Manajemen dakwah membuka awasan bahwa agama tidak hanya sekumpulan doktrin tetapi juga dipengaruhi oleh konteks budaya dan sejarah. Ini berarti memahami agama dalam kerangkanya yang lebih luas, melihat bagaimana agama mempengaruhi dan dipengaruhi oleh budaya lokal.
Dalam praktiknya, pendekatan ini membantu para pemuka agama dan masyarakat untuk menghargai keragaman agama sebagai bagian integral dari kekayaan budaya masyarakat, bukan sebagai sumber perpecahan (Kurdi, 2019). Pendekatan ini juga mencakup pengembangan kesadaran bersama tentang pentingnya kerukunan antarumat beragama, melalui pendidikan dan program-program sosialisasi.
Â
  3.  Pentingnya Dialog Antaragama
Dialog antaragama dianggap sebagai jantung dari manajemen dakwah. Melalui dialog, masyarakat dapat mengeksplorasi dan memahami perbedaan serta persamaan antaragama (Awang, Kasan , & Faruk, 2019). Dialog ini tidak hanya tentang bertukar informasi, tetapi juga tentang membangun rasa hormat dan empati.
Ini membantu mengurangi prasangka dan kesalahpahaman yang sering menjadi akar konflik agama. Manajemen dakwah juga menekankan pada pentingnya pendekatan yang inklusif dalam dialog, mengundang berbagai kelompok agama untuk berpartisipasi, termasuk mereka yang sering terpinggirkan atau tidak didengar. Kesediaan mereka untuk menerima adanya perbedaan keyakinan dengan orang atau kelompok lain membiarkan orang lain untuk mengamalkan ajaran yang diyakini oleh masing-masing masyarakat dan kemampuan untuk menerima perbedaan (Putri, 2020).
  4.  Penerapan Praktis dalam Konteks Sosial
Manajemen dakwah mendorong penerapan prinsip agama dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, tidak hanya dalam konteks ibadah tetapi juga dalam kegiatan sosial yang memperkuat hubungan antarkomunitas. Praktik ini juga melibatkan pengembangan program pendidikan dan pelatihan bagi pemimpin agama dan masyarakat.
Program-program ini dirancang untuk mengembangkan keterampilan dalam diplomasi agama, resolusi konflik, dan manajemen komunitas. Di era digital, manajemen dakwah juga mengeksplorasi penggunaan teknologi untuk memperluas jangkauan dan efektivitas pesan dakwah, memfasilitasi dialog antaragama, dan mempromosikan program pendidikan agama yang lebih inklusif.
Manajemen dakwah di Indonesia, dengan pendekatan interdisipliner yang menggabungkan aspek doktrinal, kultural, dan praktis, menunjukkan potensinya sebagai alat yang ampuh dalam mempromosikan kerukunan antarumat beragama. Pendekatan ini tidak hanya memperkaya pemahaman agama tetapi juga memperkuat jaringan sosial dan komunitas, membuka jalan bagi masyarakat yang lebih harmonis dan toleran (Noor, Hidayatullah, Nilamsari, Tasman, & Jamal, 2014).
B. Â Memperkuat Harmoni Antarumat Beragama: Peran Penting Manajemen Dakwah di IndonesiaÂ