Mohon tunggu...
Nabilla Andriana
Nabilla Andriana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Halo, selamat datang, terima kasih telah berkunjung ke profile Kelompok 5

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Efektivitas Kurikulum 2013 untuk Mewujudkan Pembelajaran Abad 21

27 April 2022   21:57 Diperbarui: 27 April 2022   22:08 1678
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam pelaksanaan kegiatan pendidikan di sekolah bagi pihak-pihak yang terkait baik secara langsung maupun tidak langsung. Perkembangan zaman di dunia pendidikan yang terus berubah sehingga banyak merubah pola pikir pendidikan dari pola pikir awam dan kaku menjadi lebih modern. 

Dalam pengimplementasian kurikulum 2013 sangat berbeda dengan kurikulum sebelumnya, penilaian dalam kurikulum 2013 lebih sulit jika dibandingkan dengan kurikulum sebelumnya, kemudian metode yang digunakan dalam menyampaikan materi pembelajaran yang diajarkan belum efektif atau bahkan tidak sesuai dengan materi yang ingin disampaikan. 

Kurikulum 2013 mendefinisikan standar kompetensi lulusan sesuai dengan yang seharusnya yakni sebagai kriteria anak mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap pengetahuan dan keterampilan.

Pembelajaran abad 21 terutama pada kurikulum 2013 yaitu peserta didik belajar dengan materi melalui penerapan contoh-contoh dan pengalaman dunia nyata baik dalam maupun luar sekolah. 

Membangun keberadaan bangsa Indonesia yang berkarakter pada abad 21 menjadi tantangan bagi bangsa Indonesia. Hal ini dapat terwujud jika setiap warga negara Indonesia mempunyai kemauan dan karakter yang kuat dalam membangun peradaban bangsa.

Abad 21 sangat populer dengan membawa perubahan dengan pesat yaitu dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di dunia. Pembelajaran abad 21 sebenarnya merupakan implikasi dari perkembangan masyarakat dari masa ke masa. Perkembangan menjelaskan bahwa masyarakat berkembang dari masyarakat primitif ke masyarakat agraris selanjutnya ke masyarakat industri, dan sekarang bergeser ke masyarakat informatif.

Abad 21 merupakan abad yang penuh harapan dan juga ancaman. Penuh pengharapan, karena perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat jika dibandingkan dengan 4 abad sebelumnya, sehingga manusia dapat memperoleh kemudahan dalam memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya. 

Pemenuhan kebutuhan tidak sekedar fungsinya, tetapi sudah dikemas dalam bentuk pelayanan yang lebih baik, diwarnai dengan sentuhan seni, memiliki rasa peradaban super modern, dan keunikan di dalamnya (Abidin, 2014; Latief, 2014; dan Suarga, 2017).

 Pembelajaran abad 21 menjadi salah satu inspirasi dalam pengembangan kurikulum 2013, maka untuk memahami mindset kurikulum 2013 dan pembelajaran saintifik sebaiknya memahami alur pikir pembelajaran abad 21. Semangat kurikulum 2013 adalah ingin mengadopsi kurikulum dan pembelajaran yang digagas oleh pembelajaran abad 21 (Trilling & Fadel, 2009; Greenstein, 2012; dan Apandi, 2018). 

Kerangka kompetensi abad 21 yaitu meliputi keterampilan hidup dan karier; keterampilan inovasi dan belajar yang kemudian dikenal dengan istilah 4C (Critical thinking, Communication, Collaboration, and Creativity); serta keterampilan ICT (Information and Communication Technology) (Purwadhi, 2019). Kerangka kompetensi abad 21 itu hal yang menjadi pendorong kemajuan bangsa.

Hal ini memberikan arti bahwa pendidikan merupakan investasi untuk kemajuan bangsa melalui pembangunan yang berkelanjutan (Usman, 2019).

Pengembangan suatu kurikulum mengacu pada pertimbangan yang bertalian dengan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum, yang digunakan sebagai kaidah yang harus ditempuh dan menjiwai suatu kurikulum yang akan disusun atau dikembangkan. 

Salah satu prinsip dari kurikulum yaitu prinsip efektivitas dimana prinsip tersebut mengusahakan agar kegiatan pengembangan kurikulum mencapai tujuan dengan tepat, baik secara kualitas maupun kuantitas (Hamalik, 2007). Berdasarkan hal tersebut, efektifitas kurikulum 2013 sampai saat ini sudah mengalami perkembangan yang baik. 

