"Mas, harga kacamatanya totalnya segini." Ucapku sambil menunjukkan angka total pembelian kacamata pada suami.
"Hmm, saldo kita tinggal berapa dek di ATM?" Respon suami terlihat tak biasa.
"Tinggal segini mas." lagi-lagi aku menyebutkan angka pada suami.
Suami terdiam sejenak dan seperti berpikir.Â
"Apa kacamata punya mas lain kali aja ya, kita kan belum membelikan mukena dan baju buat keponakan?"
"Harga kacamata punya mas selisih sedikit kok. Lagian kita beli kacamata juga investasi kesehatan, mas. Biar mata kita nggak capek terus menerus di depan laptop."Â
"Iya juga, sih, dek. Ya udah bismillah nggak papa."
Sore itu langsung aku transfer sejumlah nominal uang untuk membeli kacamata, berhubung kacamataku patah.Â
Percakapan tentang kacamata ini membuatku menelusuri kisah ramadhan tahun lalu. Ramadhan saat pandemi di mana semua berubah begitu cepat tanpa bisa kita prediksi, tapi di situlah terletak hikmah.
Hikmah Ramadhan Saat Pandemi
"Mas, masih ingat ramadhan tahun lalu?" tanyaku pada suami ketika sedang santai menidurkan si bayi yang sudah tumbuh menjadi balita.Â
"Masih ingat dong. Itu masa-masa dimana kita kerja keras banget. Mas juga baru belajar banget tentang website."