Bahkan, toxic masculinity juga berperan besar dalam menciptakan kasus bunuh diri pria yang semakin tinggi. Angka bunuh diri ditemukan lebih tinggi secara konsisten pada laki-laki dewasa dibandingkan dengan perempuan. Penelitian Brown, Ourighli, dan Sullivan (2020) melaporkan angka bunuh diri laki-laki mendominasi sebesar 78% pada semua kasus bunuh diri di Inggris. Hal ini menjadi pertanda bahwa kesehatan mental laki-laki menghadapi suatu masalah.
Ketika laki-laki menghadapi masalah mereka harus terlihat gagah dan tenang. Akibatnya, mereka memilih mengabaikan perasaan mereka dan menganggap bahwa itu adalah hal yang laki-laki memang harus lakukan. Padahal, menerima bahwa sebenarnya kita memiliki perasaan, sedih, dan membutuhkan bantuan adalah keberanian yang sesungguhnya.
Bagaimana kita menghadapi kesedihan dan menerima diri kita ketika memiliki emosi sedih atau marah memang tidak mudah, baik laki-laki ataupun perempuan. Namun, ada beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk mengatasinya. Kita bisa berbicara dengan teman, keluarga, atau mungkin ahli yang lebih mengerti dan memahami. Cara yang paling mudah  yang bisa kita lakukan untuk mengatasi kesedihan, tentu saja dengan menangis. Karena sadar atau tidak, menangis merupakan bahasa pertama yang digunakan manusia untuk menyampaikan sesuatu didirinya.
Referensi :
Sculos, Bryant W. (2017) "Who's Afraid of 'Toxic Masculinity'?," Class, Race and Corporate Power: Vol. 5 : Iss. 3 , Article 6. DOI: 10.25148/CRCP.5.3.0065
Lemle, R.Mishkind, Marc E. (1989). "Alcohol and masculinity". Journal of Substance Abuse Treatment. 6 (4): 213--22. doi:10.1016/0740-5472(89)90045-7. PMID 26874
American Psychological Association, Boys and Men Guidelines Group. (2018). APA guidelines for psychological practice with boys and men. Retrieved from http://www.apa.org/about/policy/psychological-practice-boys-men-guidelines.pdf
Graanin, A., Bylsma, L. M., & Vingerhoets, A. J. (2014). Is crying a self-soothing behavior?. Frontiers in psychology, 5, 502. doi:10.3389/fpsyg.2014.00502
Pengertian Labeling. (2018) Retrieved May 13, 2019, from http://digilib.unimus.ac.id/files//disk1/111/jtptunimus-gdl-srimulyati-5525-3-babii.pdf
Nabila Zuhra, Mahasiswi Fakultas Kedokeran, Prodi Psikologi, Universitas Syiah Kuala
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H