"Iya, betul, mas. Ramadhan kemarin pas pandemi ya, mas gak bisa jualan dan akhirnya kita mutar otak agar tetap ada penghasilan. Alhamdulillah ramadhan kali ini kita lebih sejahtera ya mas dibanding tahun lalu."
"Alhamdulillah, dek, itulah yang perlu kita syukuri. Hikmah ramadhan lalu membuat kita harus lebih bersyukur lagi di ramadhan kali ini."Â
Tak terasa waktu berjalan begitu cepat. Masih lekat dalam ingatanku bulan Ramadhan tahun lalu menjadi titik balik bagi perjalanan rumah tangga kami.Â
Adanya pandemi membuat usaha suami stuck dan tidak bisa berjalan. Kami memutar otak mencari ide apa yang bisa kita lakukan untuk memperoleh penghasilan.
Aku pun berpikir tentang kelebihan dan skill yang dimiliki suami. Selain itu, aku mencoba untuk melihat kebutuhan masyarakat di daerah sekitar.Â
Akhirnya ketemulah jalan keluar.Â
Suamiku punya skill tentang memahami kepribadian dan ini memberiku ide.Â
"Mas, bagaimana kalau kita buat kelas online menghafal Al Quran sesuai kepribadian." celetukku.Â
Suami pun setuju, kami langsung menggunakan sisa uang untuk membuat website guna membuat kelas online menghafal Al Quran sesuai kepribadian yang kami namakan Brain Tahfidz.Â
Kenapa membuat kelas online menghafal Al Quran sesuai kepribadian? Karena aku merasa banyak orang ingin menghafalkan Al Quran, tapi selalu menyerah terlebih dahulu. Padahal kalau kita tahu cara menghafal yang sesuai dengan kepribadian kita, maka akan lebih mudah untuk kita menghafalkan Al Quran.Â
Suamiku belajar semuanya dari awal membeli domain dan hosting, membuat website-nya, membuat materinya, bahkan membuat alat ukur tes-nya sendiri sesuai dengan pengalamannya.Â