Terlebih terkait capaiannya pada terwujudnya pembelajaran abad 21 yang memiliki gaya berbeda dengan pembelajaran sebelumnya yang cenderung berpusat pada guru. Pembelajaran saat ini menjadikan siswa sebagai peran utama dalam pembelajaran. 

Hal ini sesuai dengan kurikulum yang berlaku di Indonesia dimana siswa diarahkan untuk melakukan pembelajaran saintifik sehingga siswa dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah, kreativitas dan inovasi, kolaborasi, dan komunikasi sesuai dengan keterampilan di abad 21. 

Pada dasarnya, kompetensi abad 21 ini sudah diadaptasi dalam sistem pendidikan di Indonesia melalui Kurikulum 2013. Bahkan tidak hanya konsep mengenai keterampilan abad 21 saja, namun Kurikulum 2013 juga mengadopsi dua konsep utama lainnya yaitu pendekatan saintifik dan penilaian autentik (Suryaman, 2017). 

Pendekatan saintifik digunakan untuk membiasakan peserta didik dengan cara berpikir ilmuwan dan pembelajarannya dilakukan dengan prosedur 5M yaitu: mengamati, menanya, mengeksplorasi/mengumpulkan data, mengasosiasi dan mengkomunikasikan (Sufairoh, 2016).

Selain keterampilan tersebut, dalam pembelajaran abad 21 peserta didik dan pendidik perlu memiliki keterampilan pada bidang teknologi. Seperti yang kita ketahui bahwa di era saat ini, semua telah memasukkan teknologi di berbagai aspek. Implikasi pada pembelajaran di sekolah-sekolah yang ada Indonesia mengharuskan semua stakeholder pendidikan harus menguasai ICT literacy skill. 

Guru, siswa, bahkan orang tua siswa harus melek teknologi dan media komunikasi, sehingga dapat melakukan komunikasi yang efektif, berpikir kritis, dapat memecahkan masalah dan bisa berkolaborasi. Keterampilan abad 21 merupakan keterampilan digital dimana memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sepenuhnya untuk memenuhi tuntutan pekerjaan (Laar et al., 2017).

Terlaksananya kurikulum 2013 tentunya mengundang dukungan positif dan keraguan yang berujung pada terhambatnya penerapan kurikulum 2013. Pada awal diimplementasikannya kurikulum 2013 telah menuai banyak kontroversi. 

Penyiapan kurikulum 2013 dinilai terlalu terburu-buru dan tidak mengacu pada hasil kajian yang sudah matang berdasarkan hasil KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) dan kurang memperhatikan kesiapan satuan pendidikan dan guru. 

Padahal, kurikulum ini mencakup beberapa perubahan penting baik dari sisi substansi, implementasi, sampai evaluasi. Meskipun begitu, tetap Kurikulum 2013 memiliki beberapa perubahan yang signifikan dari kurikulum sebelumnya, yakni Kurikulum 2006 (KTSP). 

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menjelaskan bahwa pada tahun 2010-2035 adalah bonus demografi bagi Indonesia dalam mempersiapkan generasi emas karena jumlah penduduk dengan usia sekolah sangat tinggi (Tim Penyusun Modul PLPG, 2013).

Keraguan yang muncul dari benak pendidik maupun orang tua peserta didik terhadap kurikulum 2013 ini tentunya menjadi hambatan akan terlaksananya kurikulum 2013 di sekolah-sekolah. Hal ini pun menjadi hambatan dalam efektivitas kurikulum 2013 dalam mewujudkan pembelajaran abad 21 yang lebih bergantung kepada teknologi pada zaman modern yang terus maju dan berkembang. 

Peran pemerintah dan dinas pendidikan yang seharusnya membantu tenaga pendidik dalam menerapkan kurikulum 2013, malah membuat pendidik bingung akan sistem kurikulum 2013 berjalan. 

Kendala yang dihadapi pendidik berkaitan dengan manajemen waktu pada buku guru maupun buku siswa yang tidak seimbang (materi tidak sesuai dengan alokasi waktu) dan kesalahan-kesalahan dalam buku guru maupun buku siswa. Kesiapan pemerintah dalam menyusun buku guru dan buku siswa terkesan tergesa-gesa. Oleh karena itu, peran aktif guru sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran. 

