Dan yang ketiga yaitu meyakini bahwa Allah satu-satunya yang berhak diibadahi (Tauhid Uluhiyah). Hanya Allah subhanahu wata’ala yang berhak disembah, berhak diibadahi, karena Allah lah yang telah menciptakan dan mengatur alam semesta dengan sendirian dan juga karena Allah Esa dalam sifat-sifat-Nya.
Hadirin sekalian,
Iman itu adalah amalan hati. Bagaimana mengetahui hati itu punya amalan? Dengan membuktikannya melalui perbuatan. Dikisahkan pada QS. Al-Hujurat ayat 14, yang berbunyi:
۞ قَالَتِ الْاَعْرَابُ اٰمَنَّا ۗ قُلْ لَّمْ تُؤْمِنُوْا وَلٰكِنْ قُوْلُوْٓا اَسْلَمْنَا وَلَمَّا يَدْخُلِ الْاِيْمَانُ فِيْ قُلُوْبِكُمْ ۗوَاِنْ تُطِيْعُوا اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ لَا يَلِتْكُمْ مِّنْ اَعْمَالِكُمْ شَيْـًٔا ۗاِنَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ ١٤ ( الحجرٰت/49: 14)
Orang-orang Arab Badui berkata, “Kami telah beriman.” Katakanlah (kepada mereka), “Kamu belum beriman, tetapi katakanlah, ‘Kami baru berislam’ karena iman (yang sebenarnya) belum masuk ke dalam hatimu. Jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikit pun (pahala) amal perbuatanmu.” Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al-Hujurat/49:14).
Pada ayat di atas ditegaskan bahwa beriman bukan hanya sekedar mengucapkan syahadat. Tetapi juga perlu adanya pembuktian. Karena apakah syahadat yang diucapkan dengan lisan itu turun ke qolbu (hati)? Jika benar turun ke qolbu, maka perlu pembuktian. Sehingga Allah subhanahu wata’ala menurunkan perintah-perintah dan larangan-larangan agar dapat membuktikan apakah sudah memiliki iman atau belum.
Hadirin rahimakumullah,
Jika sudah ada iman yang kuat, tidak ada bedanya jika suka maupun duka. Ketika diberi nikmat, maka kita akan bersyukur dan ketika diberikan ujian atau cobaan, kita pun tidak akan marah atau berburuk sangka pada Allah, melainkan kita akan bersabar jika diberi cobaan. Iman itu bisa naik dan turun. Jika iman naik, apa saja yang diperintahkan pasti dikerjakan, seperti sholat sunnah dan puasa sunnah. Tetapi jika iman turun, jangankan yang sunnah, yang wajib saja bisa terlewat.
Hadirin sekalian, apakah iman dapat naik dan dipertahakan? Jawabannya adalah, bisa. Bagaiman caranya?
Yang pertama, iman itu bisa naik dan bertahan jika pemilik iman itu konsisten memperbanyak ketaatan kepada Allah subhanahu wata’ala. Wujudnya adalah ibadah. Jadi, konsisten dalam memperbaiki dan memperbanyak ibadah, dipastikan iman akan naik dan konsisten.
Yang kedua, melalu ilmu pengetahuan. Karena itulah ilmu dan iman itu disandingkan. Bagaimana caranya ilmu pengetahuan dapat membuat iman naik dan konsisten? Bisa dengan kalian me,baca buku atau tulisan-tulisan di media sosial yang sifatnya membangun keimanan kepada Allah subhanahu wata’ala. Juga bisa dengan menghadiri majelis-majelis ilmu untuk mendapatkan ilmu agama baru dan diterapkan.