Mohon tunggu...
Muchamad Nabil Haroen
Muchamad Nabil Haroen Mohon Tunggu... -

Muchamad Nabil Haroen (lahir di Temanggung, Jawa Tengah, 25 Juli 1984; umur 30 tahun), Alumnus Pondok Pesantren Lirboyo. Pernah menjadi Pemimpin Redaksi di Majalah MISYKAT Lrboyo sejak 2004 hingga 2010. Hingga saat ini ia masih tercatat sebagai Pengurus PP LTN NU (Pimpinan Pusat Lajnah Ta’lif Wan Nasyr Nahdlatul Ulama). Sebuah lembaga yang menangani penerbitan di lingkungan PBNU dan tercatat sebagai Mustasyar (Penasehat) PCI NU Taiwan dan Hongkong. Saat ini juga mengemban amanah sebagai Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Pencak Silat NU Pagar Nusa

Selanjutnya

Tutup

Humor

Gus Mad dan Gus Shom, Indonesia Banget!

12 April 2011   06:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:53 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humor. Sumber ilustrasi: PEXELS/Gratisography

Di negara tempat Ka'bah berada, Saudi Arabia, banyak sekali warga Indonesia di sana. Entah menjadi TKI, pelajar, santri, maupun wisatawan. Orang Indonesia akan semakin bertumpah ruah ketika musim haji tiba.

Syahdan, ada dua putra kiai yang tengah belajar di Saudi. Sebut saja namanya Gus Mad dan Gus Shom. Gus Mad adalah tipikal orang yang periang dan mudah akrab dengan teman-temannya. Sedangkan Gus Shom, meski tak sepiawai Gus Mad dalam bergaul, juga tak sedikit pula temannya. Mereka berdua sebenarnya juga masih ada ikatan saudara.

Nah, cerita ini bermula ketika Gus Mad dan Gus Shom 'kanker' alias kantong kering. "Mad, musim haji kali ini tak ada saudara kita yang naik haji," ujar Gus Shom sambil mengernyitkan dahinya.

"Lalu kenapa Kak?" jawab Gus Mad yang masih terhitung adik Gus Shom itu.

"Yah, persediaan fulus kita kan tinggal sedikit. Lagipula weselmu minggu lalu juga sudah habis kan?" timpal Gus Shom lagi.

"Santai saja lah Kak, aku juga sedang cari inspirasi," sambil menghisap rokoknya, Gus Mad terus mencari ide. "Nah, ikut saya Kak," ajak Gus Mad tiba-tiba sambil menarik tangan Gus Shom.

"Mau kemana Mad?" tanya Gus Shom penasaran.

"Sudah, ikut saja lah," jawab Gus Mad ringan.
***
Mereka berdua tiba di asrama, dan Gus Mad mencari-cari sesuatu di lemarinya. "Cari apa Mad?" tanya Gus Shom.

"Minyak kasturi Kak," jawab Gus Mad. Ia terus mencari dan akhirnya menemukan Kasturi yang ia cari.

Lantas, Gus Mad secepat kilat merias Gus Shom yang berperawakan tambun itu dengan dandanan ala syaikh. "Ah mau ngapain Mad?" tanya Gus Shom keheranan. Gus Mad tak menjawabnya, ia semakin asyik merias Gus Shom dan menyemprotkan minyak kasturi di jubah dan surban hijaunya.

"Nah, selesai sudah. Sekarang ikut saya!" Lantas Gus Mad mengajak Gus Shom ke suatu tempat yang di sana banyak sekali jamaah haji asal Indonesia. Tepatnya Warung Pak Saud. Di warung inilah banyak sekali orang Indonesia yang rindu masakan tanah air. Dan Warung Pak Saud lah salah satu alternatifnya.

"Kak, sampean tunggu di sini saja. Nanti kalau aku ajak banyak orang ke sini, sampean berdoa saja. Dan ngobrol denganku pakai bahasa Arab ya," ujar Gus Mad sambil meninggalkan Gus Shom.

Gus Shom pun menurut saja dengan apa yang dikatakan Gus Mad. Meski ia masih bertanya-tanya dalam hatinya, apa gerangan yang akan dilakukan adiknya yang satu ini. Ia duduk termenung di sambil menunggu Gus Mad di pojokan Kota Mekah itu sambil memutar tasbih seperti yang diinstruksikan Gus Mad.

Sementara itu Gus Mad masuk di warung, ia sempatkan sejenak ngobrol dengan pemilik warung, Pak Saud. Kemudian ia mendekati beberapa jamaah haji lalu mengajaknya keluar menemui Gus Shom.

Ketika bertemu Gus Shom, Gus Mad mengenalkan para jamaah haji itu dengan bahasa Arab dengan Gus Shom. Tak lama kemudian mereka bersama-sama menengadahkan tangan mengamini doa yang dibaca Gus Shom. Setelah doa selesai, mereka satu persatu bersalaman dan menciumi tangan Gus Shom.

"Syukron katsir, baarakalLaahu alayk," ujar Gus Shom sambil berjabat tangan dengan mereka. Seperti biasa mereka berjabat tangan sambil menghaturkan 'salam tempel' kepada Gus Shom. Dan mereka pun kembali ke warung Pak Saud tadi.

Sejurus kemudian Gus Mad dan Gus Shom kembali ke asrama. "Kak, ayo kita buka dan hitung isi amplopnya," ujar Gus Mad. Tak lama kemudian ternyata terkumpul uang sejumlah 960 real dari amplop-amplop itu.

"Kok bisa begini Mad? Kok bisa-bisanya kita dapat uang sebanyak ini?" tanya Gus Shom heran.

"Begini Kak, tadi aku bilang ke mereka kalau sampean ini Syaikh Shomad yang doanya makbul, jadi mereka berlarian menghampiri sampean minta didoakan," jelas Gus Mad.

"Ah kamu bisa saja Mad, kapan seperti ini lagi?" Gus Shom dengan nada puas membagi penghasilan mereka itu fifty-fifty.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun