang sudah matang dari oven lalu bersiap-siap untuk Sholat Dzuhur. Setelah melaksanakan Sholat Dzuhur berjamaah, Mereka berempat pun memakan kue bolu bersama-sama di meja makan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun