"Kak, sampean tunggu di sini saja. Nanti kalau aku ajak banyak orang ke sini, sampean berdoa saja. Dan ngobrol denganku pakai bahasa Arab ya," ujar Gus Mad sambil meninggalkan Gus Shom.
Gus Shom pun menurut saja dengan apa yang dikatakan Gus Mad. Meski ia masih bertanya-tanya dalam hatinya, apa gerangan yang akan dilakukan adiknya yang satu ini. Ia duduk termenung di sambil menunggu Gus Mad di pojokan Kota Mekah itu sambil memutar tasbih seperti yang diinstruksikan Gus Mad.
Sementara itu Gus Mad masuk di warung, ia sempatkan sejenak ngobrol dengan pemilik warung, Pak Saud. Kemudian ia mendekati beberapa jamaah haji lalu mengajaknya keluar menemui Gus Shom.
Ketika bertemu Gus Shom, Gus Mad mengenalkan para jamaah haji itu dengan bahasa Arab dengan Gus Shom. Tak lama kemudian mereka bersama-sama menengadahkan tangan mengamini doa yang dibaca Gus Shom. Setelah doa selesai, mereka satu persatu bersalaman dan menciumi tangan Gus Shom.
"Syukron katsir, baarakalLaahu alayk," ujar Gus Shom sambil berjabat tangan dengan mereka. Seperti biasa mereka berjabat tangan sambil menghaturkan 'salam tempel' kepada Gus Shom. Dan mereka pun kembali ke warung Pak Saud tadi.
Sejurus kemudian Gus Mad dan Gus Shom kembali ke asrama. "Kak, ayo kita buka dan hitung isi amplopnya," ujar Gus Mad. Tak lama kemudian ternyata terkumpul uang sejumlah 960 real dari amplop-amplop itu.
"Kok bisa begini Mad? Kok bisa-bisanya kita dapat uang sebanyak ini?" tanya Gus Shom heran.
"Begini Kak, tadi aku bilang ke mereka kalau sampean ini Syaikh Shomad yang doanya makbul, jadi mereka berlarian menghampiri sampean minta didoakan," jelas Gus Mad.
"Ah kamu bisa saja Mad, kapan seperti ini lagi?" Gus Shom dengan nada puas membagi penghasilan mereka itu fifty-fifty.