Salah satu hal yang menghambat terwujudnya efektivitas kurikulum 2013 pada pembelajaran abad 21 tidak lain berasal dari para pendidik.

Hambatan selanjutnya berasal dari guru-guru di sekolah yang terjun langsung dalam menerapkan kurikulum 2013 kepada peserta didik. Pendidik yang tidak memiliki ilmu pengetahuan yang mencakup teknologi modern, tidak akan mampu untuk menerapkan kurikulum 2013 dengan baik di abad 21. 

Kurikulum 2013 merupakan kurikulum dengan pembelajaran aktif dari peserta didik. Pendekatan saintifik yang diharapkan mampu menumbuhkan keaktifan siswa, seringkali perlu justru membingungkan siswa. Hal ini sangat dipengaruhi kreativitas guru dan kondisi sekolah. 

Standar yang diharapkan tercapai menjadi sulit dan jauh dari harapan, proses belajar menjadi sulit dikontrol. Guru pun belum memiliki gambaran menyeluruh mengenai pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik.

Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam kurikulum 2013 sudah mengadaptasi keterampilan pembelajaran di abad 21 (yaitu pembelajaran saintifik dan autentik). 

Namun jika ditelaah lebih lanjut pembelajaran abad 21 lebih menuntut kepada penguasaan media pembelajaran secara digital, yang mana hal tersebut belum tercapai sepenuhnya karena adanya hambatan pada tenaga pendidik yang belum terlalu menguasai TIK. 

Hambatan-hambatan ini dapat menjadikan kurikulum 2013 tidak efektif dalam mendukung pembelajaran di abad 21. Untuk mengatasi hambatan yang timbul para tenaga pendidik dapat meningkatkan kompetensinya melalui kursus media kreatif, mengikuti berbagai kegiatan, dan lebih dekat dengan peserta didik.

REFERENSI:

Hamalik, O. (2007). Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Kamiludin dan Suryaman, M. (2017). Problematika Pada Pelaksanaan Penilaian Pembelajaran Kurikulum 2013. Jurnal Prima Edukasia, vol. 5 (1), 58-67. https://journal.uny.ac.id/index.php/jpe/article/view/8391/pdf.

Kurniawan, O., dan Noviana, E. (2017). Penerapan Kurikulum 2013 dalam Meningkatkan Keterampilan, Sikap, dan Pengetahuan. Primary: Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, vol. 6 (2), 389-396. DOI: http://dx.doi.org/10.33578/jpfkip.v6i2.4520.

Laar, et all. (2017). The Relation Between 21st-Century Skills and Digital Skills or Literacy: A Systematic Literature Review. 

Novitasari, N., Nabila, C., & Fratiwi, W. H. (2020). Analisis Kendala Guru dalam Menerapkan K13 Terhadap Hasil Belajar Siswa di SDN Pegadungan 8 Petang. Bintang: Jurnal Pendidikan dan Sains, vol. 2 (1), 1-15. Retrieved from https://digilibadmin.unismuh.ac.id/upload/9018-Full_Text.pdf.

Purwadhi. (2019). Pengembangan Kurikulum dalam Pembelajaran Abad XXI. Mimbar Pendidikan: Jurnal Indonesia untuk Kajian Pendidikan, vol. 4 (2), 103-112. https://ejournal. upi.edu/index.php/mimbardik/article/download/22201/10884.

Rahayu, R., Iskandar, S., dan Abidin, Y. (2022). Inovasi Pembelajaran Abad 21 dan Penerapannya di Indonesia. Jurnal Basicedu, vol. 6 (2), 2099-2104. DOI: https://doi.org/10.31004/basicedu.v6i2.2082.

Sufairoh. (2016). Pendekatan Saintifik & Model Pembelajaran K-13. Jurnal Pendidikan Profesional, vol. 5 (3), 116-125. http://www.jurnalpendidikanprofesional.com/index.php/JPP/article/download/186/pdf_104.

Usman, E. A., Cahyati, M. T., Putri, Y. A., & Asrizal, A. (2019). Meta-analisis Pengaruh Penerapan Model Inquiry Based Learning dalam Pembelajaran Fisika untuk Menjawab Tantangan Kurikulum 2013 Pada Abad 21. Pillar of Physics Education: Jurnal Berkala  Ilmiah Pendidikan Fisika, vol. 12 (4), 873-880. DOI: http://dx.doi.org/10.24036/7911171074.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun